LP Keputusasaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEPUTUSASAAN



Diusun Oleh Irwan firmansyah KHGD 19055



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT 2019/2020



ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN KEPUTUSASAAN 1.



Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat



keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005). Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005). Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya



alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan



masalahnya. 2.



Tanda dan Gejala Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah: a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya tidak dapat melakukan sesuatu”) b. Sering mengeluh dan nampak murung c. Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul. e. Menarik diri dari lingkungan f. Kontak mata kurang g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh h. Nampak selalu murung atau blue mood i. Menurun atau tidak adanya selera makan j. Peningkatan waktu tidur k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan m. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna n. Dapat merupakan lanjutan ansietas



3.



Faktor penyebab Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : a. Faktor kehilangan b. Kegagalan yang terus menerus c. Faktor Lingkungan d. Orang terdekat ( keluarga ) e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) f. Adanya tekanan hidup g. Kurangnya iman



4.



Pohon masalah Ketidakberdayaan



Keputusasaan



Harga diri rendah (Keliat, 2005)



5.



Penatalaksaan medis a. Psikofarmaka Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan



keputusasaan. b. Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan



menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. c. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka. d. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb. e. Rehabilitasi Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada



umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.



6.



Intervensi Generalis Pada Pasien: a. Tujuan: 1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya 2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas 3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya b. Tindakan Keperawatan 1) Diskusi



tentang



kejadian



yang



membuat



putus



asa,



perasaan/pikiran/perilaku yang berubah 2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup 3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup. SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian perasaan putus asa 3) Bantu pasien mengenal keputusasaan: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa



c)



Diskusikan perbedaan antara



perasaan dan pikiran klien



terhadap kondisinya dengan kondisi real kondisi klien d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran, perasaan dan perilaku positif 4)



Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup



SP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup 1)



Pertahankan rasa percaya pasien a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisasi pikiran



2)



Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan



3)



Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan



4)



Diskusikan kemampuan positif diri sendiri



5)



Latih satu kemampuan positif



6)



Tekankan bahwa



kegiatan melakukan kemampuan positif



berguna untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup 7.



Intervensi Generalis Pada Keluarga a. Tujuan 1)



Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota



keluarganya



2)



Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami



keputusasaan 3)



Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami



keputusasaan b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b)



Menjelaskan keputusasaan



tujuan



interaksi:



pasien dan cara merawat



menjelaskan agar proses



penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien dengan keputusasaan 3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien: a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan



cara



merawat



pasien



dengan



putus



asa:



menumbuhkan harapan positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna hidup serta melatih kemampuan positif c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan kemampuan positif



SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif d. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara merujuk pasien



DAFTAR PUSTAKA Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006). Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.