15 0 130 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KETIDAKBERDAYAAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I Dosen Pengampu: Nia Restiana, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J
Disusun oleh: Kelompok 4/2D Wiki Winaldi rahman
C1914201135
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021 LAPORAN PENDAHULUAN A. KASUS Ketidakberdayaan B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan presepsi seseorang bahwa tindakannnya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang pengendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Sedangkan menurut CarpentoMoyet (2007) keidakberdayaan merupakan keadaan Ketika seseorang individua tau kelompok merasa kurang control terhadap kejadian atau situasi tertentu. 2. Factor predisposisi a. Biologis 1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan jiwa) 2) Tidak ada riwayat terjadinya kelainan kromosom 6.4.8.5. dan 22 3) Riwayat status nutrisi baik 4) Riwayat kondisi dan perilaku ibu selama pasien dalam kandungan 5) Riwayat
adanya
komplikasi
selama
kehamilan
dan
kelahiran (perdarahan, persalinan yang lama, trauma, infeksi toksoplasma dan polio)
6) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman penggunaan zat terlarang 7) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal terakhir periksa) 8) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang menggangguan pelaksana aktivitas harian pasien 9) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic. 10) Riwayat
menderita
menimbulkan
penyakit
yang
ketidakmampuan,
secara
progresif
misalnya:
sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS b. Psikologis 1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal 2) Kemampuan
intelegensi
normal
(IQ
90-100),
ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan
perasaan
terkait
dengan
penyakitnya atau kondisi dirinya 3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS 4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai) 5) Merasa
frustasi
dengan
kondisi
kesehatannya
dan
kehidupannya yang sekarang 6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari 8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi 9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya 10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup c. Sosial budaya 1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan 2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan
yang
sama
untuk
mengalami
ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya 3) Pendidikan rendah 4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan) 5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya kontrol lokus internal) 6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain 7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat 8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif 3. Faktor presipitasi
a. Nature 1) Biologis a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks) (pemasangan kateter menetap, NGT, oksigen, infus, dll). b) Menderita komplikasi yang mengancam kehamilian c) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir d) Menderita
penyakit
akut
yang
menyebabkan
ketidakmampuan untuk berkomunikasi, misalnya: cedera serebrovaskuler, sindrom Guillain-Barre dan pelaksanaan intubasi e) Dalam 6 bulan terakhir mengalami perubahan pola makan yang berlebihan f) Dalam enam bulan terakhir tidak mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic g) Terdapat ganggusn sistem endokrin h) Penggunaan alkhohol, obat-obatan dan kafein dan tembakau i) Mengalami gangguan tidur atau istirahat j) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender k) Perubahan status gizi 2) Psikologis a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b) Tidak
dapat
menjalankan
pekerjaan,
hobi,
kesenangan dan aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan. c) Perasaan
malu
dan
rendah
diri
karena
ketidakmampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat CSV, trauma servikal atau infark miokard dan nyeri d) Konsep diri : gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran akibat adanya pembedahan, trauma atau artritis e) Kehilangan
kemandirian
atau
perasaan
ketergantungan dengan orang lain. 3) Sosial budaya a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau kehidupannya yang sekarang b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam lingkungan perawatan kesehatan c) Hambatan
interaksi
interpersonal
akibat
penyakitnya maupun penyebab yang lain d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir) b. Origin 1. Internal: pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi 2. Eksternal: Keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya
c. Timing: stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan d. Number: Jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat 4. Penilaian stressor a. Kognitif 1) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi 2) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap kemampuan
untuk
melakukan
tugas
atau
aktivitas
sebelumnya 3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran 4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil 5) Mengungkapkan ketidakpuasan karena ketergantungan dengan orang lain 6) Kurang dapat berkonsentrasi b. Afektif 1) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan 2) Marah 3) Iritabilitas, ketidaksukaan 4) Perasaan bersalah 5) Takut terhadap pengasinngan oleh pemberian perawatan c. Fisiologis 1) Perubahan tekanan darah 2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan 3) Muka tegang d. Perilaku
1) Ketergantungan
terhadap
orang
lain
yang
dapat
mengakibatkan iritabilitas 2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang 3) Tidak memantau kemajuan pengobatan 4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan pada saat diberikan kesempatan 5) Kepasifan hingga apatis e. Sosial 1) Enggan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
yang
sebenarnya 2) Ketidakmampuan
untuk
mencari
informasi
tentang
perawatan 3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain 5. Sumber koping a. Personal ability 1) Keterampilan pemecahan masalah: -
kemampuan mencari sumber informasi, kemampuan mengidentifikasi
masalah
yang
berhubungan
ketidakberdayaan, kekuatan dan factor pendukung serta keberhasilan yang pernah dicapai -
Kemampuan mempertimbangkan alternative aktivitas yang realistic
-
Kemampuan
membuat
rencana
aktivitas
dan
membuatnya menjadi jadwal kegiatan harian -
Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan memantau kemajuan dari kondisi pengobatannya
2) Kesehatan
secara
umum:
mempunyai
mobilitas yang dapat dikendalikan oleh pasien
keterbatasan
3) Keterampilan social: kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif terutama dalam pencarian sumber informasi untuk mengatasi ketidakberdayaannya 4) Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan peran atau kondisi kesehatan dan kehidupannya 5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang realistis, mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang. b. Sosial support 1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota masyarakat di sekitarnya 2) Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini 3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan atau perkumpulan di masyarakat 4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai normal tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada c. Material Asset 1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 2) Pasien
mempunyai
fasilitas
ansuransi
kesehatan,
jamkesmas, SKTM atau askes 3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk mengantisipasi kebutuhan hidup d. Positive belief 1) Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada kehidupannya
2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien data menjalani hidup dengan semangat 3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikirt bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. 6. Mekanisme Koping a. Konstruktif 1) Menilai pencapaian hidup yang realistis 2) Mempunyai
penilaian
yang
yang
nyaman
dengan
perubahan fisik dan peran yang dialami akibat penyakitnya 3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan keterbatasan
yang
terjadi
akibat
perubahan
status
kesehatannya 4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal 5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif menghasilkan sesuatu b. Destruktif 1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan aktivitas harian (pasif) 2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut 3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan atau depresi 4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang laon, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada penyerangan terhadap orang lain 6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi) 7) Enggan
mengungkapkan
perasaan
yang
sebenarnya
(represi/supresi) 7. Rentang Respon Respon adaptif
Respon maladaptif
Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya
Tidak
Putus
bahaya
asa
a) Harapan Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa. b) Ketidakpastian Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa. c) Putus asa Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh
C. Rencana tindakan keperawatan Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan: 1) Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir positif 2) Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan pendekatan perawat menggunakan: 1) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional dan menerima pasien apa adanya. 2) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati). 3) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif, beri waktu klien untuk berespon. 4) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi. 5) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area
situasi
kehidupannya
yang
tidak
berada
dalam
kemampuannya untuk mengontrol. 6) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidakberdayaan. 7) Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. 8) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau substitusi. 9) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
10) Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien. 11) Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. 12) Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya. 13) Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahannya yang terjadi. 14) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya. 15) Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. 16) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan penampilan / kegiatan tersebut. 17) Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu. 18) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien. 19) Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untk partisipasi dalam pencapaian. 20) Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan ketidakberdayaan. 21) Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. 22) Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien.
23) Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan perawatan rutin klien. Tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UIRSMM, 2012). Antara lain : 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengenali dan mengekspresikan emosinya 3) Memodivikasi pola kognitif yang negatif 4) Berpartisispasi dalam mengambil keputusan yang berkenan dengan perawatannya sendiri 5) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis