LP KMB Kista Endometrium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS KISTA ENDOMETRIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



Disusun Oleh : Rice Marita NIM. 21300020



PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG TAHUN AJARAN 2020/2021



A. Tinjauan Teoritis 1. Definisi Kista endometrium merupakan kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan di luar uterus. Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan jaringan yang mengandung unsur – unsur stroma dan unsur granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh. (Manuaba. 2008) 2. Etiologi Penyebab terjadinya endometriosis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa teori telah dikemukakan dan dipercaya sebagai mekanisme dasar endometriosis. (A.Price, Sylvia. 2006). 1). Menstruasi retrograde Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, di mana terjadi refluks (darah menstruasi mengalir balik) melalui saluran tuba ke dalam rongga pelvis.Darah



yang



berbalik



ke



rongga



peritoneum



diketahui



mampu



berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum yang kemudian akan merangsang angiogenesis.Saat ini, teori ini tidak lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat menjelaskan keadaan endometriosis di luar pelvis. 2). Teoriimunologik dan genetik Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita endometriosis. Dmowski mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis. 3). Teori metaplasia Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang berasal dari sel epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis, sehingga terbentuk jaringan endometriosis. Teori ini didukung oleh penelitian yang dapat menerangkan terjadinya pertumbuhan endometriosis di toraks, umbilikus dan vulva.



4). Teori emboli limfatik dan vascular Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di daerah luar pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada 29 % wanita yang menderita endometriosis ditemukan nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat menjadi salah satu dasar teori akan endometriosis yang terjadi di luar pelvis, contohnya di paru. 3. Tanda & Gejala 1). Dismenorea Nyeri haid disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritoneum, akibat perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan karena adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul. Nyeri yang berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah bahkan diare. Dismenore primer terjadi pada awaltahun menstruasi, cenderung meningkatkan dengan usia atau setelah melahirkan,dan biasanya tidak berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunderterjadi di kemudian hari dan dapat meningkat dengan usia. Ini mungkin peringatantanda endometriosis, meskipun beberapa wanita dengan endometriosis merasa tidak ada nyeri sama sekali. 2). Nyeri pelvik Akibat perlengketan, lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis. Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung dan paha bahkan menjalar sampai ke rektum. Duapertiga perempuan dengan endometriosis mengalami nyeri intermenstrual. 3). Dispareunia Endometriosis dapat menyebabkan rasa sakit selama atau setelah hubungan seksual. Dalam penetrasi dapat menghasilkan nyeri pada ovariumterikat oleh jaringan parut di atas vagina. Nyeri juga dapat disebabkan olehadanya nodul pada



endometriosis



belakang



rahim



atauligamen



uterosakral,



yang



menghubungkan leher rahim dan sakrum. 4). Diskezia Keluhan sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam dinding rektosigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid.



5). Subfertilitas Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat menganggu pelepasan oosit dari ovarium atau menghambat perjalanan ovum untuk bertemu dengan sperma. 4. Patofisiologi/ PATHWAY



5. Pemeriksaan Diagnostik Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 2. Laparoskopi Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi. 3. Hitung darah lengkap Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis. 6. Penatalaksanaan Keperawatan Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya risiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat dari endometriosis tersebut, seperti nyeri panggul dan infertilitas.Terapi hormonal disarankan ketika rasa sakit mengganggu bekerjaatau kegiatan seharihari, karena terapi ini biasanya mengurangi nyeri panggul dan dispareunia lebih dari 80% perempuan yang menderita endometriosis. Terapi hormon tidak efektifuntuk endometrioma ovarium besar yang memerlukan operasi. Operasi jugadapat diindikasikan ketika pengobatan medis tidak berhasil atau ketika kondisi medis melarang penggunaan terapi hormon. 1. Pengobatan simtomatik. Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol, asam mefenamat dan Non Steeroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen.



2. Kontrasepsi oral. Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi dosis rendah. Tujuan pengobatan ini adalah induksi amenorea, dengan pemberian berlanjut selama 6-12 bulan. Membaiknya gejala dismenorea dan nyeri panggul dirasakan oleh 60-95% pasien. 3. Progestin. Progestin adalah obat sintetis yang memiliki aktivitas progesteron seperti pada endometrium. Progestin memungkinkan efek anti endometriosis dengan menyebabkan desisualisasi awal pada jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi. Progestin digunakan untuk mengurangi nyeri panggul endometriosis. Efek samping yang umum dari terapi progestin adalah perdarahan uterus yang tidak teratur, peningkatan berat badan, retensi air, nyeri payudara, sakit kepala, mual, dan perubahan mood, terutama depresi. 4. Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa). GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan LH sehingga hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana ovarium tidak aktif sehingga tidak terjadi siklus haid. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnosa medis. 2. Keluhan Utama Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah 3. Riwayat Kesehatan a). Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah. b). Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan. c). Riwayat kesehatan keluarga: Kista Endometrium bukan penyakit menular/keturunan.



d). Riwayat perkawinan Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista endometrium. 4. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista endometrium. 5. Riwayat menstruasi Klien dengan kista endometrium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea. 6. Pemeriksaan Fisik Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis. a). Kepala 1.Hygiene rambut 2.Keadaan rambut b). Mata 1.Sklera



: ikterik/tidak



2.Konjungtiva : anemis/tidak 3.Mata : simetris/tidak c). Leher 1.Pembengkakan kelenjer tyroid 2.Tekanan vena jugolaris. d). Dada Pernapasan 1.Jenis pernapasan 2.Bunyi napas 3.Penarikan sela iga e). Abdomen 1.Nyeri tekan pada abdomen. 2.Teraba massa pada abdomen. f). Ekstremitas 1.Nyeri panggul saat beraktivitas. 2.Tidak ada kelemahan. g). Eliminasi, urinasi 1.Adanya konstipasi 2.Susah BAK



7. Data Sosial Ekonomi Kista endometrium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause. 8. Data Spritual Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya. dengan kista endometrium yang endometriumnnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan. 9. Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien dengan kista endometrium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri. 10.Pemeriksaan Penunjang Data laboratorium a).Pemeriksaan Hb b).Ultrasonografi: Untuk mengetahui letak batas kista. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang sering muncul yaitu : 1. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan. 2. PK perdarahan 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. 4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasif dan pembedahan. 5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan). 6. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh. 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa



SLKI



SIKI



1. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.



Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cemas terkontrol dengan kriteria hasil: - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas



Anxiety Reduction (penurunan kecemasan): 1.Gunakan pendekatan yang menenangkan 2.Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3.Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama



- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas - Vital sign dalam batas normal - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan



2. PK: perdarahan



3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.



prosedur 4.Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 5.Berikan informasi factual mengenai diagnosis, prognosis 6.Dorong keluarga untuk menemani anak 7.Lakukan back / neck rub 8.Dengarkan dengan penuh perhatian. 9.Identifikasi tingkat kecemasan 10.Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 11.Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12.Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksa 13.Berikan obat untuk mengurangi kecemasan 1.Monitor tanda-tanda Setelah dilakukan perdarahan gastrointestinal Tindakan keperawatan 2.Awasi petheciae, ekimosis, selama 3x24 jam perdarahan dari suatu tempat diharapkan pasien 3.Monitor vital sign menunjukkan 4.Catat perubahan mental perdarahan dapat 5.Hindari aspiri diminimalkan. 6.Awasi HB dan factor pembekuan 7.Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses Setelah dilakukan Pain Management: Tindakan keperawatan 1.Lakukan pengkajian nyeri selama 3x24 jam secara komprehensif termasuk diharapkan nyeri pasien lokasi, karakteristik, durasi, berkurang dengan frekuensi, kualitas dan faktor kriteria hasil : presipitasi - Mampu mengontrol 2.Observasi reaksi nonverbal dari nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan nyeri, mampu 3.Gunakan teknik komunikasi menggunakan tehnik terapeutik untuk mengetahui nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien mengurangi nyeri, 4.Kaji kultur yang mempengaruhi mencari bantuan) respon nyeri



- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeriMampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang - Tanda vital dalam rentang normal



4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasif dan pembedahan.



5.Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6.Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 7.Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8.Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 9.Kurangi faktor presipitasi nyeri 10.Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 11.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 12.Ajarkan tentang teknik non farmakologi 13.Berikan analgetik untuk mengurangi nyer 14.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. 15.Tingkatkan istirahat 16.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Setelah dilakukan 1.Infection Control (Kontrol Tindakan keperawatan infeksi) selama 3x24 jam 2.Bersihkan lingkungan setelah diharapkan infeksi dipakai pasien lain Pertahankan terkontrol dengan teknik isolasi kriteria hasil: 3.Batasi pengunjung bila perlu - Klien bebas dari tanda 4.Instruksikan pada pengunjung dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat - Mendeskripsikan berkunjung dan setelah proses penularan berkunjung meninggalkan penyakit, factor yang pasien mempengaruhi 5.Gunakan sabun antimikrobia penularan serta untuk cuci tangan penatalaksanaannya, 6.Cuci tangan setiap sebelum dan - Menunjukkan sesudah tindakan kperawtan



kemampuan untuk 7.Gunakan baju, sarung tangan mencegah timbulnya sebagai alat pelindung infeksi 8.Pertahankan lingkungan aseptik - Jumlah leukosit dalam selama pemasangan alat batas normal 9.Ganti letak IV perifer dan line - Menunjukkan central dan dressing sesuai perilaku hidup sehat dengan petunjuk umum 10.Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 11.Tingktkan intake nutrisi 12.Berikan terapi antibiotik bila perlu 13.Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) 14.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 15.Monitor hitung granulosit, WBC 16.Monitor kerentanan terhadap infeksi 17.Batasi pengunjung 18.Saring pengunjung terhadap penyakit menular 19.Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 20.Pertahankan teknik isolasi k/p 21.Berikan perawatan kuliat pada area epidema 22.Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 23.Ispeksi kondisi luka / insisi bedah. 24.Dorong masukan cairan 25.Dorong istirahat 26.Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep 27.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 28.Ajarkan cara menghindari infeksi 29.Laporkan kecurigaan infeksi 30.Laporkan kultur positif



5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan).



Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan kebersihan diri dengan kriteria hasil: - Pasien bebas dari bau - Pasien tampak menunjukkan kebersihan - Pasien nyaman 6. Gangguang citra Setelah dilakukan tubuh Tindakan keperawatan berhubungan selama 3x24 jam dengan perubahan diharapkan masalah fungsi tubuh. teratasi dengan kriteria hasil: Citra Tubuh : - Kepuasan dengan penampilan tubuh - Penyesuaian terhadap perubahan tampilan fisik - Penyesuaian terhadap perubahan status kesehatan - Penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh - Penyesuaian terhadap perubahan akibat pembedahan.



Personal hyegene managemen 1.Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri 2.Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh pasien(oral,tubuh,genital) 3.Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri 4.Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien. Peningkatan citra tubuh : 1.Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien terkait dengan perubahan perubahan citra tubuh (telah) diprediskusikan 2.Bantu pasien untuk mendiskusikan stressor yang mempengaruhi ditra diri terkait dengan kondisi konginetal, cedera, penyakit atau pembedahan 3.Tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan perubahan citra diri dan realitas 4.Bantu pasien untuk mengidentifikasi bagian dari tubuhnya yang memiliki persepsi positif terkait dengan tubuhnya.



   



C. Referensi A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC. Bulecheck, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth



Edition. Mosby an Imprint of Elsevier Inc.



Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC. Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.



Mosby an Imprint of Elsevier Inc.



NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015



– 2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.