22 0 281 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG PARIKESIT, RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
DISUSUN OLEH: OKTAVIA NURULIZZA P1337420116028
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2018
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)
2. ETIOLOGI Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu : 1) Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya : a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat b) Zat tambahan pada makanan c) Kurang olahraga d) Merokok dan konsumsi alcohol e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius f) Sering stress g) Zat polutan 2) Faktor genetic Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. 3. PATOFISIOLOGI Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih.
Pada
neoplasia
tropoblastik
gestasional
(hydatidiform
mole
dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
4. PATHWAYS
5. KOMPLIKASI Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu. 2. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. 3. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas. 4. Parasentesis Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk 5. Pap smear Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista. 7. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien
muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
B. KONSEP ASUHAN EPERAWATAN
PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab 2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah. b. Riwayat kesehatan dahulu Sebelumnya tidak ada keluhan. c. Riwayat kesehatan keluarga Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan. d. Riwayat perkawinan Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium. 4. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium. 5. Riwayat menstruasi Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea. 6. Pemeriksaan Fisik Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala Hygiene rambut, Keadaan rambut b. Mata 1) Sklera
: ikterik/tidak
2) Konjungtiva
: anemis/tidak
3) Mata
: simetris/tidak
c. Leher 1) pembengkakan kelenjer tyroid 2) Tekanan vena jugolaris. d. Dada Pernapasan : Jenis pernapasan, Bunyi napas, Penarikan sela iga e. Abdomen Nyeri tekan pada abdomen, Teraba massa pada abdomen. f. Ekstremitas Nyeri panggul saat beraktivitas, Tidak ada kelemahan. g. Eliminasi Adanya konstipasi, Susah BAK 7. Data Sosial Ekonomi Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause. 8. Data Spritual Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya. 9. Data Psikologis Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan. 10. Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri 11. Pemeriksaan Penunjang Data laboratorium : Pemeriksaan Hb, Ultrasonografi
a. 1)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperasi Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen. 2)
Gangguan eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya edema
pada jaringan lokal. 3) b.
Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan Post operasi
1)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
2)
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan
3)
Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
4)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit (jaringan,
perubahan sirkulasi).
a.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Preoperasi Perencanaan\
No
1.
Dx
I
Tujuan
Intervensi
Rasional
Rasa nyeri klien
♦ Kaji penyebab nyeri
♦ Penyebab diketahui sehingga dapat
hilang/ berkurang
dengan mudah menentukan
setelah tinakan
intervensi
keperawatan 2 × 24
♦ Perubahan TTV merupakan
jam.
♦ Monitor TTV
Kriteria hasil: ♦ Klien tidak
identifikasi diri terhadap perkembangan px
♦ Ajarkan tehnik relaksasi
♦ Tehnik relaksasi akan membantu
mengeluh nyeri / nyeri
otot-otot berelaksasi sehingg
berkurang
persepsi nyeri akan berkurang
♦ TTV normal
♦ Atur posisi yang nyaman
mambantu otot-otot berelaksasi
♦ Menunjukkan nyeri
sehingga nyeri berkurang
berkurang/terkontrol ♦ Menunjukkan
♦ Posisi yang sesuai/nyaman akan
♦ Kaji skala nyeri
♦ Skala nyeri menunjukan respon px terhadap nyeri
ekspresi wajah/postur tubuh rileks ♦ Pantau pola penolakan. ♦ Berpartisipasi dalam
♦ Informasi ini sangat penting untuk
aktivitas dan
merncakan perawatan dan
tidur/istirahat dengan
mempengaruhi pilihan intervensi
tepat
invidu.
♦ Skala nyeri 0 dari skala nyeri 0-10
2.
II
Gangguan eliminasi
♦ Palpasi kandung kemih
urin dapat
♦ Distensi kanung kemih mengindikasi retensi urinarius.
berkurang/hilang
♦ Mempertahankan hidrasi aekuat
setelah dilakukan
♦ Tingkatkan masukan
tindakan keperawatan
cairan 2000 – 3000 ml/hari
kurang selama 2 × 24
(28 tpm - 48 tpm)
jam.
♦ Hindari tanda - tanda
♦ Ekspresi kekecewaan akan
Kriteria hasil:
penolakan verbal atan
menurunkan rasa percaya diri dan
nonverbal.
tidak membantu mensukseskan
♦ Klien dapat
dan meningkatkan fungsi ginjal.
program
mempertahankan atau memperoleh pola eliminasi yang efektif ♦ Klien ikut serta dalam pengobatan. ♦ Memulai perubahan gaya hidup yang diperlu 3.
III cemas dapat berkurang dan hilang
♦ Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
dilakukan tindakan
♦ Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
♦ Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman
keperawatan 2 × 24 jam.
menurunkan tingkat kecemasan klien.
dan pengetahuan klien bertambah setelah
♦ Hubungan yang terapeutik dapat
tindakan selanjutnya. ♦ Berikan penjelasan
♦ Informasi yang tepat menambah
Kriteria hasil:
tentang semua
wawasan klien sehingga klien tahu
♦ Klien dapat
permasalahan yang
tentang keadaan dirinya.
menuturkan pemahanan kondisi,
berkaitan dengan penyakitnya.
efek prosedur dan
♦ Libatkan orang terdekat
♦ Menjamin sistem pendukung untuk
pengobatan
ssesuai indikasi bila
klien dan memungkinkan orang
♦ Klien
keputusan penting akan
terdekat terlibat dengan tepat.
dapat menunjukkan
dibuat.
prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan suatu tindakan ♦ Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program perawatan
b.
Post Operasi Perencanaan
No
1.
Dx
I
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan rasa
♦ Kaji skala nyeri
♦ Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyaman (nyeri)
♦ Kaji faktor yang
♦ Dapat membantu perawat dalam
memperberat dan
memberikan intervensi berikutnya
memperingan nyeri
♦ Peningkatan Tekanan Darah dan
jam.
♦ Observasi TTV
nadi menandakan adanya nyeri
Kriteria hasil:
♦ Atur posisi klien
♦ Mengurangi rasa nyeri
berkurang / hilang setelah tindakan keperawatan 2 × 24
♦ Klien mengatakan tidak pernah nyeri lagi
senyaman mungkin ♦ Anjurkan tehnik relaksasi
♦ Memberikan rasa nyaman pada klien
♦ Klien tidak tampak
♦ Alihkan perhatian klien
♦ Agar klien tidak terlalu merasakan
meringis lagi
dari rasa nyeri
nyerinya
♦ Klien tidak lagi
♦ Ciptakan lingkungan
♦ Memberikan kenyamanan
memegangi area nyeri
nyaman bagi klien
sehingga mengurangi nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi:
♦ Berikan analgetik sesuai
♦ Analgetik dapat mengurangi nyeri
♦ Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri) dari skala nyeri 0-10. ♦ TTV dalam batas
indikasi
normal ♦ Klien tampak rileks 2.
II
♦ Kaji tanda-tanda infeksi Resiko infeksi pada
♦ Dapat menentukan intervensi yang
luka post operasi
tepat
dapat dicegah setelah
♦ Observasi TTV klien
dilakukan tindakan
umum klien
keperawatan 2 × 24 jam. Kriteria hasil:
♦ Mengetahui status kesadaran
♦ Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan
♦ Meminimalkan masuknya mikro organisme
anti septik ♦ Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, panas pada area luka post op
♦ Jaga kebersihan area
♦ Mencegah penyebaran infeksi
sekitar luka. Diskusikan dengan klien dan keluarga klien tentang perawatan luka post operasi
♦ Insisi luka operasi tampak mongering
♦ Tingkatkan istirahat
♦ Istirahat menurunkan proses metabolisme, memungkinkan O2
♦ Suhu tubuh klien dalam batas normal (36-37,2 C)
dan nutrien digunakan untuk penyembuhan
3.
III
Defisit perawatan diri tidak terjadi setelah
Kolaborasi:
Kolaborasi
♦ Beri Antibiotik sesuai
♦ Anti biotik untuk mematikan
indikasi
mikro organisme
♦ Kaji defisit perawatan
♦ Untuk menentukan dan
diri klien
mengetahui tingkat defisit perawatan klien guna memberikan perawatan.
dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
♦ Anjurkan keluarga untuk menyeka klien tiap pagi
♦ Agar kebersihan diri klien tetap terjaga
Kriteria hasil:
dan sore hari
♦ Klien dapat mandi
♦ Anjurkan keluarga klien
♦ Agar klien merasa nyaman dengan
sendiri
untuk mengganti pakaian
pakaian yang bersih.
♦ Klien bebas dari bau
klien 2 × sehari
♦ Klien tampak menunjukkan kebersihan
♦ Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya
♦ Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang personal hygene setelah post operasi
kebersihan diri setelah ♦ Klien nyaman
post operasi. ♦ Menyeka klien
♦ Personal hygene terpenuhi
♦ Mengganti sprei
♦ Agar klien merasa nyaman dan bersih.
4.
IV
Luka operasi
♦ Periksa luka secara
mencapai
teratur, catat karakteristik
♦ Mengobservasi adanya kegagalan
penyembuhan setelah
dan integritas kulit.
proses penyembuhan luka
♦ Anjurkan pasien untuk
♦ Mencegah kontaminasi luka
tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
tidak menyentuh daerah luka
Kriteria hasil :
♦ Secara hati-hati lepaskan
♦ Tercapainya
perekat dan pembalut saat
penyembuhan luka
mengganti balutan
♦ Mencegah
Kolaborasi :
komplikasi
♦ Pemberian antibiotik
♦ Tidak timbul jaringan parut
♦ Mengurangi resiko trauma kulit.
Kolaborasi : ♦ Diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC. Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus. Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC. Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby. Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:Mosby. William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.