LP Kista Ginjal Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA GINJAL



A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Ginjal terletak pada dinding abdomen posterior setinggi vertebra Thorakal 12 (T12)sampai dengan Lumbal 3 (L3).



Struktur ginjal terdiri atas korteks renalis dan medula renalis, yang masing-masing berbeda dalam warna dan bentuk. Korteks renalis berwarna pucat, mempunyai permukaan yang kasar. Medula renalis terdiri atas pyramidales renale (pyramis renalis Malpighii ), berjumlah antara 12–20 dan berwarna agak gelap. Basis dari bangunan piramid ini, disebut basis pyramidis berada pada korteks, dan apexnya yang dinamakan papilla renalis, terletak menghadap ke arah medial, bermuara pada kaliks minor. Pada setiap papilla renalis bermuara 10–40 buah duktus yang mengalirkan urin ke kaliks minor. Daerah tersebut berlubang-lubang dan dinamakan area cribrosa. Hilum renale meluas membentuk sinus renalis, dan di dalam sinus renalis terdapat pelvis renalis, yang merupakan pembesaran dari ureter ke arah cranialis. Pelvis renalis terbagi menjadi 2–3 kaliks renal mayor, dan setiap kaliks mayor terbagi menjadi 7–14 buah kaliks renal minor.



Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia Gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia Gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal. Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan di sebelah anterior dilindungi oleh organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon. Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula terdapat banyak duktuli ginjal. Nefron adalah unti fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus kolegentes.



Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.



B. Pengertian Kista adalah suatu kantung tertutup yang dilapisi oleh jaringan epitel dan berisi cairan atau bahan setengah padat.Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomaly congenital ataupun kelainan yang didapat. Kista ginjal dibedakan dalam beberapa bentuk, yaitu :



1. Ginjal multikistik diplastik 2. Ginjal polikistik 3. Kista ginjal Soliter. Diantara bentuk – bentuk kista ginjal ini, ginjal polikistik berkembang secara progresif menuju kerusakn kedua buah ginjal. Polikisitik berasal dari dua kata poly yang berarti banyak dan Cystic yang berarti rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel yang mengandung cairan atau bahan semisolid, jadi polikistik (polycystic) ginjal adalah banyaknya kistik (cytstic) pada ginjal Kista – kista tersebut dapat dalam bentuk multipel, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang – kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista – kista yang menyerupai anggur. Kista – kista itu terisi oleh cairan jernih atau hemorargik Polikisitik berasal dari dua kata poly yang berarti banyak dan Cystic yang berarti rongga tertutup abnormal, dilapisi epitel yang mengandung cairan atau bahan semisolid, jadi polikistik (polycystic) ginjal adalah banyaknya kistik (cytstic) pada ginjal. Kista – kista tersebut dapat dalam bentuk multipel, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang – kadang sebesar sepatu bola) dan terisi oleh kelompok kista – kista yang menyerupai anggur. Kista – kista itu terisi oleh cairan jernih atau hemorargik



.



Penyakit Ginjal Polikista adalah suatu penyakit



keturunan diamana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista, ginjal menjadi lebih besar tetapi memiliki lebih sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi. C. Etiologi/Penyebab Penyebab utama dari terjadinya Kista Ginjal sampai saat ini belum diketahui namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang menjadi penyebab munculnya penyakit Kista Ginjal. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain : 1. Genetik Penyakit ginjal bawaan ini bisa saja muncul karena faktor keturunan. Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit ini bisa bersifat dominan atau resesif, artinya bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu orang tuanya (autosomal dominant) atau 2 gen resesif dari kedua orang tuanya (autosomal resessive). Penderita yang



memiliki gen resesif biasanya baru menunjukkan gejala pada masa dewasa. Penderita yang memiliki gen dominan biasanya menunjukkan penyakit yang berat pada masa kanak-kanak. 2. Usia Angka kejadian penyakit Kista Ginjal meningkat sesuai usia. Sekitar 20 % pada usia di atas 40 tahun dan 30 % pada usia 60 tahun, namun secara umum Kista Ginjal lebih banyak diderita pada usia 30-40 tahun. 3. Jenis Kelamin Penyakit Kista Ginjal ini sering ditemukan pada pria dibanding wanita. D. Klasifikasi Polikistik memiliki dua bentuk yaitu bentuk dewasa yang bersifat autosomal dominan dan bentuk anak-anak yang bersifat autosomal resesif.



(5)



Namun pada



buku lain menyebutkan polikistik ginjal dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyakit ginjal polikistik resesif autosomal (Autosomal Resesif Polycystic Kidney/ARPKD) dan bentuk penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (Autosomal Dominant Polycytstic Kidney/ADPKD) Ginjal



Polikistik



Resesif



Autosomal



(Autosomal



Resesif



Polycystic



Kidney/ARPKD) 1. Anomali perkembangan yang jarang ini secara gentis berbeda dengan dengan penyakit ginjal polikistik dewasa karena memiliki pewarisan yang resesif autosomal, terdapat subkategori perinatal, neonatal, infantile dan juvenil. 2. Terdiri atas setidaknya dua bentuk, PKD1 dan PKD2, dengan PKD1 memiliki lokus gen pada 16p dan PKD2 kemungkinan pada kromosom 2. PKD2 menghasilkan perjalanan penyakit yang secara klinis lebih ringan, dengan ekspresi di kehidupan lebih lanjut. Ginjal



Polikistik



dominan



autosomal



(Autosomal



Dominant



Polycytstic



Kidney/ADPKD) 1. Merupakan penyakit multisistemik dan progresif yang dikarakteristikkan dengan formasi dan pembesaran kista renal di ginjal dan organ lainnya (seperti : liver, pancreas, limfa) 2. Kelainan ini dapat didiagnosis melalui biopsi ginjal, yang sering menunjukkan predominasi



kista



glomerulus



yang



disebut



sebagai



penyakit



glomerulokistik, serta dengan anamnesis keluarga. 3. Terdapat tiga bentuk Penyakit Ginjal Polikistik Dominan Autosomal



ginjal







ADPKD – 1 merupakan 90 % kasus, dan gen yang bermutasi terlentak pada lengan pendek kromosom 16.







ADPKF – 2 terletak pada lengan pendek kromosom 4 dan perkembangannya menjadi ESRD terjadi lebih lambat daripada ADPKD







Bentuk ketiga ADPKD telah berhasil di identifikasi, namun gen yang bertanggung jawab belum diketahui letaknya.



E. Manifestasi Klinik a.



Nyeri Pinggang Nyeri pada area dari ginjal-ginjal dapat disebabkan oleh infeksi kista, perdarahan ke dalam kista-kista, atau peregangan atau penekanan dari jaringan yang berserat disekitar ginjal dengan pertumbuhan kista.



b.



Hipertensi Terjadi karena iskemi segmental atau adanya obstruksi.



Sehingga



mengaktifkan hormon renin yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan berakhir menjadi Hipertensi. c.



Sakit Kepala Sakit kepala yang berat disebabkan oleh aneurysms pembuluh-pembuluh darah yang menggelembung di tempat di dalam otak. Sakit kepala juga dapat disebabkan tekanan darah tinggi.



d.



Infeksi Saluran Kencing Sama halnya batu di saluran kemih, Kista Ginjal juga menyebabkan timbulnya infeksi pada ginjal maupun saluran kencing. Gejala infeksi ini pada umumnya sama seperti demam, diikuti gangguan berkemih. Saat kencing terasa nyeri dan panas, kemudian sering kali merasa ingin kencing, akan tetapi kalau sudah berkemih biasanya tidak bisa lancar, terkadang juga bisa timbul kencing darah (hematuria). Infeksi menahun seperti ini yang dapat menyebabkan gagal ginjal.



e.



Kelelahan Hal ini terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoiten yang berperan dalam produksi sel darah merah sehingga terjadilah anemia, akibatnya orang yang menderita penyakit kista ginjal mudah sekali mengalami kelelahan.



f.



Mual dan anoreksia Rasa mual dan anoreksia muncul karena telah terjadi gangguan metabolisme protein dalam usus, selain itu meningkatnya ureum dalam darah menyebabkan terjadinya asidosis metabolik sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan asam lambung.



g.



Penurunan atau peningkatan berat badan Penurunan berat badan dapat terjadi karena rasa mual dan anoreksia sehingga intake nutrisi tidak adekuat. Selain itu penurunan fungsi ginjal. juga berdampak pada penumpukan cairan dalam tubuh dan bisa menyebabkan terjadinya oedem pada seluruh tubuh sehingga orang yang menderita kista ginjal juga dapat mengalami peningkatan berat badan.



F. Patofisiologi Banyak teori menjelaskan tentang mekanisme terjadinya Kista Ginjal. Diantara teori-teori tersebut adalah : 1.



Terjadi kegagalan proses penyatuan nefron dengan duktus kolekting (saluran pengumpul).



2.



Kegagalan involusi dan pembentukkan kista oleh nefron generasi pertama.



3.



Defek pada membrane basal tubulus (tubular basement membrane).



4.



Obstruksi nefron oleh karena proliferasi epitel papila.



5.



Perubahan metabolisme yang merangsang terjadinya kista.



Kedua ginjal menjadi tidak normal, walaupun salah satu mungkin lebih besar daripada yang lain. Didalamnya terdapat kista-kista yang difus, dengan ukuran yang bervariasi antara beberapa 1 cm sampai 10 cm. Apabila di dalam ginjal seseorang terdapat suatu massa seperti kista yang jika dibiarkan maka kista ini akan menekan ginjal. Secara perlahan ini akan mengakibatkan



terjadinya



penurunan



fungsi



ginjal.



Untuk



mempertahankan



homeostasis maka tubuh melakukan suatu kompensasi dengan meningkatkan aktivasi hormon renin yang diubah menjadi angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, yaitu senyawa vasokontriktor paling kuat. Vasokonstriksi dapat meningkatkan tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh kortek adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan Adeno (ACTH) sebagai reaksi terhadap perfusi yang jelek atau peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu penurunan fungsi ginjal juga berdampak pada terjadinya penimbunan sisa-sisa hasil kemih (azotemia) yang mengakibatkan terjadinya penurunan glomerolus filtrasi rate (GFR), sehingga terjadi peningkatan ureum kreatinin dalam darah. Salah satu organ yang mengalami dampak ini adalah saluran GI, terjadinya gangguan metabolisme protein dalam usus serta asidosis metabolik yang berakhir pada gejala nausea dan anoreksia Pada kondisi lain edema pada pasien Kista Ginjal disebabkan rendahnya kadar albumin serum yang mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma, kemudian akan diikuti peningkatan transudasi cairan dan kapiler ke ruang interstitial sesuai dengan hukum Starling. Akibatnya volume darah yang beredar akan berkurang (underfilling) yang selanjutnya mengakibatkan perangsangan sekunder sistem renin-angiostensin-aldosteron yang meretensi natrium dan air pada tubulus distalis. Hipotesis ini menempatkan albumin dan volume plasma berperan penting pada proses terjadinya edema



Jika kista yang tumbuh



pada ginjal terutama daerah korteks maka



peregangan kapsula renalis sehingga jaringan ginjal membengkak. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada daerah pinggang sampai ke bahu.



G. Pathway



H. Komplikasi Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat kista ginjal, yaitu: 1. Kista pecah Kista ginjal yang pecah dapat menyebabkan rasa sakit cukup parah pada bagian punggung atau bagian samping, yaitu antara tulang rusuk dan panggul. 2. Infeksi pada kista Jika kista ginjal mengalami infeksi, penderita bisa mengalami rasa sakit dan demam. 3. Gangguan buang air kecil Jika seseorang mengalami sumbatan yang disebabkan oleh kista ginjal, maka kesulitan buang air kecil bisa terjadi dan dapat menyebabkan pembengkakan pada ginjal. 4. Gagal ginjal Ginjal berfungsi untuk membersihkan material sampah dari tubuh serta menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia di dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami gagal ginjal, berarti fungsi ginjalnya sudah rusak, sehingga material sampah dan cairan tertimbun di dalam tubuh. Penyakit ginjal polikistik bisa menyebabkan kondisi ini. 5. Hipertensi Penyakit ginjal polikistik bisa meningkatkan risiko penderitanya untuk mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi, karena ginjal memiliki peranan penting dalam mengendalikan tekanan darah. Jika terjadi hipertensi, maka risiko serangan jantung dan stroke juga meningkat. I.



Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan kasus ini adalah konservatif, dengan evaluasi rutin menggunakan USG. Apabila kista sedemikian besar, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat dilakukan tindakan bedah. Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa Kista Ginjal yang besar merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang demikian cenderung mengandung keganasan. Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada kista adalah aspirasi percutan.



1. Bedah terbuka a. Eksisi b. Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim. c. Drainase dengan eksisi seluruh segmen eksternal kista. d. Heminefrektomi 2. Laparoskopi Pada tindakan aspirasi percutan harus diingat bahwa kista merupakan suatu kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik aspirasi harus betul-betul steril, dan perlu pemberian antibiotik profilaksis. Karena apabila ada kuman yang masuk dapat menimbulkan abses. Seringkali kista muncul lagi setelah dilakukan aspirasi, meskipun ukurannya tidak sebesar awalnya.



J. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian 1. Aktivitas dan Istirahat. Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan proses penyakit. 2. Sirkulasi Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri), bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa turgor buruk, kering, lidah kotor. 3. Integritas Ego Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.Tanda: Menolak, perhatian menyempit. 4. Eliminasi Gejala: Diare/konstipasi. Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada konstipasi/adanya peristaltik. 5. Makanan/cairan Gejala: Anoreksia, mual dan muntah. Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat. 6. Hygiene



Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan. 7. Nyeri/ kenyamanan Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium. Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium. 8. Keamanan Tanda : penglihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis Gejala: Peningkatan suhu tubuh 38C-40C 9. Interaksi Sosial Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan kondisi yang di alami. 1.



Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan a.



Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.



b.



Mual dan muntah serta kemungkinan diare



c.



Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal



2.



Pemeriksaan Diagnostik a.



Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu



obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. b.



Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.



c.



Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.



d.



Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.



e.



IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).



f.



Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.



g.



USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.



K. Diagnosa Keperawatan No



Diagnosa Keperawatan



1



Nyeri b.d agen cidera biologis.



2



Intoleransi aktivitas b.d kelelahan,anemia dan retensi



3



Kelebihan volume cairan b.d haluaran urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium



L. Intervensi No Diagnosa



NOC



1a



Nyeri b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawaran 1 cidera biologis. x 15 menit diharapakan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil: a.Pasien mampu mengontrol nyeri b.Melaporkan bahwa nyeri berkurang c. Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda) d.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang .



2



Intoleransi aktivitas



b.d



kelelahan,anemi a dan retensi



NIC Setelah dilakukan tindakan keperawaran 1 x 15 menit diharapakan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil: e.Pasien mampu mengontrol nyeri f. Melaporkan bahwa nyeri berkurang g.Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda) h.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



Intoleransi aktivitas b.d a. Menentukan penyebab dari intoleransi aktivitas. kelelahan,anemia dan Rasional: dengan menentukan retensi penyebab, suatu masalah dapat di intervensi secara langsung. b. Monitor respon kardivaskuler dan respirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Rasional: TTV mencerminkan perubahan yang terjadi pada klien dengan segera sehingga dapat ditangani dengan cepat apabila terjadi kegawatan. c. Jika klien dalam keadaan tirah baring, posisikan dalam posisi lebih tegak sehingga tidak membebani sistem kardiovaskular. Rasional: dengan memposisikan klien dalam posisi lebih tegak maka beban sistem kardiovaskular lebih ringan dalam suplai darah. d. Mengevaluasi keseharian klien dalam beraktivitas dan setelah prosedur tirah baring. Melakukan mobilisasi pada klien yang tirah baring. Rasional:posisi yang baik membantu menjaga distribusi cairan secara optimal dan toleransi ortostatik. e. Melakukan latihan ROM jika



klien tidak toleransi terhadap aktivitasnya atau dalam keadaan immobilisasi. Rasional: dengan melakukan ROM baik aktif maupun pasif, resiko terjadinya penekanan pada daerah tertentu tidak terjadi dan mencegah kontraktur. f. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Rasional: Mengetahui kemampuan aktivitas klien akan membantu dalam menentukan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan kemampuan klien . 3



Kelebihan volume b.d



cairan haluaran



urine,diet berlebih retensi



dan cairan



serta natrium



Setelah dilakukan a. Monitor lokasi dan luas edema, tindakan keperawatan gunakan skala 1-4 untuk selam 3x24 jam kuantitas edema. Catat diharapkan cairan di perbedaan pengukuran diantara tubuh akan ektremitas seimbang.Dengan Rasional: Edema biasanya kriteria hasil: berhubungan dengan penurunan a. Terbebas dari tekanan onkotic sebagai akibat edema, dari sindrom nefrotic. Gagal b. Bunyi napas bersih. jantung dan gagal ginjal bias any c. Tekanan darah berhubungan dengan edema dalam rentang karena peningkatan tekanan normal (120/80hidrostatik, edema akan 140/90) menyebabkan bengkak pada d. Klien tidak sesak kaki. napas b. Monitor peningkatan berat badan e. Peningkatan BB yang tiba-tiba, gunakan skala interdialitik tidak yang sama dan tipe pakaian yang lebih 5% BB kering sama pada hariyang sama, terutama sebelum makan pagi. Rasional: Perubahan berat badan menunjukan perubahan volum cairan tubuh. c. Monitor intake dan output, cata hasil penurunan urin output bandingkan dengan intake cairan Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan intake dan output. Mengukur secara kurat intake dan output penting bagi klien yang mengalami keleihan volume cairan.



d. Ajarkan dan anjurkan klien tentang diet rendah sodium



Rasional: Diet sodium mengontrol edema.



untuk



DAFTAR PUSTAKA



Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC Price S.A., Wilson L.M. 2005. Patofisologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Editor : Huriawati Hartono et.al. Edisi 6. Vol. 2, EGC: Jakarta. B Purnomo, Basuki. 2003. Ginjal Polikistik dalam Dasar – dasar Urologi Edisi 2. Jakarta : EGC. Nurarif AH, Hardhi K. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction. Bulecheck, Gloria M, et al. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier. Moorhead, Sue, et all. 2004.Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. USA: Mosbie Elsevier. Muttaqien A, Kumala S. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.