11 0 174 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS DI RUANG MAWAR RSUD RAA SOEWONDO PATI
Di susun oleh : SITI NOR AISAH 72020040038
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AJARAN 2020/2021 Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218 Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus
LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS
A. PENGERTIAN Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu atau saluran empedu. Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus kristik dan menyebabkan distensi kandung empedu (M.Clevo Rendy & Margareth TH, 2012:80). Koleolitiasis atau koledokotiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol (NANDA NIC-NOC 2015:173). Kolelitiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) di dalam kandung empedu atau saluran bilier. Batu terbentuk dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Lusianah & Suratun, 2010). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kolelitiasis atau koledokotiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu atau saluran empedu yang terbentuk dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu atau pada saluran kandung empedu pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. B. ETIOLOGI Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika
bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium (NANDA NIC-NOC, 2015). Suatu radang kantung empedu, sering dibarengi dengan pembentukan empedu (cholelithiasis), itulah cholelithiasis. Radang mungkin akut maupun kronis secara alami. Pada cholecystitis akut, darah mengalir kekantung empedu mungkin menjadi terganggu yang pada gilirannya akan menyebabkan permasalahan dengan pengisian dan pengosongan normal pada kantung empedu. Batu bisa menghalangi saluran pipa cystic yang akan mengakibatkan empedu menjadi terjerat didalam kantung empedu karena radang akan dipengaruhi
oleh
melokalisir
edema
berkembang,
kantung
empedu
menggelembungkan karena empedu tertahan dan perubahan ischemic akan terjadi didalam dinding kantung empedu. Cholecystitis kronis terjadi ketika peristiwa kemacetan saluran pipa eystic, yang umumnya karena batu. Ada radang kronis kantung empedu sering kontraksi, yang menyebabkan permasalahan pada penyimpanan empedu dan gerakan empedu. Pasien dapat terjangkit penyakit kuning kronis terletaknya empedu atau penyakit kuning yang bersifat menghalangi. Mereka akan memperlihatkan suatu warna kekuning – kuningan keselaput lendir dan kulit. Jika pasien mempunyai suatu pewarnaan yang gelap pada kulit mereka, periksa telapak kaki dan telapak tangan. ikterus adalah perubahan warna kuning yang terlihat di selaput putih mata. Ada peningkatan resiko untuk radang kantung empedu dan pengembangan batu empedu dan meningkatnya umur, wanita atau kelebihan berat badan mempunyai sejarah keluarga penyakit kantung empedu, orang – orang dapat diet menurunkan berat badan secara cepat dan selama kehamilan C. MANIFESTASI KLINIS Tanda gejala menurut (Brunner & Suddarth, 2014 :186) 1.
Perut atas, epigastric, atau sakit abdominal kanan atas yang dapat menyebar ke bahu kanan.
2.
Rasa sakit pada Right Upper Quadrant (RUQ) meningkat dengan palpasi
abdomen kanan atas selama inspirasi ( tanda Murphy ) menyebabkan pasien berhenti mengambil nafas panjang. 3.
Mual dan muntah, terutama setelah makan makanan berlemak.
4.
Selera makan hilang.
5.
Demam.
6.
Udara bertambah pada saluran usus ( bersendawa, kentut ).
7.
Kulit gatal – gatal karena terbentuknya garam empedu.
8.
Feses berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen didalam usus (biasanya dikonversi dari bilirubin yang telah diblok dengan aliran empedu)
9.
Penyakit kuning-kulit warna kekuningan dan membrane mukosa berubah warna.
10. ikterus-perubahan warna menjadi krkuningan pada sklera (putih pada mata) 11. urine warna gelap dan berbusakarena ginjal berusaha membersihkan bilirubin. D. PATOFISIOLOGI 1. Batu pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini terdiri dari Bilirubinat, Karbonat, Foosfat dan Asam lemak. Pigmen (Bilirubin) dalam kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena korang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan menyebabkan presipitasi atau pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak. Sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi. 2. Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsure normal pembentukan empedu dan pengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid) (Rudi Haryono, 2012). E. PATHWAY Proses degenerasi hati
Penurunan fungsi hati
Gangguan metabolisme
Pengendapan kolesterol
Peradangan dalam sekresi kolesterol kantong empedu
Sintesis kolestrol
Batu empedu
Menyumbat aliran getah pankreas
Distensi kandung empedu
Bagian fundus menyentuh bagian abdomen kartilago
Merangsang ujung saraf eferen simpatis
Hasilkan substansi
Aliran baik getah empedu (duktus kolekditus ke pankreas)
Iritasi lumen
inflamasi
Kerusakan neuromuskuler
Resiko infeksi
Post pasca bedah
Interfensi pembedahan
Enzyme SGOT dan SGPT
Serabut saraf eferen hipotalamus
Gangguan fungsi organ distal
Bersifat iriatif saluran cerna
Merangsang nervus
Hambatan mobilitas fisik
Nyeri berat pada kuadrat atas dan nyeri tekan daerah
Permeabilitas kapiler
Menekan saluran parasimpatis
Nyeri akut Penurunan peristaltik
Cairan shif keperitonium
Resiko syoik (Hipovolemik)
Resiko defisien volume cairan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Makanan tertahan di lambung
Rasa mual muntah
(Nanda NIC-NOC 2015 : 176) F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan penunjang menurut (NANDA NIC-NOC 2015:174) a. Pemeriksaan laboratorium b. pemeriksaan radiologi c. USG, kolesistografi oral, ERC d. Foto polos abdomen 2. Pemeriksaan penunjang menurut (Brunner & Suddart’s 2014) a. Kolesistogram, kolangiogram arterografi aksis seliak. b. Laparoskopi.
c. Ultrasonografi EUS. d. Pemindai CT heliks dan MRI ERCP. e. Fosfatase alkalin serum gamma-glutamil (GGT), gamma-gutamil transpeptidase (GGTP), LDH. f. Kadar kolesterol G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Penanganan non bedah a. Disolusi medis Harus memenuhi kriteria terpi non operatif, seperti batu kolesterol diameternya < 20 mm dan batu < 4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan duktus sistik paten. b. Endoscopic retrogradecholangio pancreatography (ERCP) Batu didalam saluran empedu yang keuar dengan basket kawat atau balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar dengan tinja. Untukbatu besar, batu yang terjepit saluran empedu atau batu yang terletak diatas saluran empedu yang sempit diperlukan prosedur endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi seperti pemecahan batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser. c. Extracoporeal
shock
Wave
Lithotripsy
(ESWL)
Merupakan
pemecahan batu dengan gelombang suara. 2. Penanganan bedah a. Kolesistektomi terbuka Operasi ini merupakan standar tebaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomiadalah kolik libiaris lekuren, diikuti oleh kolesisitis akut. b. Kolesistektomi laparoskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm. kelebihan yang diperoleh pasien luka operasi kecil (2-10 mm) Sehingga nyeri pasca bedah minimal. Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan
suportif
dan
diet
dan,
jika
memugkinkan,
menghilangkan penyebebnya dengan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau intervensi bedah (Brunner & Suddart 2014). H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN A. Riwayat kesehatan Pengkajian data pada klien kolestitis menurut Lusianah dan Suratun (2010:223-224) adalah: a. Sirkulasi Takikardia, diaphoresis, lightheadedness b. Makanan/cairan 1) Anorexia, mual/muntah intoleransi terhadap lemak dan makanan pembentukkan gas dari makanan, regurgitasi rekuren, indigesti, flatulen sidan dyspepsia, rasa seperti terbakar pada epigastrik, kembung dan dyspepsia. 2) Obesitas, penurunan berat badan, bising usus normal atau penurunan. c. Respirasi Meningkatkan respiratory rate, nafas pendek dan dangkal d. Keamanan Demam ringan, demam tinggi dan menggigil (komplikasi septic),
jaundice kulit kering dan gatal, tendensi perdarahan (defisiensi vitamin k). e. Nyeri/ketidaknyamanan a) Nyeri epigastrik berat dan abdomen bagian atas, nyeri menyebar kebahu kanan/scapula dada mid epigastrik, nyeri bertambah berat nyeri kadang malam hari dan berlansung selama 30 menit, meningkat dengan pergerakkan, nyeri sehabis makan terutama makanan berlemak, prueitus, cenderung terjadi perdarahan. b) Terdapat pantulan ketegangan, atau kekakuan abdomen ketika kuadran kanan atas abdomen dipalpasi, murphy’s sign positif f. Penyeluhan/pembelajaran Kecenderungan terjadinya batu, riwayat DM, kecenderungan dalam keluarga untuk terjadinya batu empedu, dan diskrasia darah. g. Aktivitas/istirahat Klien mengeluh lemah dan tampak kelelahan h. Eliminasi 1) Perubahan warna urin dan feses 2) Distensi abdomen, massa terpalpasi di kuadran kanan atas, urin gelap, stool puat, steatorrhea.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kolelitiasis menurut (Nanda NIC-NOC 2015) adalah: 1. Resiko infeksi b.d gangguan integritas kulit (Domain 11. Kelas 1. Kode 00004) 2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (Domain 12. Kelas 1. Kode 00132)
3. Resiko syok b.d hipovolemia (Domain 11. Kelas 2. Kode 00205) 4. Resiko defisien volume cairan b.d asupan cairan kurang (Domain 2. Kelas 5. Kode 00028) 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi (Domain 2. Kelas 1. Kode 00002) 6. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktifitas (Domain 4. Kelas 2. Kode 00085) C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan peristalsis RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
INTERVENSI (NIC)
diberikan
keperawatan
KEPERAWATAN
asuhan O : kaji keadaan kulit, warna, dan
diharapkan
resiko tekstur
infeksi berkurang
N : ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil :
E : jelaskan pentingnya tidur yang
1. Klien bebas dari tanda dan cukup gejala infeksi 2. Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
C
:
Kolaborasi
kesehatan
untuk
antibiotik
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
dengan
tim
pemberian
RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC)
diberikan
asuhan O : Observasi ketidaknyamanan non
keperawatan diharapkan nyeri akut verbal berkurang
N
:
lakukan
pengkajian
nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, Kriteria Hasil :
karakteristik,
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggambarkan
frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya
factor nyeri dan factor pencetus
penyebab
E
3. Menggunakan pengurangan
durasi,
: ajarkan
penggunaan
teknik
(seperti
teknik
tindakan nonfarmakologi nyeri
tanpa relaksasi)
analgetik
C : kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk
memilih
mengimplementasikan penurunan
nyeri
dan tindakan
nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
3. Resiko syok b.d hipovolemia RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC)
diberikan
asuhan O : monitor ttv, tekanan darah
keperawatan diharapkan resiko syok ortostatik, status mental dan urine teratasi
output N : lihat kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil : 1. Nadi
E : ajarkan keluarga dan pasien dalam
batas
yang tentang langkah untuk mengatasi
diharapkan
gejala syok
2. Tekanan darah dalam batas normal 3. Frekuensi nafas dalam batas
C :
Kolaborasi dengan tim
kesehatan
yang diharapkan 4. Demam tidak ditemukan 4. Resiko defisien volume cairan b.d asupan cairan kurang RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
INTERVENSI (NIC)
diberikan
keperawatan
KEPERAWATAN
asuhan O : monitor intake dan output
diharapkan
resiko N : awasi tanda rangsangan muntah
defisiensi volume cairan teratasi
dan frekuensi muntah E : anjurkan cukup minum
Kriteria Hasil :
C : kolaborasi pemberian obat
1. Turgor kulit elastis 2. Membrane mukosa lembab 3. Tanda-tanda
vital
dalam
rentang normal 4. Intake dan output seimbang 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
diberikan
keperawatan
KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC)
asuhan O : Monitor kalori dan asupan diharapkan makanan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang N : Berikan informasi tentang dari kebutuhan tubuh terpenuhi
kebutuhan nutrisi E
Kriteria Hasil :
:
Anjurkan
memantau
kalori
pasien
untuk
dan
intake
1. Mengerti
faktor
yang makanan (misalnya buku harian
meningkatkan berat badan
makanan)
2. Mengidentifikasi tingkah laku E : Kolaborasi dengan ahli gizi dibawah kontrol klien
untuk menentukan jumlah kalori
3. Memodifikasi diet dalam waktu dan nutrisi yang di butuhkan pasien yang lama untuk mengontrol berat badan 4. Menggunakan
energi
untuk
aktivitas sehari-hari 6. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktifitas RENCANA TUJUAN (NOC) Setelah
KEPERAWATAN INTERVENSI (NIC)
diberikan
asuhan O
:
kaji
kemampuan
dalam
keperawatan diharapkan hambatan mobilisasi mobilitas fisik teratasi
N
:
motivasi
melakukan Kriteria Hasil : 1. Pasien
pasien
mobilitas
untuk secara
bertahap meningkat
dalam E : dorong untuk duduk ditempat
aktivitas fisik 2. Mengerti
tidur tujuan
dari C
peningkatan mobilitas
:
evaluasi
kemampuan
perkembangan pasien
dalam
3. Memverbalisasikan perasaan melakukan aktivitas dalam kekuatan
meningkatkan dan
kemampuan
berpindah 3.REFERENSI
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Rendy,M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Suratun, Lusinah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media.