LP Nefrolitiasis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN NEPHROLITHIASIS Laporan Pendahuluan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan 1



Disusun Oleh : IMROATUL WIRASATI 19613266



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2021



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan oleh : Nama



: Imroatul Wirasati



Nim



: 19613266



Prodi/Fak



: D3 Keperawatan / Fakultas Ilmu Kesehatan



Institusi



: Universitas Muhammadiyah Ponorogo



Judul



: Laporan Pendahuluan Nephrolithiasis



Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan 1 mahasiswa DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponoorogo pada tanggal: 19-24 Juli 2021



Ponorogo, 26 Juli 2021



Pembimbing Lahan



(



Mahasiswa



)



(Imroatul Wirasati)



LAPORAN PENDAHULUAN NEPHROLITHIASIS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus renal. Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) nefrolitiasis adalah pembentukan dan penumpukan batu maupun kalkuli dalam saluran kemih mulai dari ginjal hingga ke kandung kemih oleh kritalisasi dari substansi ekskersi di dalam urine. Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012). Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih (Nurqoriah dkk, 2012). 2. Etiologi Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis belum memiliki penyebab yang pasti (idiopatik), namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi: 1. Dehidrasi 2. Infeksi 3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada pH yang tinggi, dan batu asam urat banyak terdapat pada pH yang rendah). 4. Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius 5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring di ginjal 6. Faktor metabolik 7. Faktor makanan yang dikonsumsi 8. Penyakit renal 9. Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau penurunan eksresinya). 10. Faktor herediter Brunner & Suddarth .(2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab lain dari terjadinya nefrolitiasis yang meliputi: 1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu



2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. 3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis. 3. Manifestasi Klinis Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi: 1. Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi 2. Nausea dan vomitus 4 3. Demam dan menggigil karena infeksi 4. Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter 5. Distensi abdomen 6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal yang berfungsi Menurut Smeltzer, & Bare (2002) beberapa tanda dan gejala yang juga dapat muncul pada penderita nefrolitiasis meliputi: 1. Keluhan yang disampaikan oleh klien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri pada pinggang, menjalar ke daerah panggul, bersifat terusmenerus pada daerah pinggang. 2. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh klien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. 3. Urgency 4. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh klien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu 5. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik, nyeri hilang setelah batu keluar. a. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan kolik, nyeri hilang setelah batu keluar b. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitis 6. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih: demam dan menggigil. 7. Gejala gastrointestinal, meliputi mual, muntah, diare dan perasaan tidak enak di perut berhubungan dengan refluks antara ureter dan intestin 4. Patofisiologi Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau



magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahanbahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat. Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.



PATHWAY Infeksi saluran kemih kronis, gangguan metabolism (Hiperparatiroidisme, hiperuresemia, hiperkalsiuria), benda asing, jaringan mati, inflamasi usus, masukkan vitamin D yang berlebihan



Pengendapan garam mineral. infeksi, megubah pH urin asam menjadi alkalis



Pembentukan batu



Obstrusi saluran kemih



Peningkatan distensi abdomen



Obstruksi diureter



Kalkulus berada diureter



Anoreksia



Gesekan pada dinding ureter



Mual/muntah



Gangguan rasa nyaman, Nyeri



Kurang pengetahuan



Cemas



Output berlebihan



Intoleransi aktivitas



5. Komplikasi Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat nefrolitiasis adalah: 1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal 2. Nekrosis tekanan 3. Obstruksi oleh batu 4. Hidronefrosis 5. Perdarahan 6. Rasa nyeri 7. Infeksi 6. Pemeriksaan Penunjang Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) hasil pemeriksaan berikut ini dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis nefrolitiasis. 1. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal 2. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran serta lokasi batu 3. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi, seperti hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen yang tidak tampak pada foto BNO 4. Kultur urin yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih 5. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat, fosfor, dan asam dalam urin 6. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya 7. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum normal 8. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang tidak terikat dengan protein 7. Penatalaksanaan Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi: 1. Penambahan asupan cairan hingga lebih 3L per hari untuk meningkatkan hidrasi 2. Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih menurut hasil kultur mikroorganisme 3. Obat-obat analgetik sepertik meperidin (Demerol) atau morfin untuk meredakan rasa nyeri 4. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan pembentukan batu. Preparat tiazida untuk menurunkan ekskresi kalsium ke dalam urin. 5. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi 6. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi 7. Kolestiramin yang dpaat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorptif 8. Paratiroidektomi untuk hiperparatiroidisme 9. Allopurinol untuk batu asam urat 10. Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin



11. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal yang tidak dapat keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar 12. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi ukuran yang lebih kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan melakukan pengisapan 13. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat pengalih aliran urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian 1. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien dirawat. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit. Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang pinggang b. Riwayat penyakit sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu : P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan menjalar kesaluran kemih. Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri yang di rasakan seperti menusuk - nusuk. R: Region : Daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri dirasakan pada daerah pinggang. S: Severity :Derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Skala nyeri biasanya T : Time : Waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan nyeri pada klien dengan urolithiasi biasanya dirasakan kadang-kadang. c. Riwayat penyakit dahulu Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman kaleng. d. Riwayat penyakit keluarga



Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, Hipertensi. 3. Riwayat Psikososial 1. Stresor Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit. 2. Koping Mekanisme Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dihadapi. 3. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien. 4. Data Spiritual Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya. 5. Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu : a) Citra tubuh Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai b) Ideal diri Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap penyakitnya c) Harga diri Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain d) Identitas diri Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya e) Peran Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas 4. Pola Kehidupan sehari-hari a) Pola Nutrisi Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena adanya luka pada ginjal b) Pola Eliminasi Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi,



konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut c) Pola Istirahat dan Tidur Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena adanya nyeri d) Pola Aktivitas Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu ginjal klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal e) Pola Personal Hygiene Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di bagian pinggang 5. Pemeriksaan Fisik a) Kepala 1) Rambut Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien 2) Mata Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik 3) Telinga Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi 4) Hidung Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan 5) Mulut Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering b) Leher Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid. c) Thorak 1) Paru- paru Inspeksi : Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan. Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak teraba massa Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang paru bunyinya normal Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal 2) Jantung Inspeksi : Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba



II.



III.



Perkusi : Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal Auskultasi : Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak d) Abdomen Inspeksi : Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat streatmarc Auskultasi : Peristaltik normal Palpasi : Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan Perkusi : Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal (Timpani) e) Ekstermitas Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal f) Genitalia Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan pada genitalia Diagnosis Keperawatan SDKI (2018) diagnosis yang mungkin muncul dengan masalah keperawatan nefr : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot 5. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral Intervensi Keperawatan No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Intervensi (SDKI) Kriteria Hasil Keperawatan (SIKI) (SLKI) 1 D.0077 L.08066 I.08238 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri Tujuan : Setelah Observasi Definisi Pengalaman sensorik atau dilakukan Asuhan 1. Identifikasi lokasi, emosional yang berkaitan Keperawatan karakteristik, dengan kerusakan jaringan selama 1x24 jam durasi, kualitas, aktual atau fungsional, diharapkan tingkat intensitas nyeri dengan onset mendadak nyeri menurun. 2. Identifikasi skala atau lambat dan Kriteria hasil : nyeri berintensitas ringan hingga 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi berat yang berlangsung menurun respons nyeri non kurang dari 3 bulan. 2. Meringis verbal menurun 4. Identifikasi faktor 3. Kesulitan tidur yang memperberat Penyebab 1. Agen pencedera menurun dan memperingan fisiologis (mis. 4. Frekuensi nadi nyeri



Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Agen pencedra kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencidra fisik (mis. Abses, trauma, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik berlebihan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mengeluh nyeri Objektif 1. Tampa meringis 2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Tekanan darah meningkat 2. Pola nafas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaforesis Kondisi Klinis Terkait 1. Kondisi pembedahan 2. Cedera traumatis 3. Infeksi



5. 6. 7.



8.



membaik 5. Identifikasi Pola napas pengetahuan dan membaik keyakinan tentang Tekanan darah nyeri membaik 6. Identifikasi Fungsi pengaruh budaya berkemih terhadap respon membaik nyeri Pola tidur 7. Identifikasi membaik pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakoloki untuk mengurangi rasa nyeri (misal tens, hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa myeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangan jenis



4. Sindrom coroner akut 5. Glaukoma



dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredekan nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri



2



D.0019 Defisit Nutrisi Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism



L.03030 Luaran Utama Satus Nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka status nutrisi Penyebab 1. Ketidakmampuan membaik dengan menelan makanan Kriteria Hasil : 2. Ketidakmampuan 1. Porsi mencerna makanan makanaan 3. Ketidakmampuan yang mengabsorbsi dihabiskan nutrient meningkat 4. Peningkatan 2. Berat badan kebutuhan membaik metabolism 3. Nafsu makan 5. Factor ekonomi membaik



Kaloborasi 1. Kaloborasi pemberian analgetik, jika perlu I.03119 Manajemen Nutrisi Observasi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergindan intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi 5. Identisikasi perlunya penggunaan selang



(mis. finansial tidak cukup) 6. Faktor psikilogis (mis. stress, keengganan untuk makan) Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Berat badan menuru minimal 10% dibawah rentang ideal Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Cepat kenyang setelah makan 2. Kram/nyeri abdomen 3. Nafsu makan menurun Objektif 1. Bising usus hiperaktif 2. Otot pengunyah lemah 3. Otot menelan lemah 4. Membrane mukosa pucat 5. Sariawan 6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok berlebihan 8. Diare Kondisi Klinis Terkait 1. Stroke 2. Parkinson 3. Mobius syndrome 4. Cerebral palsy 5. Clef lip 6. cleft palate 7. Amvottropic lateral



4. Membran mukosa membaik



nasogastric 6. Monitor asupan makanan 7. Monitor berat badan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan) 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 2. Ajarkan diet yang diprogramkan



sclerosis



3



D.0111



L.12111 Tingkat Defisit pengetahuan pengetahuan Definisi Tujuan : setelah Ketiadaan atau kurangnya dilakukan asuhan informasi kognitif yang keperawatan berkaitan dengan topik selama 1x24 jam tertentu diharapkan tingkat Penyebab pengetahuan 1. Keteratasan kognitif pasien meningkat 2. Gangguan fungsi dengan kriteria kognitif hasil : 3. Kekeliruan mengikuti 1) Perilaku sesuai anjuran anjuran meningkat 4. Kurang terpapar 2) Kemampuan informasi menjelaskan 5. Kurang minat dalam pengetahuan belajar tentang suatu 6. Kurang mampu topik mengingat meningkat 3) Kemampuan 7. Ketidaktahuan menggambarka menemukan sumber n pengalaman informasi sebelumnya yang sesuai Gejala dan Tanda Mayor dengan topik Subjektif 4) Perilaku sesuai dengan (tidak tersedia) pengetahuan



Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu I.12383 Edukasi Kesehatan Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi factorfaktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik 1. Sediakan materai dan media pendidikan kesehaatn 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai pendidikan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan factorfaktor yang dapat



5) Pertanyaan mempengaruhi tentang masalah kesehatan Objektif yang dihadapi 2. Ajarkan perilaku 1. Menunjukan perilaku 6) Persepsi yang hidup bersih dan tidak sesuai anjuran keliru terhadap sehat 2. Menunjikan presepsi masalah 3. Ajarkan strategi yang keliru terhadap yang dapat masalah digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup Gejala dan Tanda Minor bersih dan sehat 1. Menjalani pemeriksaan yang tepat 2. Menunjikan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi,histeria) Kondisi Klinis terkait 1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien 2. Penyakit akut 3. Penyakit kronis Keterangan Diagnosis ini dispesifikasi bedasarkan topik tertentu,yaitu: 1. Gaya hidup sehat 2. Keamanan diri 3. Keamanan fisik anak 4. Kehamilan dan persalinan 5. Kesehatan maternal pasca persalinan 6. Kesehatan maternal prekonsepsi 7. Ketrampilan psikomotorik 8. Konservasi energi 9. Latihan toiletting 10. Manajemen arthritis rheumatoid 11. Manajemen asma



4



12. Manajemen berat badan D.0056 Intoleransi Aktivitas Definisi Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari Penyebab 1. Ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan oksigen 2. Tirah baring 3. Kelemahan 4. Imobilitas 5. Gaya hidup monoton Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mengeluh lelah Objektif 1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. Dispnea saat/setelah aktivitas 2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Merasa lemah Objektif 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat 2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas 3. Gambaran EKG menunjukan iskemia 4. Sianosis Kondisi Klinis Terkait 1. Anemia



L.05047 Toleransi Aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan toleransi aktivitas pasien meningkat dengan kriteria hasil : 1. Frekuensi nadi meningkat 2. Saturasi oksigen meningkat 3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat 4. Kecepatan berjalan meningkat 5. Jarak berjalan meningkat 6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat 7. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat 8. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat 9. Keluhan lelah menurun 10. Dispnea saat aktivitas menurun 11. Dispnea setelah aktivitas menurun 12. Perasaan lemah menurun



I. 05178 Manajemen Energi Observasi 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional 3. Monitor pola dan jam tidur 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) 2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif 3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan 4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi 1. Anjurkan tirah baring 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 3. Anjurkan



2. Gagal jantung kongesif 3. Penyakit jantung koroner 4. Penyakit katup jantung 5. Aritmia 6. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) 7. Gangguan metabolik 8. Gangguan muskuloskeletal



5



D.0034 Resiko Hipovolemia Definisi Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atay intraselular Faktor Risiko 1. Kehilangan cairan secara aktif 2. Gangguan absorbs cairan 3. Usia lanjut 4. Kelebihan berat badan 5. Status hipermetabolik 6. Kegagalan mekanisme regulasi 7. Evaporasi 8. Kekurangan intake cairan 9. Efek agen farmakologis Kondisi klinis terkait 1. Penyakit Addison 2. Trauma/perdarahan 3. Luka bakar 4. AIDS 5. Penyakit crohn 6. Muntah 7. Diare 8. Colitis ulseratif



13. Aritmia saat aktivitas menurun 14. Aritmia setelah aktivitas menurun 15. Sianosis menurun 16. Warna kulit membaik 17. Tekanan darah membaik 18. Frekuensi 1. membaik napas 19. EKG iskemia membaik I.03028 Status Ciaran Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan satus cairan membaik dengan kriteria hasil : 1. Frekuensi nadi membaik 2. Tekanan darah membaik 3. Membran mukosa membaik 4. Jugular Venous Pressure (JVP) membaik



menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan I.03116 Manajemen Hipovolemia Observasi 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi modified trendeleburg 3. Berikan asupan cairan oral



Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. Nacl, RL) 2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, nacl 0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan kolod (mis. Albumin, plasmanate) 4. Kolaborasi pemberian produk darah) IV.



Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127). Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti : 1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau mamantau status atau masalah yang ada 2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan 3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri



V.



4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memperoleh arahan yang tepat 5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan 6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135)



DAFTAR PUSTAKA Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia https://qdoc.tips/laporan-pendahuluan-nefrolitiasis-5-pdf-free.html diakses pada tanggal 20 juli 2021 pukul 20.18 WIB http://repo.stikesperintis.ac.id/170/1/52%20LIZA%20SASMITA.pdf diakses pada tanggal 20 juli 2021 pukul 20.30 WIB http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI%20GINJAR.pdf https://dokumen-tips.cdn.ampproject.org/v/s/dokumen.tips/amp/documents/lpnefrolitiasis.html?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D %3D#aoh=16267509671419&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari% 20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fdokumen.tips%2Fdocuments%2Flpnefrolitiasis.html diakses pada tanggal 20 juli 2021 pukul 20.49 WIB