LP Neonatus, Bayi, Balita Dan Apras Kelompok VIII-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH FISIOLOGIS TANGGAL 25 OKTOBER 2021 – 13 NOVEMBER 2021



OLEH: KELOMPOK VIII Luh Gede Erawati



P07124221083



Ni Wayan Purnami



P07124221090



Ayu Citra Dewi



P07124221116



Ni Kadek Dwi Pradnyawati



P07124221117



KEMENTERIAN KESEHATAN R.I POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN 2021



1. KAJIAN TEORI A. Konsep Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 gram – 4000 gram. Pada saat kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan yang dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. a. Pengertian neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah i. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin. Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. ii. Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003). Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. iii. Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010). iv. Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004). B. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus Bayi baru lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena mendapatkan oksigen melalui sirkulasi pernapasannya yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, dapat mengatur suhu tubuh dan dapat melawan setiap penyakit dan infeksi. Sebelum diatur oleh tubuh bayi



sendiri, fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode transisi. Periode transisi terjadi segera setelah lahir dan dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih (untuk beberapa sistem). Adaptasi fisiologis bayi baru lahir sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, karena nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melaksanakan pernapasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya. Proses adaptasi fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir harus diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan, perawat maternitas dan perawat perinatology yang bertanggungjawab terhadap ibu dan bayi baru lahir. Transisi yang terjadi yaitu : a. Sistem Pernapasan Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari lingkungan intra uterin ke lingkungan ekstra uterin. Kemampuan bernapas tergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fetal, termasuk pada perkembangan dari sistem pernapasan bayi yang diuraikan dibawah ini :



Upaya pernapasan pertama seorang bayi



berfungsi



untuk



mengeluarkan



cairan



dalam



paru-paru



dan



mengembangkanalveolus paru-paru untuk pertama kali. Napas pertama memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk memasukkan udara ke dalam alveolus yang penuh air. Namas ke 2-4 tekanannya lebih rendah. Surfaktan merendahkan tegangan di dalam alveoli dan mencegah kolaps paru setelah ekspirasi. Rangsangan untuk bernapas berasal dari : 1) Kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan dari saluran pernapasan sehingga memperluas ruangan untuk masuknya udara dan mempercepat pengeluaran air dari alveolus. 2) Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak dengan permukaan yang relatif kasar diyakini merangsang pernapasan secara reflex dari kulit. 3) Rangsangan berupa dingin, nyeri, cahaya atau suara. b. Sistem Kardiovaskuler Perubahan sistem kardiovaskuler terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan resistensi tersebut langsung berpengaruh terhadap aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi yaitu : (1) Sirkulasi Fetal Paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas



dilakukan oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke tiga dan bertujuan mensuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu. Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh. (2) Sirkulasi Neonatal Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskuler sistemik =SVR) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedang sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui ductus arteriosus Bottali. Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskuler paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di ductus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan ductus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu. c. Sistem Termoregulasi Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Saat neonatus meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, neonatus tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan kamar bersalin yang jauh lebih dingin. Hilangnya panas tubuh neonatus melalui kontak dengan udara yang dingin disekitarnya disebut konveksi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Mekanisme pertahanan diri neonatus



ketika terpapar dingin adalah dengan tanpa mekanisme menggigil melainkan menggunakan lemak cokelat. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5- 37,5˚C. Disebut sebagai hipotermi bila suhu tubuh turun dibawah 36,0˚C. Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh : 1) Pusat pengaturan suhu tubuh pada neonatus belum berfungsi dengan normal. 2) Neonatus mempunyai area permukaan besar terhadap masa dibanding dewasa (0,066m²/kg untuk 3 kg bayi dibanding 0,025m²/kg untuk 70 kg dewasa). 3) Tubuh neonatus terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas. 4) Jumlah otot yang terlalu sedikit. 5) Neonatus belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan. Empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya. 1) Konduksi : Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh : a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan. b) Tangan penolong yang dingin memegang BBL. c) Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL. 2) Konveksi : Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh : a) Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela. b) Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin. 3) Radiasi : Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh :



a) BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (Radiant Warmer). b) BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang c) BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok. 4) Evaporasi : Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati.



Mencegah kehilangan panas : a) Keringkan bayi secara seksama. b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat. c) Tutup bagian kepala bayi. d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya. e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami : a) Stress pada BBL menyebabkan hypotermi. b) BBL mudah kehilangan panas. c) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan suhu tubuhnya. d) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya stress dingin. Pada neonatus, lemak cokelat diyakini banyak terdapat pada bagian midskapula, leher posterior, disekitar otot leher dan memanjang di bawah clavikula sampai aksila dan sekitar trakea, esofagus, interskapula dan arteri mamaria, aorta abdominal, ginjal dan kelenjar adrenal. Penggunaan lemak cokelat yaitu glikogen dalam sel lemak cokelat menghasilkan glukosa untuk



sejumlah mitokondria, yang digunakan untuk menghasilkan energi terutama untuk produksi panas. Jaringan lemak cokelat kaya vaskularisasi sehingga memberi 2 manfaat yaitu membawa nutrient seluler dan sampah metabolis pada tempatnya dan menyebarkan panas yang dihasilkan dalam jaringan lemak cokelat untuk istirahat tubuh. d. Sistem Pencernaan Kapasitas lambung BBL 30 – 90 ml. Pengosongan lambung antara 2 – 4 jam setelah pemberian makanan yang dipengaruhi oleh waktu dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, stres fisik. Neonatus memiliki enzim lipase dan amylase dalam jumlah sedikit sehingga neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat dan lemak. Saat sebelum lahir gastrointestinal lebih aktif fetus menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap dan menelan dalam uterus, tidak ada makanan yang diteima melalui G.I.T, tidak terjadi pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distress, spingter anal relaksasi dan mekonium terlepas dalam cairan amnion, mengindikasikan fetal distress. Pada saat setelah lahir bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi ASI dan susu formula, bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis, peristaltic aktif pada abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feces. Tidak adanya feces dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.



e. Sistem ginjal dan keseimbangan cairan.



Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal sudah terbentuk didalam rahim, urin sudah terbentuk dan diekskresikan ke dalam cairan amnion. Ginjal sudah berfungsi, tetapi belum sempurna. BBL harus BAK dalam 24 jam pertama, jumlah urin 20 – 30 ml/hr dan meningkat menjadi 100 – 200 ml/hr pada akhir minggu pertama. f. Sistem Hepatic.



Fungsi hepar BBL yaitu sebagai penyimpanan zat besi, metabolisme KH, konjugasi bilirubin, koagulasi. Hepar belum matur untuk membentuk glukosa sehingga BBL mudah terkena hipoglikemi. Neonatus telah memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, namun sebagian besar BBL ada yang mengalami hiperbilirubinemia fisiologis g. Immunologi Sistem imunologi bayi baru lahir belum matang, sehingga menyebabkan neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan elergi. System imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdidi dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. h. Sistem Integumen Pada saat lahir, seluruh struktur kulit sudah terdapat, namun fungsi dari integumen belum optimal. Kelenjar sebasea sangat aktif pada masa akhir janin dan awal bayi karena tingginya tingkat androgen dari ibu.Tersumbatnya kelenjar sebasea dapat mengakibatkan milia. Kelenjar ekrin yang menghasilkan keringat berespon terhadap panas dan emosi, mulai berfungsi pada saat lahir. Fase pertumbuhan folikel rambut terjadi simultan pada waktu lahir. selang



beberapa bulan, kesinkronan antara kehilangan rambut dengan pertumbuhan rambut terganggu dan akan menyebabkan banyaknya rambut yang tumbuh,. dan sebaliknya terjadi kebotakan. Pertumbuhan rambut lebih cepat pada bayi pria daripada bayi wanita. i. Sistem Neurologis Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi secara keseluruhan, namun cukup untuk mendukung kehidupan di ekstra uterine. Kebanyakan fungsi saraf yang sudah berfungsi adalah reflex primitive. Sistem persyarafan otonom sangat penting pada masa transisi karena hal ini merangsang pernapasan, menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur temperature.



Beberapa aktifitas reflex yang terdapat pada neonatus antara lain : 1. Refleks morrow/peluk. 2. Rooting reflex. 3. Refleks menghisap dan menelan. 4. Refleks batuk dan bersin. 5. Refleks genggam. 6. Refleks melangkah dan berjalan. 7. Refleks otot leher. 8. Refleks babinsky.



C. Pencegahan Infeksi Kulit neonatus merupakan tempat pertama dan utama untuk kolonisasi bakteri, khususnya untuk stafilokokus aureus, yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi daripada kamar ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit akan memberikan kesempatan terjadinya infkesi dengan organisme pathogen ini. Tambahan lagi, neonatus mempunyai sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang masih sangat rentan terhadap infeksi.



Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi. b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi. d. Memastikan bahwa pakaian, handuk, selimut, sertakain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih. e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukuran, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnyayang akan bersetuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan). f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun). g. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari. h. Menjaga bayi dari orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah : 1. Pencegahan infeksi pada tali pusat Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera



keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan bau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk. 2. Pencegahan infeksi pada kulit Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi didada ibu agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu. 3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir. 4. Imunisasi Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud



pemberian



imunisasi



polio



secara



dini



adalah



untuk



meningkatkan



perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir. D. Asuhan Rawat Gabung a. Definisi Rawat Gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan ibu dan anak yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan disebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya,rawat gabung dibedakan menjadi dua, yakni rawat gabung kontinu, yaitu bayi disamping ibu terus menerus,serta rawat gabung intermiten yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat bayi mau menetek saja. b. Tujuan Rawat Gabung i. Membina hubungan emosional ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu. ii. Dengan rawat gabung, ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin,kapan saja, dimana saja bayi membutuhkannya. iii. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas. iv. Ibu mempunyai pengalaman dalam perawatan bayinya sendiri selagi ibu masih dirumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar. v. Ibu dapat kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya. c. Syarat Rawat Gabung i. Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat,refleks mengisap baik, serta tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain –



lain. ii. Apabila bayi lahir dengan seksio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, sekitar 4-6 jam setelah operasi selesai. iii. Syarat lain agar bayi baru lahir bisa dirawat gabung, adalah bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR lebih dari tujuh), umur kehamilan ≥ 37minggu, berat lahir ≥ 2500 gram, tidak terdapat infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat. d. Kontraindikasi Kontraindikasi rawat gabung dari keadaan ibu,antaralain pasca eklamsi, kesadaran belum baik, infeksi akut (tubrerkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan bayi, antara lain bayi kejang/kesadaran menurun, penyakit



jantung/paru



berat,



bayi



yang



memerlukan



perawatan



khusus/pengawasan intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek. e. Pelaksanaan Rawat Gabung Pelaksanan perawatan gabung, bisa dilakukan di poliklinik kebidanan, di ruang bersalin,di ruang perawatan serta poliklinik anak. Kegiatan rawat gabung bisa dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan dipoliklinik kebidanan, antara lain kegiatan penyuluhan,pemutaran film diruangan khusus, konsultasi kesehatan ibu dan bayi. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila bayi memenuhi beberapa kriteria berikut ini: nilai APGAR lebih 7, berat badan lahir 2500-4000gr, usia kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu, bayi lahir spontan, tidak ada infeksi intrapartum, ibu sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada ibu dan bayi, tidak ada kelainan bawaan berat. Kegiatan rawat gabung diruang bersalin,antara lain setengah jam setelah lahir bayi segera disusunkan, ibu diberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung, persiapan ibu dan bayi keruang perawatan. f. Manfaat Rawat gabung



i. Aspek fisik, yaitu mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan mnyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan,ibu dapat dengan mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada banyinya karena setiap saat dapat melihat bayinya. ii. Aspek fisiologis, yaitu banyak mendapatkan nutrisi fisioligis dan membantu involusi uterus. iii. Aspek psikologis, adalah terjadi proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya,bayi merasa aman dan terlindungi. iv. Aspek edukatif, yaitu ibu mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya. v. Aspek ekonomi yaitu adanya penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu. f. Aspek medis, menurunkan terjadinya infeksi nosokomial/menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.



E. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 2-6 Jam dan 6-48 Jam a. Asih i. Bounding Attachment Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Cara untuk melakukan Bounding Attachment pada neonatus, antara lain : 1.



Pemberian ASI ekslusif Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan.



2.



Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.



3.



Suara (Voice)



Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, sehingga ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir. 4.



Aroma / Odor (Bau Badan) Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.



5.



Bioritme (Biorhythmicity) Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.



6.



Inisiasi Menyusu Dini Keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini melalui Inisiasi Menyusu Dini : a. .Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. b. Reflek menghisap dilakukan dini. c. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.



ii. Kontak mata (Eye to Eye Contact) Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. iii. Gaya bahasa (Entrainment) Bayi baru lahir



bergerak-gerak Mereka menggoyangkan tangan,



mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Gaya bahasa juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif. b. Asuh i. Marawat Tali Pusat



Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling efektif untuk perawatan tali pusat. Cara membersihkannya bisa dilakukan sebagai berikut: 1.



Sebelum melakukan perawatan tali pusat, ibu dianjurkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir sampai bersih



2.



Ambil kapas bulat atau cutton button yang telah dibubuhi alkohol 70%, lalu bersihkan daerah sekitar tali pusat. Lakukanlah dengan hati- hati, apalagi bila pusat bayi masih berwarna merah.



3.



Bila perlu, gunakan jepitan khusus dari plastik untuk ‘memegang’ ujung tali pusatnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya.



4.



Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas. Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.



ii. Memandikan Neonatus Sebaiknya memandikan bayi ditunda sedikitnya dalam 6 jam setelah kelahiran bayi. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupan dapat mengarah pada kondisi hipotermi dan sangat membahayakan keselamatan bayi. Mandi adalah waktu yang paling menyenangkan bagi bayi. Air suam kuku di ruangan yang hangat (lebih baik dengan suhu kamar 75 – 80 derajat untuk bayi yang sedang dimandikan) dan sentuhan lembut anda akan membuatnya senang. Namun ada beberapa bayi yang sangat ketakutan saat mandi (Robinson, 2002,hlm.22) iii. Perawatan Mata Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema



palpebra, perdarahan konjungtiva, retina, dan lain- lain. Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis. Untuk mencegah infeksi mata bayi karena kemasukan gonococcus waktu anak melalui jalan lahir, maka Crede menganjurkan penetesan mata bayi dengan argentiinitras 2% segera setelah bayi lahir. Tindakan profilaksis ini bermanfaat sekali. Caranya : Mata bayi mula – mula ditetesi air steril pada sudut mata sebelah hidung kemudian kelopak mata bawah ditarik dan ditetesi argentii nitras 2% pada rongga kelopak bawah itu. Setelah menunggu 2 menit supaya argentii nitras dapat bekerja, maka kedua kelopak diregangkan dan disiram dengan cairan garam fisiologis yang hangat, agar nitra sargentii semua hanyut.



iv. Perawatan Genetalia Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun. Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari gland, sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010). Genitalia perempuan dibersihkan menggunakan sabun dan air. Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin, lakukan dari arah depan ke belakang. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari arah anus keluar. Kemudian keringkan dengan tisu lembut. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010). Menurut Ladewigs, et al. (2006) beberapa orang tua memilih untuk melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Keputusan orang tua untuk mensirkumsisi bayi yang baru lahir biasanya didasarkan pada faktor- faktor berikut: higiene, agama, tradisi, budaya atau norma social.



v. Pemenuhan Nutrisi ASI merupakan satu-satunya sumber makanan neonatus. Kandungan ASI meliputi



:



karbohidrat,



lemak,



protein,



vitamin,



mineral,



faktor



pertumbuhan, hormon, enzim dan zat kekebalan. ASI hari 1-7 disebut kolostrum sedangkan ASI hari 7-14 disebut ASI transisi, selanjutnya ASI matur. Komposisi ASI menurut waktu, yaitu 5 menit pertama disebut foremilk (kadar protein tinggi). ASI (setelah 15-20 menit) disebut hindmilk (kadar lemak yang tinggi). Para ibu harus menyusui bayinya sampai tuntas pada satu payudara baru kemudian dapat berpindah ke payudara yang lain bayi mendapatkan keseluruhan kandungan ASI yang dibutuhkan. BBL diberi ASI sesuai kapasitas lambung 30-90 ml.



vi. Membedong Bayi



Bedong merupakan tradisi yang telah berusia berabad abad yang dipercaya dapat membuat bayi merasa masih berada dilingkungan rahim yang hangat. Membedong untuk menenangkan bayi yang rewel karena belum terbiasa terhadap suara dari dunia luar. Pemberian bedong bayi sampai usia bayi 3 bulan karna usia 3 bulan lebih bayi mulai banyak gerak dan rewel jika diberi bedong. Tujuan pembedongan agar membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang karena bayi merasa dipeluk, menghangatkan tubuh bayi, mencegah kaki membuka, dan memudahkan dalam memegang dan menggendong bayi. vii. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Suhu BBL adalah 0,5-1o C lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5o C dalam 15-30 menit. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah dilahirkan. Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal ( 38,5 oC), imunisasi harus ditunda  Muntah atau diare, imunisasi harus ditunda  Dalam masa pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral maupun suntikan juga pengobatan radiasi umum  Keganasan dan anak dengan mekanisme imunolohis yang terganggu  Menderita infeksi HIV  Pemberian bersamaan dengan vaksin tifoid oral 3) Imunisasi Pentabio Pentabio adalah Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difter-i murni, bakter-i pertusis (batuk rejan) inaktif,antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus



influenzae tipe b tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Vaksin dijerap pada aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai pengawet. Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap ultrafiltrasi. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk pertusis, 30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada mencit) atau 40 IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg _HBsAg dan 10 mcg Hib. Vaksin pentabio merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi :  Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih di tenggorokan dengan efek dapat



menyumbat



saluran nafas, dan toksinnya dapat



mengganggu kerja jantung.  Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau batuk 100 hari dengan ciri khas batuk beruntun  Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu kekakuan seluruh tubuh termasuk otot pernapasan sehingga menyebabka kematian akibat gagal nafas  Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis hepatis) dan kanker hati (hepatoma)  Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang paru- paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) terbanyak pada anak-anak 4) Imunisasi Campak Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa



sampai – 20 derajat celsiusVaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2- 8°CJika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian. Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 –12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang.Reaksi KIPI campak banyak dijumpai pada imunisasi ulang dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Sedangkan untuk vaksin dengan virus yang dilemahkan kejadian KIPI telah menurun. Gejala KIPI campak berupa demam tinggi lebih dari 39,5 oC yang terjadi 5-15 % kasus yang mulai dijumpai pada hari ke-5 dan ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien pada hari ke-7 dan



ke-10



sesudah imunisasi selama 2-4 hari. Reaksi KIPI berat terjadi juka diteukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. Dianjurkan pemberian campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun) guna mempertinggi serokonversi. Atau dalam situasi seperti berikut: apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak maka anak SD,SMP,SMA dapat diberikan imunisasi ulang; setiap orang yang sudah imunisasi campak yang virusnya dimatikan; setiap orang yang sudah pernah mendapatkan immunoglobulin; setiap orang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya. Kontraindikasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, memperoleh pengobatan immunoglobulin atau kontak dengan darah, hamil, memiliki riwayat alergi, dan sedang memperoleh pengobatan imunosupresan. 5) Imunisasi Hib Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B.Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali.Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.Dosis 0,5 ml diberikan IM.Disimpan pada suhu 2- 8°C.Ulangan vaksin diberikan pada umur 18 bulan.Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, vaksin Hib hanya diberikan sekali.



c) Pijat bayi Manfaat pijat bayi yaitu bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan bayi. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa membuat bayi merasakan pernyataan kasih sayang orang tua,menguatkan otot, pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi,membuat bayi lebih



sehat,membantu



pertumbuhan ,



meningkatkan kesanggupan belajar,dan membuat bayi tenang. d) Perawatan gigi dan mulut Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan: 1) Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari 2) Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol susunya. 3) Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab 4) Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang manis. 5) Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan: 6) Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat cukup fluor 7) Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab (tidak basah sekali), sehabis menyusui. 8) Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari botol) kecuali air putih. 9) Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu 10) Saat



gigi



mulai



tumbuh,



mulailah



membersihkannya



dengan



menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas



antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu. 11) Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon. 12) Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan air. 13) Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun. e) Anticipatory guidance Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak). Pencegahan Terhadap Kecelakaan Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan,kurang O2. Pencegahan yang dapat dilakukkan yaitu :  Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).  Kurang O2 : plastic, sarung bantal.  Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi.  Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.  Keracunan : simpan bahan toxic dilemari. Adapun petunjuk antisipasi yang dapat dilakukan, yaitu: 1) 6 bulan pertama  Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam memenuhi kebutuhan bayi.  Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi dari lingkungan.  Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya mis : respon tertawa.



 Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan keamanan bayi.  Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi.  Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi makanan padat pada bayi. 2) 6 bulan kedua  Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger Anxiety”.  Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya hindari perpisahan yang lama.  Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin sehubungan dengan meningkatnya mobilitas bayi.  Menganjurkan orang tua menggunakan “Kontak Mata” dari pada hukuman badan sebagai suatu disiplin. 2. Asah a)



Bantu bayi duduk sendiri, mulai dengan mendudukan bayi di kursi yang mempunyai sandaran.



b) Latih kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu yang bersamaan. c)



Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan buat agar bayi menirukan kembali.



d) Latih



bayi



bermain



“Ciluk-Ba”



atau



permainan lain,



seperti melambaikan tangan sambil menyebut “… da…. da “ “…. da… da”. e)



Angkat bayi dan bantu ia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh.



f)



Latih bayi memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.



g) Perlihatkan gambar benda dan bantu bayi menunjuk nama benda yang anda sebutkan. h) Ajak bayi bermain dengan permainan yang perlu dilakukan bersama. i)



Latih bayi berjalalan sendiri.



j)



Latih bayi menggelindingkan bola.



k) Berikan kesempatan kepada bayi untuk menggambar, l)



Ajak bayi makan bersama. B. Asuhan Kebidanan Pada Balita



a. Asih Untuk dapat menjalin ikatan emosi yang erat dengan anak kita, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat dengan anak dalam melakukan interaksi dengan balita : i. Berikan rangsangan positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan /pijatan–pijatan lembut, ucapan-ucapan lembut/bisikan-bisikan mesra, kecupan, dan suara-suara yang menenangkan bayi. ii. Tanggap terhadap kebutuhan balita. iii. Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya dengan main “ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan suara-suara lucu atau menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu), membadut (bicara dengan cara yang dilebihlebihkan), kemudian tertawalah bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak. iv. Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas pengasuhan yang baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga. v. Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak sesuai dengan harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan hubungan orangtua-anak menjadi tegang dan menghalangi orangtua untuk memberikan kasih sayangnya. vi. Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap balita karena balita juga bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam ingatannya sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap anak.



Peran bidan dalam hal ini adalah : a) Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran. b) Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan. c) Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar d) Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi e) Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan f) Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.



b. Asuh Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan



untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak. Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-sel yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber energi. Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3 fungsi, diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta dapat memberi rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 6070% dari total energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari pada protein, lemak, dan karbohidrat. Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena dapat membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan porsi makanan terlalu banyak. Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut: i. Balita usia 1-3 tahun. Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia



ini biasanya adalah makanan yang manis-manis, seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan yang banyak mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak atau berlubang (caries). Pada usia ini, biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi, kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak. ii. Anak usia 4-6 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian orang tua, para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi. Di bawah ini terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita : a) Makanan pendamping untuk balita dapat berupa bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air b) Makanan pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang dihaluskan dengan blender, seperti buah papaya, pisang, apel, melon, dan alpukat. c) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan pendamping balita dengan cara direbus dan dihaluskan dengan blender. Sebaiknya, ketika diblender, bahan makanan pendamping balita ini ditambah dengan kaldu atau air matang supaya lebih halus. Sayuran dan kacang-kacangan tersebut adalah kacang polong, kacang merah, wortel, tomat, kentang, labu kuning, dan kacang hijau.



d) Makanan pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak mengandung lemak dan diblender.



e) Makanan pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu ikan yang tidak berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara).



c. Asah i. Tahap 1-2 tahun. Latih anak naik turun tangga.Bermain dengan anak, menunjukkan cara menangkap bola besar dan melemparkannya kembali pada anak.Latih anak menyebut nama bagian tubuh dengan menunjuk bagian tubuh anak, menyebutkan namanya, dan minta ia menyebutkan kembali.Beri kesempatan kepada anak untuk melepaskan pakaiannya sendiri.Latih keseimbangan tubuh anak dengan cara berdiri pada satu kaki secara bergantian.Latih anak menggambar bulatan, garis, segitiga, dan gambar wajah.Latih agar anak mau menceritakan apa yang dilihatnya.Latih anak dalam hal kebersihan diri, seperti berkemih dan defekasi pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat. ii. Tahap 2-3 tahun Latih anak melompat dengan satu kaki.Latih anak menyusun dan menumpuk balok. Latih anak mengenal bentuk dan warna.Latih anak dalam hal



kebersihan



diri,



seperti



mencuci



tangan



dan



kaki



serta



mengeringkannhya sendiri. iii. Tahap 3-4 tahun Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-kira mampu dia kerjakan, misalnya melompat dengan satu kaki. Latih anak cara memotong, menggunting gambar-gambar, mulai dengan gambar besar. Latih anak mengancingkan baju.



C. Asuhan Kebidanan Pada Anak Prasekolah Asih Ikatan emosi dan kaish sayang yang erat antara ibu/orangtua sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan prilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak



terhadap dunia luar.Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi : a) Kasih sayang orangtua Orangtua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang. b) Rasa aman Adanya interaksi yang harmonis antara orangtua dan anak akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari- harinya. c) Harga Diri Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan, maka hal ini akan menyebabkan frustasi d) Dukungan/dorongan Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingkungannya. Apabila orangtua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orangtua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi. e) Mandiri Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan. f) Rasa memiliki Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang- barang yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya. g) Kebutuhan



akan



sukses,



mendapatkan



kesempatan,



dan



pengalaman. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan



kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orangtua memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak. Asuh a) Pemenuhan nutrisi pada anak prasekolah Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Penurunan normal dalam nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian terbesar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Biasanya, orang tua bertanggung jawab untuk memberi kesehatan, makanan pada usia yang cocok dan penentuan waktu dan tempat; anak bertanggung jawab menentukan jumlah masukan makanan. Anak – anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Masukan setiap hari bervariasi, kadang – kadan luas, akan tetapi masukan selama periode 1 minggu relative stabil. Upaya orang tua untuk mengatur masukan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya adalah kelebihan atau kekurangan makanan. b) Imunisasi pada anak prasekolah Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi misalnya penyakit TBC, diphteri tetanus, pertusis, polio, campak, dan hepatitis B. Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk mencegah measles (campak), mumps, (parotitis) dan rubela (campak jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat dicegah timbulnya penyakit- penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian. c) Anticipatory guidance Pada masa prasekolah petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun



kesulitannya



jauh



lebih



Sebelumnya,



pencegahan



sedikit



dibandingkan



kecelakaan



dipusatkan



tahun



sebelumnya.



pada



pengamatan



lingkungan terdekat, dan kurang menekankan pada alasan-alasannya. Sekarang proteksi pagar, penutup stop kontak disertai dengan penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan dapat dimengerti. Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang tinggal di rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanakkanak, maka ibu mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti keterlibatannya dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5 tahun. Asah a) Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-kira mampu ia kerjakan, misalnya melompat tali, main engklek, dan sebagainya. b) Melatih anak melengkapi gambar, misalnya menggambar baju pada gambar orang atau menggambar pohon, bunga pada gambar rumah, dan sebagainya. c) Jawab pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau menunda jawabannya. d) Ajak anak dalam aktivitas keluarga, seperti berbelanja ke pasar, memasak, membetulkan main.



D. Kelas Ibu Balita Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam



setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini. Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA), yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang mengalami buta aksara. Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan Kelas ibu Hamil ditujukan bagi ibu hamil. a. Apakah Kelas Ibu Balita? Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan memakai buku KIA sebagai alat pembelajaran. b. Tujuan Kelas Ibu Balita Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi pertumbuhan & perkembangan anak. c. Manfaat Kelas Ibu Balita i. Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk



mendapatkan teman, bertanya, dan memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan. ii. Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita serta keluarganya dan masyarakat. d. Konsep pelaksanaan Kelas Ibu Balita i. Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran. ii. Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab, peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi. iii. Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh kembang anak) dan alat-alat bantu lain. iv. Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah kesehatan di tempat tersebut. Agar efektif, Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat, misalnya Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya. v. Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh- tokoh agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Balita. vi. Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap kelas dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15 orang/kelas.



vii. Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah menjalani on the job training Kelas Ibu Balita. viii. Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang topik tertentu. Narasumber merupakan tenaga kesehatan dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat, perawat gigi, Kader PAUD, dll. ix. Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau disesuaikan dengan kondisi setempat.



x. Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta. xi. Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll. e. Dimana dan kapan sebaiknya melaksanakan Kelas Ibu Balita? i. Di Posyandu, pada meja penyuluhan atau pada awal atau akhir kegiatan Posyandu. ii. Bersamaan dengan kegiatan PAUD atau BKB. iii. Dijadwalkan tersendiri, misal: di rumah warga, Balai Desa, Dusun, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes/Polindes), Puskesmas, Klinik, RB atau RS.



f. Contoh Kurikulum Kelas Ibu Balita: i.



Modul A (untuk usia 0-1 tahun): 1. ASI 2. Imunisasi 3. Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 6-12 bulan) 4. Tumbuh kembang bayi 5. Penyakit terbanyak pada bayi (Diare, ISPA)



ii.



Modul B (untuk usia 1-2 tahun): 1. Merawat gigi anak 2. Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 1-2 tahun) 3. Tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun 4. Penyakit pada anak (cacingan, gizi buruk, dll) 5. Permainan anak



iii.



Modul C (untuk usia 2-5 tahun) : 1. Tumbuh kembang anak



2. Pencegahan kecelakaan 3. Gizi seimbang 4. Penyakit pada anak (TBC, DBD, Diare, dsb) 5. Obat pertolongan pertama 6. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) E. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah dalam Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat Bencana) a. Neonatus Kelompok rentan kesehatan reproduksi adalah sebagai kelompok di dalam masyarakat yang paling muda menderita gangguan kesehatan reproduksi, dalam hal ini bayi baru lahir (neonatus) termasuk kedalamnya. Pada saat terjadi bencana bila pemberian pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan sesegara mungkin, dapat mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Sebagian besar kematian bayi baru



lahir terjadi pada saat proses



persalinan dan nifas. Kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh masalah neonatal (BBLR, asfiksia dan infeksi) yang sebenarnya dapat dihindari penyebabnya. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses bersalin dn perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu. Pelayanan kesehatan neonatus pada tanggap darurat kesehatan utamanya ditujukan untuk mengenali tanda bahaya serta penangan kegawatdaruratan melalui tindakan penyelamatan nyawa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terampil untuk menangani komplikasi pada neonatal. Kegiatan prioritas untuk mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian neonatal yaitu : i. Memastikan ketersediaan



layanan



kegawatdaruratan



dan perawatan



neonatal. ii. Dipasilitas kesehatan : penanganan komplikasi bayi baru lahir iii. Di rumah sakit rujukan : staf medis yang terampil dan supply penanganan



kegawatdaruratan bayi baru lahir. iv. Membangun



sistem



rujukan



untuk



memfasilitasi



transfortasi



dan



komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit. Pelayanan kegawatdaruratan neonatala meliputi : a) Resusitasi. b) Perlindungan suhu tubuh. c) Pencegahan infeksi (kebersihan, memotong dan merawat tali pusat secara hygienis, perawatan mata). d) Pengobatan penyakit pada neonatal dan perawatan bayi premature atau BBLR. Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan, kebersihan diri, perlengkapan bayi, dan lai-lain, yang diberikan pada perempuan usia reproduksi, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir. Kit ini daat langsung diberikan dalam waktu satu sampai dua hari saat bencana pada pengungsi setelah melakukan estimasi jumlah sasaran. Terdapat emat jenis kit individu yaitu : kit hygiene, kit ibu hamil, kit ibu bersalin, kit bayi baru lahir. Kit bayi baru lahir berwarna merah yang sasarannya untuk bayi baru lahir sampai usia 3 bulan.



NO ITEM



JUMLAH PER KIT KETERANGAN



A



Kit bayi baru lahir (0-3 bulan)



1



Popok katun



12



2



Pakaian bayi katun



12



3



Sarung tangan dan sarung kaki



12



4



Selimut gendong



1



5



Topi bayi



1



6



Kelambu bayi



1



Dikemas terpisah agar tidak rusak



dalam penimpanan. 7



Kain bedong (plannel, lembut)



12



8



Sabun mandi bayi



3 (80 gram)



9



Bedak bayi



3 (50 gram)



10



Handuk bayi



1



11



Minyak telon



1 (50 ml)



b. Bayi dan Balita Bila bencana alam terjadi di suatu daerah yang sangat dikhawatirkan adalah bayi dan balita, karena mereka rentan terkena penyakit yang disebabkan kondisi tempat tinggal sementara yang tidak layak, begitu juga dengan asupan makanan yang mereka konsumsi, dengan demikian tenaga kesehatan harus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit-penyakit yang sering terjadi saat bencana dan pasca bencana. Misalnya informasi mengenai penyakit diare, batuk, pilek, demam, muntaber ataupun demam berdarah, dari informasi tersebut masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan dan tindakan pengobatan di tempat pengungsian. Kebutuhan saat bencana yang penting ialah dibuatkan dapur khusus untuk bayi dan balita, menyediakan makanan khusus bayi dan balita dengan memberikan label usia di setiap kcup makanan, sehingga saat bayi dan balita memakannya tekstur dan rasanya pas untuk mereka. Menyediakan fasilitas kesehatan



untuk



imunisasi



dan



untuk



memantau



pertumbuhan



dan



perkembangan bayi dan balita seperti menimbang berat badan dan mengukur panjang/tinggi badan. Koordinator dan tenaga kesehatan jika memungkinkan menyediakan tempat untuk ibu menyusui (pojok laktasi). Bagian logistik harus menyediakan selimut, set pakaian serta diapers untuk bayi dan balita. Selain itu bagian logistik juga harus menyediakan obat-obatan, susu, serta peralatan bayi seperti peralatan mandi. c. Anak Prasekolah Pada anak prasekolah yang mengalami bencana alam berpotensi mengalami dampak fisik dan psikis yang lebih berat dibandingkan orang dewasa. Sebab secara fisik dan psikis lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Anak-anak prasekolah harus dialokasikan ke tempat yang lebih aman dari ancaman bencana. Selain itu anak prasekolah juga harus tetap mendapatkan makanan yang bergizi dan air bersih. Anak-anak prasekolah membutuhkan bantuan secara psikologis untuk mencegah anak prasekolah mengalami pengalaman yang



traumatis



sehingga



tidak



mempengaruhi



pertumbuhan



dan



perkembangannya kelak. Pada situasi tanggap darurat bencana biasanya orang tua merasa lebih cemas kepada anak-anaknya sehingga orang tua tersebut lebih cepat emosi dan memarahi anaknya apabila anaknya rewel dan menginginkan sesuatu. Pada tempat pengungsian orang tua diminta agar lebih bisa menahan emosi dalam menghadapi anak - anaknya, disini anak - anak prasekolah perlu dibuat agar tetap ceria dan gembira sehingga bisa melupakan kondisi tertekan yang mereka alami. Mereka perlu tetap diajak untuk bermain, bernyanyi dan beraktivitas supaya mereka tetap merasa gembira. Oleh karena itu koordinator atau tim sukarelawan berupaya membuatkan tempat bermain untuk anak-anak prasekolah. Pada situasi tanggap darurat bencana peran orang tua lebih ditingkatkan untuk menjaga anaknya agar anaknya tidak mengalami kekerasan yang berbasis



gender



seperti



percobaan



pemerkosaan,



penganiayaan



seksual,kekerasan seksual, kekerasan fisik dan kekerasan psikologis. Adupun KIT yang perlu disipkan untuk memenuhi kebutuhan masing- masing anak prasekolah diantaranya: i.



Pakaian bersih (baju, celana, pakaian dalam dan selimut)



ii.



Alat-alat MCK (handuk, sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi)



iii.



Makanan yang bergizi (biskuit)



iv.



Obat-obatan (parasetmol, minyak kayu putih)



v.



Beberapa mainan.



2. DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI PADA KASUS YANG DIASUH A. Neonatus Data fokus yang dikaji pada neonatus meliputi data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. KN1 (6-48 jam) 1. Anamnesa Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu: a. Keluhan tentang bayinya b. Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat). c. Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis /tidak) dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada. d. Warna air ketuban e. Riwayat bayi buang air kecil dan besar f. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap 2. Pemeriksaan fisik Prinsip: a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis) b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan



dan tarikan dinding dada kedalam, denyut jantung serta perut. c. Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal 1. Lihat postur, tonus dan aktifitas



2.



-



Posisi tungkal dan lengan fleksi



-



Bayi sehat akan b egerak aktif



Lihat kulit -



Wajah bibir dan selaput lender, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul



3.



Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada kedalam ketika bayi sedang tidak menangis



4.



-



Frekuenso napas normal 40-60 kali per Menit



-



Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang kuat



Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis -



5.



Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit



Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan thermometer -



Suhu normal adalah 36,5 – 37,5°C



6. Lihat dan raba bagian kepala -



Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam



-



Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi menangis



7.



Lihat mata : Tidak ada kotoran/secret



8.



Lihat bagian dalam mulut -



Masukan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, raba langit-langit



-



Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah



-



Nilai kekuatan isap bayi, Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa (rooting reflex)



9. Lihat dan raba perut -



Lihat tali pusat



-



Perut bayi datar, teraba lemas



-



Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat



10. Lihat punggung dan raba tulang belakang -



Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang



11. Lihat ekstremitas -



Hitung jumlah jari tangan dan kaki



-



Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok ke dalam atau keluar



-



Lihat gerakan ekstremitas simetris atau tidak



12. Lihat lubang anus -



Hindari masukkan alat atau jari dalam memeriksa anus



-



Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar



-



Terlihat lubang anus dan periksa apakah meconium. Biasanya meconium keluar dalam 24 jam setelah lahir



13. Lihat dan raba alat kelamin luar -



Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil



-



Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan



-



Bayi laki-lakki terdapat lubang uretra pada ujung penis



-



Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir



14. Timbang bayi -



Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil dikurangi selimut



-



Berat lahir 2,5- 4 kg



-



Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2 minggu umumnya telah mencapati berat lahirnya. Penurunan berat badan maksimal untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10%, untuk bayi kurang bulan maksimal 15%.



15. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi -



Panjang lahir normal 48-52 cm



-



Lingkar kepala normal 33-37 cm



16. Menilai cara menyusul, minta ibu untuk menyusui bayinya -



Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah bayi menghadap payudara; ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya



-



Bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola berada dalam mulut bayi



-



Mengisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti sesaat



KN 2 (3-7 hari) Data fokus yang perlu dikaji berpedoman pada bagan MTBM 1. Anemnesa a. Keluhan ibu tentang bayi b. Menanyakan tanda bahaya pada ibu apakah -



bayi tidak mau minum atau memuntahkan semua



-



Kejang



-



Bergerak hanya jika dirangsang



c. Menanyakan tentang pemberian vitamin k1 dan imunisasi 2. Pemeriksaan fisik dan vital sign terkait tanda bahaya a. Hitung napas, cepat bila ( ≥ 60 kali /menit ), Napas lambat ( < 30 kali /menit ) b. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat c. Bayi Merintih d. Raba dan ukur suhu, teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C), Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) e. Nanah yang banyak di mata f. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut 3. Pemeriksaan terkait diare a. Bayi letargis/ tidak sadar b. Mata cekung c. Cubitan kulit perut g. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki



4. Pemeriksaan terkait ikterus a. Kapan mulai kuning ( 37.5 °C), Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) e. Nanah yang banyak di mata f. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut g. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki 3. Pemeriksaan terkait diare a. Bayi letargis/ tidak sadar b. Mata cekung c. Cubitan kulit perut 4. Pemeriksaan terkait ikterus a. Kapan mulai kuning (>14 hari)



b. Periksa kuning pada badan bayi, apakah sampai telapak kaki/tangan c. Tanya/ periksa tinja apakah berwarna pucat 5. Periksa status HIV ibu dan bayi 6. Periksa berat badan rendah dan masalah pemberian asi -



Periksa kesulitan minum ASI



-



Frekuensi minum ASI dalam 1 hari ( 2 tahun



-



Lingkar kepala



5. Pemeriksaan fisik mengacu pada bagan MTBS a. Ubun ubun cekung/cembung b. Nanah pada mata c. Kekeruhan kornea d. Mata cekung e. Luka pada mulut f. Perdarahan hidung dan gusi g. Pengeluaran pada telinga, cairan atau nanah h. Tarikan dinding dada i. Lihat dan dengar bunyi wheezing j. Cubitan perut k. Kaku kuduk l. Ruam kulit



6. Pemeriksaan status gizi : BB/U, BB/TB, TB/U, IMT/U setiap 3 bulan sampai usia 2 tahun dan setiap 6 bulan diatas usia 2 tahun 7. Pemeriksaan perkembangan dengan KPSP 8. Pemeriksaan daya dengar dan test daya lihat 9. Pemeriksaan autis 10. Pemeriksaan mental emosional D. Anak Pra Sekolah Data fokus yang dikaji pada anak pra sekolah adalah dari data subjektif dan objektif 1. Anamnesa : Keluhan saat ini 2. Pemeriksaan umum: -



Tampak gelisah, letargi/ tidak sadar



-



anak kejang



-



Sianosis/ tampak biru



-



Adanya bunyi/ suara stridor



-



Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin



3. Pemeriksaan vital sign -



Suhu



-



Nadi



-



Respirasi dan saturasi oksigen



4. Pemeriksaan antopometri -



Berat badan



-



Tinggi badan



-



Lingkar kepala



5. Pemeriksaan fisik 6. Pemeriksaan status gizi : BB/U, BB/TB, TB/U, IMT/U 7. Pemeriksaan perkembangan dengan KPSP 8. Pemeriksaan daya lihat 9. Pemeriksaan mental emosional 10. Pemeriksaan gangguan pemusatan dan perhatian



3. INTERPRETASI DATA PADA KASUS YANG DIASUH A. Neonatus 1. Diagnosa Neonatus umur .....hari sehat/ dengan....(mengacu pada klasifikasi MTBM) seperti: -



Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat



-



Infeksi bakteri lokal



-



Ikterus berat



-



Ikterus



-



Diare dehidrasi berat



-



Diare dehidrasi ringan/sedang



-



Diare tanpa dehidrasi



-



Infeksi HIV terkonfirmasi



-



Terpajan HIV



-



Berat badan rendah menurut umur dan/ masalah pemberian asi



-



Berat badan tidak rendah menurut umur dan tidak ada masalah pemberian asi



2. Masalah : adalah masalah yang ditemukan dari hasil anamnesa seperti : -



Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara membersihkan genetalia



-



Kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat tali pusat



-



Ibu tidak mengetahui cara membersihkan mata bayi



B. Bayi , balita dan anak pra sekolah 1. Diagnosa a. Bayi umur .....bulan ....hari sehat/ dengan....(berdasarkan diagnosa medis atau mengacu pada klasifikasi MTBM dan hasil pemeriksaan tumbuh kembang) b. Balita umur .....bulan sehat/ dengan ....(berdasarkan diagnosa medis atau mengacu pada klasifikasi MTBS dan hasil pemeriksaan tumbuh kembang) c. Anak pra sekolah umur .....bulan sehat/ dengan ... (hasil diagnosa



dokter dan hasil pemeriksaan tumbuh kembang) 1) Klasifikasi berdasarkan MTBS: -



Penyakit sangat berat



-



Pneumonia berat



-



Pneumonia



-



Batuk bukan pneumonia



-



Diare dehidrasi berat



-



Diare dehidrasi ringan/sedang



-



Diare tanpa dehidrasi



-



Diare persisten berat



-



Diare persisten



-



Disentri



-



Penyakit berat dengan demam



-



Malaria



-



Deman mungkin bukan malaria



-



Penyakit berat dengan demam



-



Demam bukan malaria



-



Campak dengan komplikasi berat



-



Campak dengan komplikasi pada mata dan atau mulut



-



Campak



-



Demam berdarah dengue (DBD)



-



Mungkin DBD



-



Demam mungkin bukan DBD



-



Mastoiditis



-



Infeksi telinga akut



-



Infeksi telinga kronis



-



Tidak ada infeksi telinga



-



Gizi buruk dengan komplikasi



-



Gizi buruk tanpa komplikasi



-



Gizi kurang



-



Gizi baik



-



Anemia berat



-



Anemia



-



Tidak anemia



-



Infeksi HIV terkonfirmasi



-



Diduga terinfeksi HIV



-



Terpajan HIV



-



Mungkin bukan infeksi HIV 2) Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan perkembangan dengan kuesioner pra skrining perkembangan (KSPS)



-



Bila jumlah jawaban “ya” =9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)



-



Bila jumlah jawaban “ya”= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)



-



Bila jumlah jawban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) 3) Klasifikasi berdasarkan pengukuran lingkar kepala anak (LKA)



-



Bila lingkar kepala anak berada dalam “jalur hijau” makan lingkar kepala anak tidak normal



-



Bila lingkar kepala anak berada diatas “jalur hijau” = makrosefal



-



Bila lingkar kepala anak berada dibawah “jalur hijau “ = mikrosefal 4) klasifikasi berdasarkna hasil pemeriksaan test daya dengar (TDD)



-



bila ada 1 atau lebih jawaban TIDAK , kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran 5) klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan test daya lihat (TDL)



-



bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E” atau tidak dapat mencocokan arah kartu E yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjukan oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat. 6) interpretasi hasil pemeriksaan mental emosional dengan Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE)



-



bila ada jawaban “ya” , maka kemungkinan anak mengalami



masalah perilaku emosional 7) interpretasi hasil pemeriksaan dengan M-CHAT (ModifiedChecklist for Autism in Toddlers) -



enam pertanyaan No 2,7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting (critical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai resiko tinggi autism



-



jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pertanyaan lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orangtua menjawab tidak ) maka anak tersebut mempunyai resiko autism



-



jika perilaku itu jarang dikerjakan (misalnya anda melihat satu atau 2 kali), dijawab anak tersebut tidak melakukannya. 8) Interpretasi pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas : beri nilai pada masing masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai “ berikut , dan jumlahkan nilai masing masing jawaban menjadi nilai total



-



Nilai 0 = jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak



-



Nilai 1 = jika keadaan tersebut kadang kadang ditemukan pada anak



-



Nilai 2 = jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak



-



Nilai 3 = jika keadaan tersebut selalu ada pada anak bila bilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH



2. Masalah : adalah masalah yang ditemukan dari hasil anamnesa seperti : -



Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menstimulasi perkembangan anak



-



Kurangnya pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak yang normal



BAB V PERENCANAAN ASUHAN KASUS YANG DIASUH A. Neonatus ASAH Rencana asuhan neonatus sesuai dengan kebutuhan asah 1. Stimulasi Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman & menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara /musik bergantian, menggantung & menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak” hitam-putih), benda” berbunyi, dirangsang untuk meraih & memegang mainan. a. Ketika bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk ia dengan penuh kasih sayang b. Gantungkan benda benda yang berbunyi dan berwarna cerah di atas tempat tidur bayi agar bayi dapat melihat benda tersebut bergerak gerak dan berusaha menendang / meraih benda tersebut c. Latih bayi mengangkat kepala dengan cara meletakannya pada posisi telungkup d. Ajak bayi tersenyum , terutama ketika ia tersenyum kepada anda 2. Deteksi dini Deteksi dini pada neonatus dengan melihat tanda tanda atau gejala pada bagan MTMB : a. Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua b. Riwayat kejang c. Bergerak hanya jika dirangsang/letargis d. Frekuensi nafas =60 x /menit e. Suhu tubuh = 37,5°c f. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat g. Merintih h. Ada pustul kulit i. Nanah banyak dimata j. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut



k. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat l. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat m. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI n. BBLR : berat badan lahir bayi