LP NIFAS (Revisi) Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM FISIOLOGIS DI UPT. PUSKESMAS WARU



Disusun Oleh : SITI MUSLIMAH NIM. P07224422139



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHUN 2022



i



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM FISIOLOGIS DI UPT. PUSKESMAS WARU Dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di UPT. Puskesmas Waru. Waru, November 2022 Mahasiswa



Siti Muslimah NIM. P07224422139



Mengetahui, Pembimbing Institusi,



Pembimbing Ruangan,



Ita Kusumayanti, S.ST NIP. 198104232002122001



Eti Nur Ainah, S.Tr.Keb NIP. 198704152010012018



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologis di Puskesmas Waru. Hal ini merupakan persyaratan pencapaian target praktik kebidanan stase nifas sebagai mahasiswa profesi kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur. Tak lupa saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, yaitu ibu Ita Kusumayanti, S.ST yang telah membimbing saya dalam menyusun laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan semoga memberikan manfaat.



Waru, November 2022



Penulis



iii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii KATA PENGANTAR.................................................................................................iii DAFTAR ISI..............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5 A. Latar Belakang..........................................................................................5 B. Tujuan........................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................8 A. Konsep Dasar Teori...................................................................................8 B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum Fisiologis...................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................33



iv



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sustainable



Development



Goals



(SDGs)



yaitu



Pembangunan



Berkelanjutan ini hadir menggantikan Millenium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir pada tahun 2015. Tujuan SDGs yang ke-3 adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Dengan meningkatkan kesehatan sesuai target yang sudah ditentukan bahwa SDGs menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 kematian per100.000 kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi(AKB) pada tahun 2030 adalah menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup. (Dirjen Bina Gizi Kia, 2015) Berdasarkan Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) tahun 2012, saat ini di Indonesia AKI mencapai angka 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai angka 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menempatkan Indonesia menjadi peringkat yang tertinggi di ASEAN. Untuk kesehatan ibu dan anak diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾ dibanding kondisi tahun 1990 dan demikian pula untuk kematian anak terjadi penurunan 2/3. Untuk Indonesia diharapkan kematian ibu turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (KH) dan kematian bayi 23/1000 KH dengan kelahiran hidup pada tahun 2015. (Kemenkes, 2015) Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinnya. Penyakit tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain-lain dan penyebab kematian ibu langsung yaitu pendarahan (25%, biasanya pendarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Saiffudin, 2014).



5



Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi



maka



dilakukan



pelayanan/penanganan



komplikasi



kebidanan.



Pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan studi kasus pada ibu masa nifas dengan melakukan asuhan sesuai standar pada ibu nifas. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep dasar teori Ibu Nifas b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas berdasarkan 7 langkah Varney. c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari : 1) Melakukan pengkajian 2) Menginterpretasikan data dasar 3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial 4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera 5) Mengembangkan rencana intervensi 6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi



6



7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dalam bentuk catatan SOAP e. Melakukan pembahasan menggunakan 7 langkah Varney.



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Masa Nifas (Postpartum) 1. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera dimulai setelah kelahiran bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama ketika sistem reproduksi kembali seperti mendekati keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015). Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 6 minggu (Vivian, 2012:1). Masa nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru lahir karena dalam masa ini, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi, dan kondisi psikologi ibu. 2. Tahapan masa nifas Menurut Saifuddin (2012), tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha adalah sebagai berikut: a) Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu. b) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.



8



3. Tujuan Asuhan pada Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah secara dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi, dan perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayanan KB e. Memberikan kesehatan emosional pada ibu. (Anita, 2014) 3. Frekuensi Kunjungan Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) di dalam revisi buku KIA



(Kesehatan Ibu dan Anak) kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan 4x selama masa nifas. Adapun kebijakan program yang disusun untuk kunjungan masa nifas ialah sebagai berikut : a) Kunjungan Nifas (KF 1) : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca persalinan 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4) Pemberian ASI awal. 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b) Kunjungan Nifas (KF 2) : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca persalinan 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi



9



fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan,



dan



istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari. c) Kunjungan Nifas (KF 3): pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari pasca persalinan Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim. d) Kunjungan Nifas (KF 4): pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan 1) Menanyakan tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami. 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Marmi, 2012) Pelayanan yang diberikan adalah : a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus). c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya. d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. e) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama. f)



Pelayanan KB pasca salin (sampai dengan 42 hari)



10



4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas Perubahan fisiologis pada masa nifas : (Walyani, 2015). a. Sistem Kardiovaskular Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula. b. Sistem Reproduksi 1) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnyak kembali seperti sebelum hamil. a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750gr c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dangan berat uterus 500gr d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat urterus 350gr e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50gr Pijat uterus secara teratur yang dilakukan selama 45 detik setiap jam setelah melahirkan mempercepat proses involusi. Pijat rahim secara teratur dipercaya dapat mempercepat penyembuhan pascapersalinan dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Selda Ildan Calim, 2014) 2) Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea



11



Tabel 2.10 Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna Lochea Rubra (cruenta)



Waktu 1-3



hari



Warna Merah



Ciri-ciri Berisi darah segar dan sisa-sisa



postpartum



selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan Mekonium



Sanguinolenta



3-7



hari



postpartum



Berwarna



Berisi darah dan lendir



merah kekuningan



Serosa



7-14



hari



postpartum



Merah kemudian



jambu Cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.



Kuning Alba



2



minggu



Berwarna Putih Cairan berwarna putih seperti



postpartum



krim terdiri dari leukosit dan selsel desidua.



Purulenta



Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk



Locheastatis



Lochea tidak lancar keluarnya



3) Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).



12



4) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015). 5) Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013). c. Sistem Pencernaan Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).



13



d. Sistem Perkemihan Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016). c. Tanda-tanda Vital Perubahan tanda-tanda vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013) 1) Suhu Badan Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain. 2) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum. 3) Tekanan Darah Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada



14



postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa postpartum. 4) Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. 6. Perubahan Psikologis Nifas Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktorfaktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum, yaitu : (Bahiyatun, 2016). Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013) a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri) Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang. b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi) Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan NAKES) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung



15



tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. 7. Tanda bahaya masa nifas Penelitian Elis, dkk. (2019) menunjukkan dengan adanya pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dapat mencegah dan mengurangi terjadi komplikasi pada masa nifas sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu pada masa nifas. Dan dimana jika pengetahuan ibu kurang susah untuk mencega terjadinya infeksi atau peradangan pada masa nifas. Hasil analisis statistik dengan Chi-Square diperoleh diperoleh nilai ρ = 0,000 < α = 0,05, menunjukkan hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tanda-tanda Bahaya masa nifas di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2019. Menurut Prawirohardjo (2014), ada beberapa tanda bahaya yang terjadi saat masa nifas seperti berikut : a) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam). b) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk. c) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. d) Sakit kepala yang terus menerus. nyeri epigastric atau masalah penglihatan. e) Pembengkakkan di wajah atau ditangan. f)



Demam, muntah, rasa sakit saat BAK atau jika merasa tidak enak badan.



g) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan/atau terasa sakit. h) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. i)



Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki



16



j)



Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri.



k) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum Fisiologis I. PENGKAJIAN A. DATA SUBYEKTIF a. Identitas Nama



:



Umur



: Usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna sehingga belum siap untuk hamil dan melahirkan, sedangkan pada usia diatas 35 tahun terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium yang mempengaruhi kekuatan kontraksi pada saat persalinan dan setelah persalinan.



Salah satu faktor predisposisi untuk



terjadinya perdarahan postpatum akibat atonia uteri adalah umur yang terlalu tua dan umur yang terlalu muda (Fathina Friyandin,2015) Agama



: Berhubungan kesehatan



dengan



berkaitan



perawatan dengan



dan



kebiasaan



ketentuan



agama.



(Ambarwati, dkk. 2010) Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari. (Ambarwati, dkk. 2010) Pendidikan : Mengetahui



tingkat



intelektualnya.



Tingkat



pendididkan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang,



hal



ini



juga



dibutuhkan



dalam



menyesuaikan KIE yang akan disampaikan kepada klien. (Ambarwati, dkk. 2010).



17



Pekerjaan



:



Alamat



:



b. Keluhan Utama Menurut Putri, dkk (2021), ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu nifas yaitu rasa nyeri yang timbul beberapa hari pertama setelah persalinan pervaginam. Ibu dapat merasakan tidaknyaman karena berbagai alasan, salah satunya, nyeri setelah melahirkan episiotomi, rasa nyeri yang mengganggu salah satunya jahitan episiotomi dapat menimbulkan rasa tidak nyamanan pada ibu. c. Riwayat Kesehatan Klien Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati, dkk. 2010) Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum sebelumnya memberikan perempuan.



trauma



buruk



pada



organ



reproduksi seorang



Oleh karena itu Kewaspadaan harus dilakukan jika



setelah terdapat riwayat persalinan buruk pada masa sebelumnya (A. Fahira Nur, 2019) d. Riwayat Kesehatan Keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, dkk. 2010) e. Riwayat Menstruasi Mempunyai



gambaran



tentang



keadaan



dasar



dari



organ



reproduksinya. (Sulistyawati, 2010) Riwayat siklus



: Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,



18



biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati,2010) Lama haid



:



Jumlah menstruasi : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi



yang



dikeluarkan.



(Sulistyawati,



2010) f. Riwayat Obstetri No



Kehamilan U Suami Ank K



Persalinan Pn y



Jns



Pnlg



Tmpt



Anak Peny



J K



BB/ PB



H



Nifas M



Abnorma litas



Lakts



1 2



Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.  Paritas Pada grande multiparitas, terjadi involusi endometrium berulang, sehingga memungkinkan untuk terjadinya defek minor medium, yang berakibat pada berkurangnya serabut miometrium sehingga persalinan pada grandemultiparitas cenderung mengalami atonia uteri. Selain itu akibat berkurangnya serabut miometrium maka pada grandemultiparitas elatisitas miometrium akan berkurang sehingga memudahkan untuk terjadinya ruptura uteri. (Fathina Friyandini, 2015) Wanita multipara, cenderung mengalami wasir dan sakit kepala. Namun, wanita primipara mereka memiliki peningkatan risiko komplikasi laktasi, masalah seksual, masalah dalam dinamika kebiasaan pasangan, inkontinensia feses, rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri perineum, nyeri payudara, depresi, kecemasan, dan gejala kesedihan. Semua perasaan ini bisa disebabkan oleh kadar kortisol, yang sangat terkait dengan suasana hati. Wanita yang melahirkan pertama kali lebih sering mengalami nyeri perineum pada masa nifas, Ketidaknyamanan dan rasa terbakar saat buang air



19



Peny



kecil, nyeri payudara dan inkontinensia feses lebih sering terjadi pada wanita primipara. (JuanMiguel Martínez-Galiano, 2018) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu yang sering hamil.



Jarak kehamilan yang



pendek menyebabkan ibu terlalu payah akibat hamil, risiko perdarahan, anemia pada ibu, kecacatan bayi, serta bayi berat badan lahir rendah Kelahiran



yang



pendek



akan



menyebabkan



seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan kondisi satu



tubuh faktor



kurang



sebelumnya.



sehat



inilah



Ibu



hamil



yang merupakan



dalam salah



penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan



serta resiko terganggunya sistem reproduksi (A. Fahira Nur, 2019) g. Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati, dkk. 2010) 



Jenis persalinan







Kala I



:







Kala II



:







Kala III



:







Kala IV



:







Air Ketuban:



:



Persalinan yang lama, termasuk kala satu yang memanjang, dapat meningkatkan risiko PPP dengan menyebabkan atonia uteri pada kala tiga (setelah bayi dilahirkan). Atonia uteri terjadi ketika miometrium yang rileks gagal untuk menyempitkan pembuluh darah uterus. Kontraksi teratur selama beberapa jam persalinan akan menguras otot-otot rahim dan dengan demikian mengurangi



20



kontraktilitasnya dari waktu ke waktu, menyebabkan disfungsi rahim. (Lill Trine NyflHaiuntuk, 2017) h. Riwayat Kontrasepsi Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2010) i. Pola Fungsional Kesehatan Perubahan pola fungsional kesehatan pada kasus bendungan ASI. Pola



Keterangan



Nutrisi



Pemenuhan gizi tersebut antara lain mengkonsumsi tambahan kalori sebanyak 500 kkal per hari, diet berimbang cukup protein, mineral, dan vitamin. Minum minimal 3 liter/hari terutama setelah menyusui, mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas, serta minum kapsul vitamin A 200 unit. Cepat Lapar Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu peristaltik usus akan bekerja cepat yang menyebabkan ibu pasca partum satu atau 2 jam akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2015). Dalam penelitian Wahyuni, dkk. (2016), adanya pantang makan merupakan hal yang membahayakan bagi ibu nifas, seperti pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.



Eliminasi



Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadangkadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama



21



persalinan. Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. (Bahiyatun, 2016). Istirahat



Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombisis. (Bahiyatun, 2016). Ibu nifas dijadwalkan istirahat malam kurang lebih 7 –8 jam (Marmi, 2012). Menurut Hidayat (2016), ibu setelah melahirkan pola tidurnya menjadi tidak teratur ibu mengalami



kurang



tidur



yang



sehingga



dapat



menyebabkan



akan mudah terjadi



perubahan suasana kejiwaan yang dapat rentan terjadi gangguan tidur karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan psikologis maupun peran barunya. Aktivitas



Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna untuk memepercepat sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). (Bahiyatun, 2016).



Personal



Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.



Hygiene



Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2013). Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan



rasa



nyaman



dan



mempercepat



penyembuhan.



Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut



22



hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI, 2013). Seksualitas Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dkk, 2011) Menurut penelitian Wood, dkk (2022) menunjukkan bahwa sebanyak satu dari lima ibu postpartum dapat memiliki dampak mendalam pada hasrat seksual dan persepsi terhadap kenikmatan seksual. j. Riwayat Psikososiokultural Spiritual Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah (Damaiyanti, 2011) Banyak faktor risiko lingkungan untuk depresi postpartum telah diidentifikasi dan termasuk depresi prenatal, kecemasan prenatal, gangguan interaksi bayi-ibu, kurangnya dukungan sosial, stres keuangan, perkawinan, dan peristiwa kehidupan yang merugikan (Jennifer L. Payne,2019) Data Bayi  Lahir tanggal :……, jam :…………..  Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan Antropometri : BB : Risiko PPH meningkat dua kali lipat (makrosomia,≥ 4000 gr. Bayi besar diketahui terlalu membengkak pada uterus yang berhubungan dengan atonia uteri. (Sam Ononge,2016) PB



:……….. cm



LK



:………… cm



LD



:………… cm



23



LP



:…………. cm



LILA:………..cm  Kecacatan



: Ada/tidak



 IMD



: ( ) Ya ( ) Tidak



 Eliminasi  BAK



: f : ……x/hari, warna : …….., konsistensi :………



 BAB



: f : ……x/hari, warna : ……..., konsistensi :………



 Nutrisi



: ASI/PASI/Lainnya :……………...



B. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Kesadaran



: Untuk



mendapatkan



gambaran



tentang



kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati, 2010) Tanda Vital



:



Tekanan darah



: Biasanya



tidak



tekanan



darah



berubah, akan



kemungkinan



rendah



setelah



melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah



tinggi



pada



menandakan



postpatrtum



terjadinya



dapat



preeklamsi



postpartum. Pada beberapa kasus di temukan keadaan



hipertensi



keadaan



ini



sendirinya



akan



apabila



post



partum,



menghilang tidak



ada



tetapi dengan



penyakit-



penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Nurjanah, 2013) Suhu badan



: 24 jam postpartum suhu badan ajan naik sekitar (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,



24



dan



kelelahan.



Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang di sebabkan oleh



keluarnya



cairan



pada



waktu



melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan. (Nurjanah, 2013) Denyut nadi



: Denyut nadi normal orang dewasa adalah 6080 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebih. (Nurjanah, 2013)



Pernafasan



: Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas. (Dewi, dkk. 2013). Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit.



Antropometri Tinggi Badan



: : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur (Tambunan dkk, 2011).



BB sebelum hamil : BB sekarang



: Massa tubuh di ukur dengan pengukuran



25



massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan



untuk



menghitung



hubungan



antara tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat kegemukan. (Tambunan dkk, 2011). LILA



:



2. Pemeriksaan Fisik Kepala



: Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karena dikepala terdapat organ-organ yang sangat berperan dalam fungsi kehidupan. Inspeksi dengan memperhatiakan bentuk kepala terdapat benjolan atau tidak,



nyeri



tekan



dan



dan



kebersihan



kepala



(Tambunan dkk, 2011) Wajah



: Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya



normal,



pucat.



Ketidaksimetrisan



muka



menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis). (Tambunan dkk, 2011) Mata



: Bentuk simetris, konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (kadar Hb) secara kasar, normal warna merah muda sclera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya konjungtivitis.



Kelopak



mata



yang



bengkak



kemungkinan adanya preeklamsia. (Tambunan dkk, 2011) Hidung



: Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung bagian dalam, lalu sinus- sinus. (Tambunan dkk, 2011)



Mulut



: Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut (Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis dan labioskisis. Trismus yaitu kesukaran membuka mulut.



26



Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang (Tambunan dkk,2011) Telinga



: Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan mengetahui



dengan apakah



bantuan pasien



garfutala



mengalami



untuk



gangguan



pendengaran atau tidak (Tambunan dkk, 2011) Leher



: Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (Tambunan dkk, 2011). Tujuan pengkajian leher secara umum adalah mengetahui bentuk leher serta organorgan penting yang berkaitan. Pembesaran kelanjar limfe



dapat



disebabkan



oleh



berbagai



penyaki,



misalnya peradangan akut/kronis. Pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.



Palpasi



kelenjar



tyroid



dilakukan



untuk



mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium (Tambunan dkk, 2011) Dada Payudara



:



: Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011) Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi (Tambunan dkk, 2011) Kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada hari pertama



27



sampai hari keempat postpartum. ASI transisi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat sampai hari kesepuluh. ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya relatif konstan. Mengkaji



simetris



atau



tidak,



konsistensi,



ada



pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak. (Tambunan dkk,2011) Abdomen



:



Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung kemih, distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), perabaan distensi kandung kemih, posisi dan tinggi fundus uteri. : Tinggi fundus



uterus, lokasi, kontraksi uterus, dan nyeri.



(Kesehatan et al., 2013), Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm (Varney, 2015) Genetalia : Lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman) Lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah) Lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan/kecoklatan) Lokhia alba (>14 hari, putih) Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal Haemoragic postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500-600 ml selama 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau sesudah kelahiran. (Rukiyah, 2010)



28



Tanda tanda REEDA (bila ada laserasi/ heating) Ekstremitas



:



Inspeksi untuk mengecek apakah ada



varices. Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign(-) (varney 2015). 3. Pemeriksaan Penunjang Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena Hb yang rendah dapat mengurangi pasokan sel darah merah. Fungsi HB adalah mengikat oksigen untuk ditranspor ke jaringan termasuk ke uterus. Kurangnya pasokan oksigen ke uterus menyebabkan uterus tidak berkontrasi secara adekuat sehingga terjadi perdarahan. (Sumiaty, 2017). II. INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosis



: Papah hari ke ....... / .... jam postpartum fisiologis



Masalah



:



1.



Nyeri luka perineum



2.



Mules



3.



Putting susu lecet



4.



Payudara bengkak



(Sunarsih, 2014:123) III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan. Diagnosa potensial adalah sebagai berikut: a. Hipertensi post partum b. Anemia postpartum c. Subinvolusi d. Perdarahan postpartum e. Febris postpartum f. Infeksi postpartum



29



g. Mastitis (Sunarsih, 2014:123) IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Untuk menentukan tindakan segera yang perlu diambil berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada. V. INTERVENSI 1.



Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien Rasional : Hak ibu untuk mengetahui kondisinya sehingga ibu menjadi lebih kooperatif dalam pemberian



asuhan



terhadapnya (Rohani, 2013). 2.



KIE mengenai nutrisi ibu nifas Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori. Makanlah makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.



3.



KIE tentang mobilisasi Rasional : Menurut penelitian Nurafifah (2019), upaya pencegahan pasca persalinan komplikasi adalah dengan mobilisasi latihan.



Tujuan



olahraga



sejak



dini



adalah



untuk



memulihkan kesehatan tubuh ibu melalui rekondisi organ yang berubah selama kehamilan menjadi keadaan dan fungsi sebelum kehamilan. Rutin sejak dini olahraga dapat dilakukan oleh semua ibu yang melahirkan secara spontan tanpa komplikasi. Latihan awal melibatkan gerakan latihan secepat mungkin sehingga otot yang meregang selama kehamilan dan persalinan kembali normal seperti semula. 4.



KIE tentang personal hygine dan perawatan luka perineum Rasional : Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan



30



dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI, 2013). 5.



Lakukan perawatan payudara Rasional : Perawatan mamae telah dimulai sejak hamil supaya putting susu tidak keras dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusui bayinya karena baik untu kesehatan bayinya



6.



KIE ASI ekslusif dan cara menyusui yang benar Rasional : ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama kehidupannya (Aprillia, 2010). ASI yang diproduksi ibu akan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi (Farrer, 2011).



7.



KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan neonatus.



Pada



penelitian



Yanemoto,



dkk.



(2021)



menjelaskan bahwa kunjungan postpartum dapat mencegah berkembangnya



masalah



kesehatan



atau



mengurangi



dampaknya sejak dini. Kunjungan juga memungkinkan untuk melibatkan tidak hanya penilaian ibu dan bayi baru lahir untuk masalah fisik tetapi juga penilaian mental ibu kesehatan, keadaan keluarga dan lingkungan rumah. I.



IMPLEMENTASI Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya



31



oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. II. EVALUASI Evaluasi keefektifan



merupakan



asuhan



penilaian



kebidanan



yang



tentang telah



keberhasilan dilakukan.



dan



Evaluasi



didokumentasikan dalam bentuk SOAP.



DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.



32



Barata, Atep Adya 2008. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: elex Media Kompetindo. Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta: EGC. Crockett, L Katie, et al. 2018. A Review of the Effects of Physical Therapy on SelfEsteem in Postpartum Women With Lumbopelvic Dysfunction. Journal Obtetric Gynocology Colombia. Damayanti, E. S. & Purnamasari, A. (2011). Berpikir positif dan harga diri pada wanita yanng mengalami masa premenopause. Jurnal Humanitas. Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Hasselquist, M. B., 2006. Tata Laksana Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Kementerian Kesehatan RI. (2020). Buku KIA 2020. In Buku Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–53). https://gizi.kemkes.go.id/katalog/buku-kia.pdf Kesehatan, K., Indonesia, R., Kemenkes, P., & Jurusan, Y. (2013). Kementerian kesehatan republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta jurusan kebidanan. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf Ketsuwan, Sukwadee, et al. 2018. Effect of Herbal Compresses for Maternal Breast Engorgement at Postpartum: A Randomized Controlled Trial. Journal International Breastfeeding Medicine Volume XX, Number XX. Lee, Hsiu-Jung RN, et al. 2017. Back massage intervention for relieving lower back pain in puerperal women: A randomized control trial study. International Journal of Nursing Practice Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Martins, Deminice et.al (2018), Vitamin A intake of Brazilian mothers and retinol concentrations in maternal blood, human milk, and the umbilical cord. Journal of International Medical Research. Vol. 46(4) 1555–1569. diakses pada tanggal 06 Mei 2021 M. Witt et. al (2016) Therapeutic Breast Massage in Lactation for the Management of Engorgement, Plugged Ducts, and Mastitis. Journal of International Human Lactation 1–9. diakses pada tanggal 25 April 2021



33



Michele Ondeck. 2019. Healthy Birth Practice #2: Walk, Move Around, and Change Positions Throughout Labor. The Journal of Perinatal Education, 28(2), 81–87, Diakses tanggal 14/04/2021 Park, Seong-Hi. 2017. Effect of Kegel Exercises on the Management of Female Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Hindawi Publishing Corporation Advances in Nursing. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Swerts, Marlies. Westhof, Ellen. Bogaerts, Annick. Lemiengre, Joke. 2016. Supporting Breastfeeding Women From The Prespective of the Midwife. : A Systematic Review of Literature Midwifery Journal Iternational 37 pp 32-40 Elsevier inc. diakses pada tanggal 25 April 2021 Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC -----------------. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC. -----------------. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC. -----------------. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC. WHO. Millennium Development Goals (MDGs). Jakarta: United Nation; 2008. Wiknjosastro, Hanifa.2006.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : YBP-SP



34