Revisi Nifas Kompleks - Sesilia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS KOMPLEKS DENGAN INFEKSI LUKA PERINEUM



Oleh: Sesilia Serly Kebo 012023243029



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2021 1



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Infeksi Luka Perineum Nama



: Sesilia Serly kebo



NIM



:012023243029



Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Profesi Program Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga pada : Hari



:



Tanggal



:



Surabaya,Mei 2021 Pembimbing Pendidikan



Mahasiswa



Prgram studi Kebidanan



Ratna Dwi Jayanti,S.Keb.,Bd.,M.keb



Sesilia Serly Kebo



NIP. 19851004 202003 3 201



012023243029



2



DAFTAR ISI Halaman Judul.............................................................................................1 Halaman Pengesahan...................................................................................2 Daftar Isi......................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4 Latar Belakang.............................................................................................4 Tujuan..........................................................................................................5 Manfaat........................................................................................................5 BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................6 Konsep Dasar Luka Perineum.... ... ............................................................6 Pengertian Luka Perineum...........................................................................6 Jenis luka Perineum.....................................................................................6 Klasifikasi Laserasi Perineum.....................................................................7 Etiologi luka perineum................... ............................................................8 Proses penyembuhan Luka..........................................................................9 Kriteria Penyembuhan Luka......................................................................10 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka............................11 Dampak Perawatan Luka Perineum yang Tidak Benar..............................16 Manifestasi klinis Infeksi Luka perineum...................................................17 Penilaian Luka Infeksi.................................................................................17 Pencegahan dan pengobatan Infeksi............................................................18 Perawatan Luka Perineum...........................................................................19 Efektivitas penyembuhan Luka dengan dan Tanpa Anastesi..............19 Konsep Dasar Asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan Luka perineum..21 Daftar Pustaka............................................................................................ .24



3



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis. Pada proses ini diharapkan ibu akan melahirkan secara normal dan berada dalam keadaan sehat. Namun apabila proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak dikelola dengan baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan, persalinan, masa nifas atau postpartum, bahkan dapat menyebabkan kematian (Manuaba, 2009). Periode postpartum atau nifas adalah waktu penyembuhan, waktu perubahan, dan waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2013). Menurut Departemen Kesehatan RI, lamanya masa postpartum dihitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa postpartum kurang lebih 6 minggu. Pada masa ini kematian ibu masih dapat terjadi akibat perdarahan atau infeksi (Ambarwati, 2010). Perawatan post partum harus benar-benar diperhatikan karena diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Dewi dan Sunarsih, 2011). Penyebab kematian ibu yaitu karena perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, lain – lain 40,8 % (KeMenKes RI 2016). Morbiditas pada minggu pertama postpartum biasanya disebabkan karena endometriosis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau laserasi, infeksi traktus urinarius, Infeksi pada masa postpartum kemungkinan berasal dari luka jahitan perineum yang mengalami infeksi. Luka jahitan ini disebabkan oleh episiotomi atau luka sayatan yang mengalami infeksi dan akibat robekan jalan lahir atau robekan perineum. Luka jahitan yang disebabkan episiotomi maupun robekan perineum membutuhkan waktu untuk sembuh 6 hingga 7 hari. (Siska,2018)



Penyembuhan luka yang mengalami kelambatan di sebabkan karena beberapa masalah diantaranya perdarahan yang disertai dengan perubahan tandatanda vital, infeksi seperti kulit kemerahan, demam dan timbul rasa nyeri, pecahnya luka jahitan sebagian atau seluruhnya akibat terjadinya trauma serta



4



menonjolnya organ bagian dalam ke arah luar akibat luka tidak segera menyatu dengan baik (Hidayat dan Musrifatul, 2014). Dengan melakukan perawatan dan edukasi yang diberikan kepada ibu dengan baik,resiko yang dapat ditimbulkan akibat luka pada jalan lahir atau perineum dapat dihindari dan ibu mengalami masa nifas yang sehat. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas dengan Infeksi Luka perimeum, dan menerapkan pola pikir manajemen kebidanan Varney dan pendokumentasian asuhan menggunakan SOAP. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Luka perineum 2. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Luka Perineum 3. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian dengan menggunakan SOAP 4. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan antara kasus dengan konsep dasar teori Luka Perneum 1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat Teoritis Penulis memperoleh pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu Nifas dengan Luka Perineum 1.3.2 Manfaat Praktis Sebagai acuan bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dengan kehamilan ganda di tempat praktek.



5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Infeksi 2.2 Luka Perineum 2.1.1Pengertian Luka Perineum:  Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum (Mochtar, 2008).  Luka perineum adalah robekan yang terjadi di daerah perineum secara spontan atau sengaja digunting (episiotomi) untuk mempermudah kelahiran bayi. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hampir 90 % dari proses persalinan mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi (Elva, 2012).  Luka perineum adalah luka pada bagian perineum karena adanya robekan pada jalan lahir baik karena ruptur maupun tindakan episiotomi pada waktu melahirkan janin (Walyani; Purwoastuti, 2015). Luka perineum merupakan perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina sehingga tidak kelihatan dari luar, sehingga dapat melemahkan dasar pinggul dan mudah terjadi prolaps genetalia (Rukiyah Yulianti,2014) Infeksi Luka Perineum:Peradangan karena masuknya kuman-kuman ke dalam luka pada waktu nifas,dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar(WHO,2013) 2.1.2 Jenis Luka Perineum Ada 2 macam luka dalam proses persalinan 1. Ruptur



6



Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Banyak ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Walyani; Purwoastuti, 2015) 2. Episiotomi Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina cincin selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan pasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum(Walyani; Purwoastuti, 2015)



2.1.3



Klasifikasi Laserasi Perineum Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat, yaitu; 1) Derajat 1 Yaitu:Robekan



yang



terjadi



pada



bagian



mukosa



vagina,fourchette posterior, dan kulit perineum. Robekan derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. 2) Derajat 2 Yaitu :Robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot perineum. Robekan derajat II perlu dilakukan penjahitan. 3) Derajat 3 Yaitu :Robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, dan sfingter ani eksterna.



7



4) Derajat 4 Yaitu: Robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani eksterna, dan dinding rektum anterior. Untuk robekan perineum derajat 3 dan 4 dapat segera dirujuk untuk dilakukan



reparasi laserasi perineum di Fasilitas rujukan (Indrayani;



Djami, 2016) 2.1.4



Etiologi Luka Perineum terjadi disebabkan dari beberapa faktor baik dari ibu, janin, dan penolong persalinan. Berikut faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya luka perineum(Oxorn;Forte,2010) a. Faktor Ibu 



Partus presipitatus yang tidak dapat dikendalikan







Ibu yang tidak mampu mengendalikan proses mengejan







Partus yang diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan pada fundus yang berlebihan.







Perineum yang oedema dan rapuh







Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum







Perluasan episiotomi







Arcus Pubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula,sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.



b. Faktor Janin/bayi(Oxorn;Forte,2010) 



Kondisi bayi besar







Posisi kepala yang abnormal







Kelahiran Bokong







Ekstraksi forcep yang sukar







Distosia Bahu



8







Anomali Kongenital seperti Hidrosephalus



c. Faktor penolong Persalinan Penolong persalinan adalah seseorang yang berwenang dalam memberikan asuhan persalinan. Pemimpin persalinan merupakan salah satu penyebab terjadinya robekan perineum, sehingga sangat diperlukan kerjasama antara ibu dan penolong agar dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi (Fatimah; Lestari, 2019: Etiologi Infeksi Luka Perineum: Penyebab Infeksi luka perineum melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin dari luar.(Henny,2019)Penyebab terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain:  Streptococus Haematilicus Aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain,alat-alat yang tidak steril,tangan penolong dan sebagainya.  Staphylococcus Aurelis Masuk secara eksogen,infeksinya sedang,banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit  Escherichia Colli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi terbatas.  Clostridium Welchii Kuman anaerob yang sangat berbahaya,sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun di luar rumah sakit.



9



2.1.5



Proses penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan, hal ini juga berhubungan dengan regenarasi jaringan (Johnson; Tylor, 2015). Fase penyembuhan luka meliputi tiga fase, yaitu: a) Fase Inflamatory Fase



inflamatory



(fase



peradangan)



dimulai



setelah



pembedahan dan berakhir pada hari ke 3-4 pascaoperasi. Terdapat 2 tahap dalam fase ini, yang pertama hemostasis merupakan proses untuk menghentikan perdarahan, yakni kontraksi yang terjadi pada pembuluh darah akan membawa platelet yang membentuk matriks fibrin yang berguna untuk mencegah



masuknya



organisme



infeksius,



luka



akan



mengalami sindrom adaptasi lokal untuk membentuk tekanan yang besar. Fase kedua pada tahap ini yaitu pagositosis, memproses hasil dari konstruksi pembuluh darah yang berakibat terjadinya pembekuan darah berguna untuk menutupi luka dengan diikuti vasoliditasi darah putih untuk menyerang luka,



menghancurkan



bakteri



dan



debris.



Proses



ini



berlangsung kurang lebih 24 jam setelah luka beberapa dari fagosit (makrofag) masuk ke bagian luka yang kemudian mengeluarkan anginogenesis dan merangsang pembentukan kembali anak epitel pada akhir pembuluh darah. b) Fase Proliferative Fase proliferative atau fase fibroplasia dimulai pada hari ke 3-4 dan berakhir pada hari ke-21. Fase proliferative terjadi proses yang menghasilkan zat-zat penutup tepi luka bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi yang akan membuat seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel. Fibroblast secara cepat memadukan kolagen dan substansi dasar akan membentuk perbaikan luka. Selanjutnya, pembentukan lapisan tipis epitel akan melewati luka dan aliran darah didalamnya, kemudian



10



pembuluh kapiler akan melewati luka (kapilarisasi tumbuh) dan membentuk jaringan baru yang disebut granulasi jaringan, yakni adanya pembulu darah, kemerahan, dan mudah berdarah c) Fase Maturasi Fase maturasi atau fase remodeling yang dimulai pada hari ke21 dan dapat berlanjut hingga 1-2 tahun pasca terjadinya luka. Pada fase ini, terjadi proses pematangan, yaitu jaringan yang berlebih akan kembali diserap dan membentuk kembali jaringan yang baru. Kolagen yang tertimbun dalam luka akan diubah dan membuat penyembuhan luka lebih kuat, serta lebih mirip jaringan. Kolagen baru akan menyatu dan menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis, dan membetuk garis putih (Fatimah; Lestari, 2019) 2.1.6



Kriteria Penyembuhan Luka Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum



dengan terbentuknya jaringan-jaringan baru menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari. Kriteria penilaian penyembuhan luka menurut Hamilton (2002), yaitu:  Baik Jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).  Sedang Jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).  Buruk Jika luka basah, perineum menutup/membuka, dan ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa) (Nurafifah, 2016)



11



Menurut Smeltzer (2005) lama penyembuhan luka perineum terdiri dari:  Cepat:Jika Luka perineum sembuh dalam 1-6 hari,Penutupan luka baik,Jaringan granulasi tidak tampak pembentukan jaringan parut minimal. 



Normal:Jika Luka perineum sembuh dalam waktu 7-14 hari,Penutupan



luka



baik,jaringan



granulasi



tidak



tampak,pembentukan jaringan parut minimal,akan tetapi waktu lebih lama. 



Lama:Jika luka perineum sembuh dalam waktu≥ 14 hari,tepi luka tidak saling merapat,proses perbaikan kurang,kadang disertai adanya



pus



dan



waktu



penyembuhan



lebih



lama(Ma,rifah;pratiwi,2018)



2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Ada beberapa faktor Yang dinilai dapat mempengaruhi penyembuhan luka Perineum,yaitu antara lain:  Faktor eksternal 



Lingkungan Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat – nasihat khususnya orang tua dalam merawat kebersihan pasca persalinan(Trisnawati,2015)







Tradisi/Budaya Budaya dan keyakinan mempengaruhi penyembuhan luka



perineum,



misalnya



kebiasaan



pantangan



mengkonsumsi telur, ikan, dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka (Rukiyah; Yulianti, 2014). Masih banyak digunakan ramuan peninggalan nenek



moyang untuk



12



perawatan



pascapersalinan,



meskipun oleh masyarakat modern (Fatimah; Lestari, 2019). 



Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang perawatan pada masa nifas sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Semakin kurang pengetahuan ibu, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan berlangsung lama. Banyak ibu pascapersalinan merasa takut untuk memegang



kemaluannya



sendiri,



sehingga



saat



melakukan vulva hygine menjadi kurang bersih, jika ada luka pada perineum akan bertambah parah dan dapat menyebabkan infeksi (Fatimah; Lestari, 2019) 



Sosial Ekonomi Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri.(Herlina,2018)







Penanganan Petugas Selama proses persalinan memerlukan pembersihan atau pencegahan infeksi dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum (Fatimah; Lestari, 2019)







Kondisi ibu dan gizi Makanan yang bergizi dan



nutrisi yang seimbang



membantu mempercepat masa penyembuhan luka.Klien



13



memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin A dan C, serta mineral seperti Fe dan Zn (Fatimah; Lestari, 2019). Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka karena protein dapat membantu penggantian jaringan (Rukiyah; Yulianti, 2014). Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik(Trisnawati,2015) Kebutuhan gizi saat nifas mengalami peningkatan. Asupan kalori per hari mengalami peningkatan mencapai 2700 kalori dan asupan cairan ditingkatkan mencapai 3000 ml (susu 1000ml) per harinya . Peningkatan asupan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan kebutuhan laktasi.(Erna,2015) Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang(Theana,2017)



 Faktor Internal 



Usia Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, penyembuhan luka pada usia muda lebih cepat dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usia, tubuh lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati bisa mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah, yang mengakibatkan penyembuhan luka akan terganggu dan berlangsung lama (Fatimah; Lestari, 2019)



14







Penanganan Jaringan Penanganan



yang



kasar



menyebabkan



cedera



dan



memperlambat penyembuhan(Trisnawati,2015) 



Hemoragi Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan. Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi. (Trisnawati,2015)







Hipovolemia Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan oksigen dan nutrient yang tersedia utuk penyembuhan luka. (Trisnawati,2015)







Faktor Lokal Oedema Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada pembuluh darah,memperlambat penyembuhan. (Trisnawati,2015)







Defisit Nutrisi Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan proteinkalori(Trisnawati,2015)







Personal Higiene Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.(Herlina,2018)



15







Defisit Oksigen Insufisien oksigenasi jaringan : Oksigen yang tidak memadai dapat diakibatkan tidak adekuatnya fungsi paru dan kardiovaskular juga vasokonstriksi setempat. Penumpukan



drainase



:



Sekresi



yang



menumpuk



menggangu proses penyembuhan(Trisnawati,2015) 



Over aktivitas Menghambat perapatan tepi luka. Mengganggu penyembuhan yang diinginkan. Ibu pascapersalinan perlu menghindari aktivitas yang melelahkan karena masih dalam proses penyembuhan (recovery). Aktivitas yang berat dan berlebih menghambat perapatan tepi luka, sehingga mengganggu penyembuhan luka (Fatimah; Lestari, 2019







Penyakit Diabetes Melitus Penyakit diabetes melitus (DM) yaitu terhambatnya sekresi insulin yang mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Fatimah; Lestari, 2019)







Keturunan Sifat genetik mempengaruhi kemampuan dalam penyembuhan luka, misalnya kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat menyebabkan gula darah meningkat, sehingga terjadi penipisan protein-kalori (Rukiyah; Yulianti, 2014)



2.1.8 . Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar Ada beberapa akibat jika luka perineum tidak dirawat dengan baik dan benar,yaitu: .  Infeksi



16



Kondisi perineum yang terkena lokea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang menimbulkan infeksi pada ibu nifas  Komplikasi Luka perineum yang terkena infeksi dapat merambat pada saluran kencing atau pada jalan lahir yang dapat menyebabkan komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jalan lahir.  Kematian Ibu Penanganan komplikasi infeksi luka perineum yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum, mengingat kondisi ibu nifas yang masih lemah (Fatimah; Lestari, 2019) 2.1.9.Manifestasi Klinis Infeksi Luka Perineum Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi perineum menurut varney(2009) adalah sebagai berikut: -



Nyeri lokal



-



Disuria



-



Suhu derajat rendah-jarang diatas 38,3 derajat celsius



-



Edema



-



Sisi jahitan merah dan inflamasi



-



Mengeluarkan pus dan eksudat berwarna abu-abu kehijauan



-



Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka



2.1.10.Penilaian Luka Infeksi



Hal penting yang perlu diperhatikan setelah penjahitan luka perineum adalah monitoring penyembuhan luka melalui pemeriksaan pada masa postpartum.REEDA merupakan alat bantu untuk menilai penyembuhan luka perineum.Penilaian sistem REEDA meliputi:



 Redness Tampak kemerahan pada daerah penjahitan.



 Edema



17



Adanya cairan dalam jumlah besar yang abnormal di ruang jaringan intraseluler tubuh,menunjukan jumlah yang nyata dalam jaringan subcutis.edema dapat terbatas yang disebabkan oleh obstruksi vena atau saluran limfatik atau oleh peningkatan permeabilitas vascular.



 Ecchymosis Adalah bercak perdarahan yang kecil,lebih besar dari petekie(bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna menonjol)pada kulit perineum membentuk bercak biru atau ungu rata,bulat atau tidak beraturan.



 Discharge Adanya ekskresi atau pengeluaran dari daerah luka perineum



 Approximation Adalah kedekatan jaringan yang dijahit. 2.1.11.Pencegahan dan pengobatan infeksi  Pencegahan Infeksi selama Masa Nifas Pencegahan infeksi pada masa nifas antara lain 



Perawatan luka Pstpartum dengan teknik aseptik







Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genitalia harus steril







Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya diisolasi dalam rungan khusus,tidak bergabung dengan ibu post partum yang sehat







Membatasi tamu yang berkunjung







Mobilisasi dini



 Pengobatan Infeksi pada Masa Nifas 



Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks,luka perineum dan darah ,serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotik yang tepat







Memberikan antibiotik dengan dosis yang cukup dan adekuat



18







Memberikan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium







Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh,seperti infus,transfusi darah,makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh untuk proses kesembuhan serta perawatan lain sesua komplikasi yang ada.



2.1.12.Perawatan Luka Perineum Perawatan luka dilakukan dengan baik, proses penyembuhan luka akan lebih cepat (Fatimah; Lestari, 2019) Perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi pada organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangan bakteri pada peralatan penampung lochea (Feerer, 2002 dalam Rukiyah; Yulianti, 2019) Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/ memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episotomi. Anjuran untuk menjaga kebersihan luka perineum, yaitu:  Menjaga kebersihan alat gentalia,dengan mencuci dengan menggunakan air dan sabun,setiap kali setelah buang air besar atau kecil kemudian dikeringkan.memakai pembalut yang bersih dan diganti minimal 3 kali sehari.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah genitalia.  Ajarkan ibu cara membersihkan daerah gentalia,yaitu daerah vulva danvagina dengan cara yang benar yaitu dari arah depan ke arah belakang. 



Bilas perineum dengan larutan antiseptik sehabis buang air kecil atau saat ganti pembalut. Keringkan dengan handuk, ditepuk-tepuk lembut (Sustanto, 2018 )



2.1.13.Efektivitas penyembuhan Luka Perineum dengan dan Tanpa Anastesi Robekan jalan lahir bisa ditangani dengan penjahitan. Sebelum dilakukan penjahitan, perineum harus diobservasi terlebih dahulu



19



derajat robekanya, setelah itu proses penjahitan bisa dilakukan dengan melakukan prosedur pra penjahitan terlebih yaitu dengan di anestesi secara lokal yang merupakan salah satu isi dari program asuhan sayang ibu, tetapi sampai saat masih terdapat penjahitan yang tidak dilakukan anestesi terlebih dahulu, setelah dianestesi kemudian dilakukan metode penjahitan perineum dengan jenis penjahitan jelujur Penyembuhan luka tanpa anestesi lebih cepat dari pada dengan anestesi, prosesur penatalaksanaan pra penjahitan tanpa anestesi sebagian besar mengalami penyembuhannya normal (3-7hari) prosedur pra penjahitan tanpa anestesi lebih efektif terhadap penyembuhan luka robekan perineum.(Herdini,2014) Dampak dari penggunaan lidokain 1% sendiri adalah merangsang sistem saraf pusat menyebabkan kegelisahan dan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik, mungkin pula terjadi perlambatan penyembuhan luka, oedema atau efek nekrosis(Nopi,2019) Menurut brown (1995) ada bentuk anestesi dengan tambahan adrenalin mempunyai efek vasokontriksi lokal, sehingga memperpanjang kerja obat anestesi, karena adrenalin menyebabkan vasokontriksi sehingga aliran darah disekitar luka menjadi berkurang, dan penyerapan obat menjadi lambat. Penyerapan yang lambat akan menimbulkan oedem pada daerah sekitar suntikan yang menyebabkan penjahitan menjadi tidak sempurna, sehingga dapat mempengaruhi lama penyembuhan luka. Oleh karena itu penggunaan jenis anestesi lokal juga harus diperhatikan dalam melakukan penjahitan, bila menggunakan anestesi yang mengandung adrenalin akan berpengaruh pada penyembuhan luka(Lidia,2012)



20



2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas Dengan Luka Perineum No. Register: Untuk memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan, kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya. 2.2.1



Pengkajian



Tanggal :



Pukul :



Oleh :



1. Data subyektif a. Biodata/Identitas  Nama ibu/Nama suami : Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain. dan dengan mengetahui nama memudahkan dalam berkomunikasi  Umur ibu/Umur suami : Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, penyembuhan luka pada usia muda lebih cepat dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usia, tubuh lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati bisa mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah, yang mengakibatkan penyembuhan luka akan terganggu dan berlangsung lama (Fatimah; Lestari, 2019)  Pendidikan.Berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu tentang perawatan pada masa nifas sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Semakin kurang pengetahuan ibu, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan berlangsung lama. Banyak ibu pascapersalinan merasa takut untuk memegang kemaluannya sendiri, sehingga saat melakukan vulva hygine menjadi kurang bersih, jika ada luka pada perineum akan bertambah parah dan dapat menyebabkan infeksi (Fatimah; Lestari, 2019)



21



b.



Keluhan Utama Ibu akan mengalami keluhan nyeri pada luka perineum,yang akan menimbulkan rasa takut pada saat BAB/BAK,selain itu ibu akan mengeluh nyeri saat beraktivitas(Siska,2018)



c. Riwayat Obstetri Riwayat obstetrik perlu dikaji untuk melihat masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berlangsung normal atau ada penyulit yang dialami.(Siska,2018) d.Riwayat Persalinan Luka perineum biasa disebabkan karena riwayat persalinan seperti partus presipitatus,Bayi



besar,distosia



bahu,adanya



tindakan



episitomi.



Oxorn;Forte,2010) e. Riwayat Kesehatan Ibu Mengkaji riwayat sakit yang pernah diderita ibu sebelumnya karen sakit yang diderita seperti DM.Penyakit DM diketahui dapat mempengaruhi percepatan kesembuhan luka perineum. Penyakit diabetes melitus (DM) yaitu terhambatnya sekresi insulin yang mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Fatimah; Lestari, 2019) f.Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah/Ibu) Mengkaji adakah anggota keluarga yang



menderita penyakit seperti



DM. Sifat genetik mempengaruhi kemampuan dalam penyembuhan luka, misalnya kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat



22



menyebabkan gula darah meningkat, sehingga terjadi penipisan proteinkalori (Rukiyah; Yulianti, 2014)



g.Pola Fungsional Kesehatan 



Pola Nutrisi : Mengkaji pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu.Normalnya makan 3x sehari dengan menu yang seimbang seperti nasi, lauk, sayur, buah, dan susu (cukup mengandung karbohidrat,



protein, lemak,



vitamin, mineral, air kebutuhan akan zat besi meningkat (Wiknjosastro,



2008).



Minum:



normalnya



gelas/hari. Makanan yang bergizi dan



6-8



nutrisi yang



seimbang membantu mempercepat masa penyembuhan luka.Klien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin A dan C, serta mineral seperti Fe dan Zn (Fatimah; Lestari, 2019). Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka karena protein dapat membantu penggantian jaringan (Rukiyah; Yulianti, 2014,Siska,2018) 



Pola Eliminasi : Ibu nifas dengan luka perineum sering mengalami ketakutan saat buang air besar dan buang air kecil.(siska,2018)







Pola Istirahat : Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan



luka,



karena



tidur



meningkatkan



anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme.(Siska,2018) 



Personal Higiene : Mengkaji pola kebersihan ibu termasuk cara merawat perineum. personal hygiene merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan



23



luka



perineum



dan



hasilnya



menunjukkan sebagian besar ibu post partum tidak melakukan teknik vulva hygiene dengan baik dan benar dikarenakan takut jahitannya terbuka kembali dan perih sehingga dihari ke-6 keadaan luka perinium ibu post partum banyak yang belum sembuh dengan keadaan luka masih ada kemerahan, masih ada tanda-tanda infeksi, dan jahitannya belum menutup(Herlina,et al,2018) h. Perilaku Kesehatan Mengkaji kebiasaan merokok obat atau minuman beralkohol. Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. (Trisnawati,2015) i. Data psikososial spiritual - Perkawinan : perkawinan yang ke berapa, umur saat kawin dan lama kawin. - Kehamilan ini



: diinginkan/tidak diinginkan.



Mengkaji adanya faktor stres dalam kehamilan dan persalinan ini, stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga menghambat penyembuhan luka(Rukiyah,2014) 2. Data obyektif a. Pemeriksaan umum - Kesadaran : composmentis - TTV: 



TD :Biasa dalam batas Normal. sistole 100 -