LP Osteomielitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS



DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)



Oleh :



NUR AINI



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) dengan gangguan



Osteomielitis di ruang BIMA RSUD JOMBANG untuk



memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners STIKES ICME JOMBANG.



Disetujui



Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa



( Nur Aini )



Mengetahui,



Pembimbing Akademik



(



Pembimbing Ruangan



)



(



)



Kepala Ruangan



(



)



A. Definisi osteomielitis Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2019). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut : 1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 2019). 2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2008). 3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 2015). B. Klasifikasi osteomielitis Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu: 1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. 2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya. Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Osteomielitis akut



Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi



pertama



atau



sejak



penyakit



pendahulu



timbul.



Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu: a. Osteomielitis hematogen Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat. b. Osteomielitis direk Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme. 2. Osteomielitis sub-akut Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. 3. Osteomielitis kronis



Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur. C. Etiologi Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah: 1. Bakteri Menurut Joyce & Hawks (2009), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus. 2. Virus 3. Jamur 4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2010). Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: 1. Aliran darah Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. 2. Penyebaran langsung



Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. 3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak. D. Patofisiologi (Brunner, suddarth. (2019) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan



penumpukan



hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat



(stadium 2)



terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan



alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.



E. Manifestasi klinis Menurut Smeltzer (2010) 1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul. 2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan. 3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah. F. Pemeriksaan penunjang (Brunner, suddarth. (2019) 1. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah 2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas 3. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella 4. Pemeriksaan biopsy tulang



Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes. 5. Pemeriksaan ultra sound Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi 6. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru. Pemeriksaan tambahan : a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis. G. Penatalaksanaan (Brunner, suddarth. (2019) 1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita 2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam. 3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam. 4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam 5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan. 6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah 7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang



kososng



yang



ditinggalkan



dengan



cara



mengisinya



menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat. 8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.



9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K. a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat. b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang. c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah. H. Pencegahan 1. Berhenti merokok Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin. 2. Diet sehat Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan bijibijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan Anda. 3. Mengelola berat badan Anda Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan



berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Massa Index (BMI) kalkulator untuk memeriksa. 4. Mengurangi alkohol Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol Anda. 5. Olahraga teratur Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10



menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS A. Pengkajian 1. Identitas Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST : a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut. b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak menusuk c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4 e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang. b. Riwayat Kesehatan Dahulu



Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan. 3. Psikososisl Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah. 4. Pemeriksaan fisik Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema. 5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya



tidak



mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang. b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia diderita. c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.



d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya. f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya. g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji. h. Peran







Hubungan:



Biasanya



pasien



mengalami



depresi



dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik. i.



Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.



j.



Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.



k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan. B. Diagnosa keperawatan 1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan 2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. 3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang 4. DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.



C. Intervensi keperawatan No.Dx Tujuan 1. Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat. Kriteria hasil:  Tidak terjadi nyeri  Napsu makan menjadi normal,  ekspresi wajah rileks dan  suhu tubuh normal



2. Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang Kriteria hasil:  Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin  Mempertahankan posisi fungsional  Meningkatkan / fungsi yang sakit  Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas



Intervensi Mandiri — Mengkaji karakteristik — nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10) — Mempertahankan im— mobilisasi (back slab) —



Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka











Amati perubahan suhu setiap 4 jam







— Kompres air hangat Koaborasi















Pemberian obatobatan analgesik



Mandiri — Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan — Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit — Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak



— —











Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas











Berikan dorongan pada klien untuk







Rasionl Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya. Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka. Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri Untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman Mengurangi rasa nyeri



Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien



Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan Mengurangi terjadinya penyimpangan –



3. Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami Kriteria hasil:  Mencapai waktu penyembuhan



melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan — Ubah posisi secara periodik Kolabortasi — Fisioterapi / aoakulasi terapi Mandiri — Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter. — Ambulasi dengan kantung drainase dependen.



penyimpangan yang dapat terjadi







Mengurangi gangguan mobilitas fisik







Mengurangi gangguan mobilitas fisik







Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.







Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih. Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.







Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.











Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.











Ganti balutan dengan — sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu







Gunakan pelindung kulit tipe ostomi







Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka. Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah



4. Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan



Kolaborasi: — Berikan antibiotic sesuai indikasi







Mandiri — Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien











Kaji patologi masalah individu.











Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.







Kriteria hasil:  Ekspresi wajah relaks  Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang







Kolaborasi : — Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran











ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi. Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi. Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik. Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya



D. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. 1. Tindakan mandiri (Independen)



Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah kesehatan lain. 2. Tindakan kolaborasi Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama, seperti dokter atau petugas kesehatan lain . Berdasarkan referensi diatas, impelementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan terhaadap klien sesuai dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi. E. Evaluasi keperawatan Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat. 1. Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut : 2. Daftar tujuan-tujuan pasien. 3. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu. 4. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien. 5. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan osteomielitis diharapkan sebagai berikut: 1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat 2. Gangguan mobilitas fisik berkurang 3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami 4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit



yang



dideritanya. Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteria



DAFTAR PUSTAKA 1. Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta 2. Brunner & Suddarth. (2019). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC 3. Doenges E Marilynn, 2010., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta 4. Mansjoer, Arif, 2018., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta 5. Harrison. 2017. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC