LP Post-Op-Laparatomy Di ICU Lea [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Hulia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP LAPARATOMY DI RUANG ICU RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR



OLEH : LEA BATMOMOLIN



7119261704 CI LAHAN



CI INSTITUSI



(.....................................)



(....................................)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIK FAMIKA MAKASSAR TAHUN 2022/2023



LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP LAPARATOMY



A. Pengertian Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,



kolesistoduodenostomi,



hepatorektomi,



splenoktomi,



apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral. Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.  Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008): a.   Midline incision   Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis.  Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.



b.      Paramedian        yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian  bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah  c.      Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.  d.      Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy B. Patofisiologi nyeri Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosionalyang hebat (Brooker, 2010).Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembusserta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalahcedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atautidak disengaja (Smeltzer, 2011).Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpatembusnya dinding perut



dimana



pada



penanganan/penatalaksanaan



lebih



bersifat



kedaruratandapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan terjadinya traumaabdomen sehingga harus



di lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).Trauma tumpul abdomen dapat



mengakibatkan



individu



memar/jejas pada dinding perut,



dapat



kerusakan



kehilangan



darah,



organ-organ, nyeri, iritasi



cairan usus. Sedangkan trauma tembusabdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stressimpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnyaseluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkanterjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resikotinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).



PATWAY



C.  Etiologi Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu: 1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam). 2.      Peritonitis. 3.      Perdarahan saluran cernas 4.      Sumbatan pada usus halus dan usus besar. 5.      Massa pada abdomen D. Manifestasi klinis 1.      Nyeri tekan. 2.      Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan. 3.      Kelemahan. 4.      Gangguan integumen dan jaringan subkutan. 5.      Konstipasi. 6.      Mual dan muntah, anoreksia. E. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing. b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine. c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi. d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing. e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan



melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu. f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium. F. Komplikasi 1.      Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi. 2.      Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme



yang



stapilococus



paling



aurens,



sering



organisme



menimbulkan gram



positif.



infeksi



adalah



Stapilococus



mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik. 3.    Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. 4.   Ventilasi paru tidak adekuat. 5.    Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung. 6.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 7.    Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).



G. Penatalaksanaan a.



Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok



b.



Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi



c.



Inspeksi luka bedah



d.



Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi



e.



Transfusi darah atau produk darah lainnya



f.



Observasi Vital Signs.



H. Pengkajian Fokus 1. Nyeri akut a.       Mengkaji perasaan klien b.      Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri c.       Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri 2. Nyeri kronis Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji respon nyeri yang di alami pasien : a. Penentu ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya ketika pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka. b. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T yaitu: 1)       P  (Provocate) Faktor paliatif meliputi faktor pencetus  nyeri,terasa setelah kelelahan,udara dingin dan saat bergerak. 2)      Q  (Quality) Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul dan lain-lain. 3)      R (Region) Lokasi nyeri,meliputi nyeri abdomen kuadran bawah,luka post operasi,dan lain-lain. 4)      S (Skala) Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.



5)      T (Time) Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir. 3. Respon fisiologis a. Respon simpatik 1)      peningkatan frekuensi pernafasan 2)      dilatasi saluran bronkiolus 3)      peningkatan frekuensi denyut jantung 4)      dilatasi pupil 5)      penurunan mobilitas saluran cerna b. Respon parasimpatik 1)      Pucat 2)      ketegangan otot 3)      penuru nan denyut jantung 4)      mual dan muntah 5)      kelemahan dan kelelahan 4. Respon perilaku Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis. 5. Respon afektif Respon afektif  juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam melakuk an pengkajian terhadap pasien dengan gangguan nyeri. I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. 1.      Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah. 2.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi. 3.



Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi yang tidak adekuat.



J. Fokus Intervensi 1.      Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan dengan kriteria : a.       Ekpresi wajah pasien rileks b.      Skala nyeri berkurang dari 6 ke 4 Intervensi : a.



Lakukan pengkajian nyeri Rasional : untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan.



b.



Monitor skala nyeri Rasional : untuk mengetahui skala nyeri



c.



Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien apabila nyeri timbul



d.



Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri



2.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi dengan kriteria : a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi c. Jumlah leukosit dalam batas normal Intervensi :



a. Kaji tanda-tanda infeksi Rasional : mengetahui daera yang terjadi infeksi b. Ajarkan cara menghindari infeksi Rasional : agar klien mengerti manfaat mencegah terjadinya infeksi c. Bersihkan luka Rasional :mencegah terjadinya resiko infeksi d. Anjurkan pasien  untuk minum obat antibiotik sesuai resep dokter Rasional : mempertahankan system imum 3.



Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi yang tidak adekuat. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2 X 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya Kriteria Hasil: a. Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah setiap kali makan. b. Asupan oral dan absorbsi nutrisi kembali normal seperti semula. c. Tidak ditemui stomatitis. d. Klien mengatakan perut sudah tidak sakit apabila dimasuki makanan. e. Klien merasa lebih nyaman. Intervensi : 1. Kaji status nutrisi pasien meliputi ABCD dan tanda-tanda vital Rasional :membantu mengkaji keadaan pasien 2.



Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir Rasional :memantau perubahan berat badan



3.



Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering Rasional :meningkatkan nafsu makan



4. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk diet yang tepat bagi pasien dan dengan dokter dalam pemberian obat analgetik Rasional :diet sesuai dengan kebutuhan pasien dan analmietik dapat mengurangi mual K. Evaluasi Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya : 1. Hilangnya perasaan nyeri 2. Menurunnya intensitas nyeri 3. Adanya respon fisiologis yang baik 4. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri



DAFTAR PUSTAKA



 Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta. Judith M. Wilkinson. 2009. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. EGC: jakarta