14 0 188 KB
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN DENGAN PERDARAHAN
SITI USFATUN KHASANAH 2011040025
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020
A. Definisi Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (Prawiroharjo, 2008). Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009). Perdarahan post partum adalah penyebab paling umum untuk pendarahan hebat
selama
siklus
kehamilan.
Perdarahan
paska
melahirkan
biasanya
didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500 ml setelah kelahiran normal tanpa komplikasi atau 1000 ml setelah kelahiran sectio cesaria (Prabawati & Hardjono, 2014). B. Etiologi Penyebab perdarahan post partum (Wiknjosastro, 2010) adalah sebagai berikut : 1. Atonia uteri Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2006).Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat myometrium dapat menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok 9 hipovolemik Kontraksi miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium. 2. Laserasi jalan lahir Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo, 2010). 3. Retensio plasenta Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada retensio 11 plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan normal (Ramadhani, 2011). C. Manifestasi Klinis Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) ada beberapa tanda dan gejala yaitu: 1. Atonia uteri Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer). Gejala yang kadangkadang timbul : syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain) 2. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat, lemah, menggigil. 3. Retensio plasenta Gejala yang selalu ada : plesenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. 4. Tertinggalnya plasenca (sisa plasenta) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang timbul : uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. 5. Inversio uterus Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang timbul : syok neurogenik dan pucat
D. Patofisiologi Dalam masa post partum alat-alat genetelia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut “involusi”.otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman antara otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Ketika terdapat laserasi (robekan) servik atau vagina yang merupakan tempat darah mengalir, tidak ada kontraksi uterus yang dapat menghentikan hemoragie atau perdarahan yang menyebabkan terjadi anemia menjadikan gangguan pada status sirkulasi, klien dapat merasakan kelemahan dalam defisit perawatan diri dan dapat menjadikan resiko syok (Nurarif & Kusuma, 2015) . E. Komplikasi DHF 1. Syok 2. KID 3. Sindrom Sheesan ( nekrosis hipofisis pars anterior ) F. Penatalaksanaan Medis 1. Pencegahan : obati anemia dalam kehamilan. pada pasien dengan riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumya, persalinan harus bersalangsung di rumah sakit. jangan memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas. berikan 10 unit oksitosinim setelah anak lahir dan 0,2 mg ergometrin im setelah plasenta lahir. 2. Penanganan : Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan transfuse cairan, atau darah, kontrol perdarahan dan berikan oksigen. bila ada keadaan umum telah membaik , lakukan pemeriksaan untuk menentukan etiolagi. Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan plasenta dengan plasenta manual. bila terdapat plasenta akreta, segera hentikan plasenta manual dan lakukan histerektomi. a. bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan digital/ kuratase, sementara infus oksitosin diteruskan. b. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi. c. Pada atonia uteri, lakukan masase dan penyuntikan 0,2 ml ergometrin intravena dan prostaglandin parenteral. jika tidak berhasil lakukan kompresi bimanual pada uterus dengan cara memasukan tangan kiri kedalam vagina dan dalam posisi mengepal diletakan diforniks anterior, tangan kanan
diletakan didinding perut memegang fundus uterui. bila tetap gagal dapat dipasang tampon uterovaginal dengan cara mengisi kavum uteri dengan kasa sampai padat selama 24 jam, atau dipasang kateter folley. bila tindakan tersebut tidak dapat menghentikan perdarahan juga, terapi defenitif yang diberikan adalah histeroktom atau ligasi uterine. Bila disebabkan ganguan pembekuan darah, berikan transfusi plasma segara Pada perdarahan pasca persalinan sekunder : kompresi bimanual sedikitnya selama 30 menit antibiotik sprektum luas oksitosin 10 U intramuscular tiap 4 jam atau 10-20 U/IV dengan tetesan lambat 15 smetil PGF 0,25 mg IM tiap 2 jam atau ergot alkalaoid tiap 6 jam sedikitnya selama 2 hari. G. Pathways Post partum
Involusi uterus
Kontraksi uterus
Kontraksi uterus lambat
Pelepasan jaringan endometrium
Artonia uteri
Robekan jalan lahir
Lokhea keluar
Kurang perawatan
Invasi bakteri
Perdarahan
Volume cairan turun
Nyeri akut
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Resiko infeksi
H. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi, dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post partum meliputi: 1. Identitas pasien Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain lain 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta. b. Riwayat kesehatan sekarang Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual. c. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. d. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT e. Riwayat perkawinan meliputi: Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu f. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir, Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi g. Riwayat Kehamilan sekarang Hamil muda, keluhan selama hamil muda, Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain h. Riwayat antenatal care meliputi: Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat 3. Pola aktifitas sehari-hari a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan. b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk. I. Diagnosa Keperawatan Megacolon yang bisa muncul sesuai dengan SDKI, SLKI dan SIKI 1. Risiko Infeksi (D.0142) Kategori
: lingkungan
Subkategori
: keamanan dan proteksi Definisi
: berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik. Faktor resiko 1.
Penyakit
Kondisi klinis terkait
kronis
(missal: 1.
diabetes mellitus)
AIDS
2.
Luka bakar
2.
Efek prosedur invasive
3.
PPOK
3.
Malnutrisi
4.
Diabetes
4.
Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5.
Ketidakadekuatan tubuh primer:
mellitus 5.
pertahanan
invasive 6.
a. Gangguan peristaltic b. Kerusakan integritas kulit d. Ketuban pecah lama
Kondisi penggunaan terapi steroid
7.
c. Perubahan sekresi pH
Penyalahgu naan obat
8.
e. Merokok 6.
Tindakan
Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketidakadekuatan tubuh sekunder:
pertahanan 9. 10.
a. Penurunan hemoglobin b. Imunosupreesi
Gagal ginjal
11.
c. Leukopenia d. Supresi respon inflamasi
Kanker
Imunosupr esi
12.
e. Vaksinasi tidak adekuat
Lymphede ma
13.
Leukositop
enia 14.
Gangguan fungsi hati
Intervensi SD
SLKI (Kriteria Hasil)
SIKI
K
(Intervensi)
I ( D i a g n o s a ) Re
Luaran utama:
Intervensi
s
Tingkat infeksi
i
Luaran Tambahan:
k 1. o
Integr itas kulit dan jaringan
2. i
Contr ol resiko
n 3. f
Status nutrisi
e 4. k
utama
Status imun
s
Definisi: derajat infeksi
i
berdasarkan observasi atau sumber informasi
M
Pe
Ekspetasi: Menurun Kriteria hasil: Indi
1 2 3 4 5
ca to r Kebe rsi ha n ta ng an Kebe rsi ha n ba da n Nafs
Intervensi
u
pendukun
m ak an Keterangan: 1: menurun 2: cukup menurun 3: sedang 4: cukup meningkat 5: menignkat Dem a
g Du
Pe
m Kem er ah an Nyer i Beng ka k Vesi ke l
M
Pe
M
Pe
Letar gi Keterangan: 1: meningkat 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup menurun 5: menurun Kada r se l da ra h pu ti h Kada r
da ra h Kada r sp ut u m Kada r fe se s Kada r ar ea lu ka Kada r ur in e Keterangan: 1: memburuk 2: cukup memburuk 3: sedang 4: cukup membaik 5: membaik
M
Pe
M
Pe
Pe
Pe
Pe
Pe
Pe
SIKI: Manajemen Imunisasi atau Vaksinasi (I.14508) Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pemberian kekekbalan tubuh secara aktif dan
Pe
pasif Tindakan: Observasi: 1.
Identifikasi riwayat kesehatan dan alergi
2.
Identifikasi
kontraindikasi
pemberian
imunisasi (Misal: reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya) 3.
Identifikasi
status
imunisasi
setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan Terapeutik: 1.
Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
2.
Dokumentasikan informasi vaksinasi (Misal: nama produsen dan tanggal kadaluarsa)
3.
Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat Edukasi: 1.
Jelaskan
tujuan,
manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal dan efek samping 2.
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (Misal, Hepatitis B, BCG, Didteri, Tetanus dll)
3.
Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (Misal: Influenza, pneumokokus)
4.
Informasikan
vaksin untuk
Informasikan
penundaan
kejadian khusus (Misal: Rabies dan Tetanus) 5.
pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal imunisasi kembali 6.
Informasikan
penyedia
layanan pecan imunisasi nasional yang menyediakan vaksin gratis SIKI: Pencegahan Infeksi (I.14539) Definisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organismen patogenik. Tindakan: Observasi: 1. gejala infeksi local sistemik Terapeutik:
Monitor
tanda
dan
1. Batasi jumlah pengunjung 2. Berikan perawatan kulit pada area edema 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi Edukasi: 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar 3. Ajarkan etika batuk 4. Ajarkan cara memeriksa kondis luka atau luka operasi 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 6. Anjurkan menignkatkan asupan cairan Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu 2. Nyeri Akut (D.0077) Kategori
: Psikologis
Subkategori
: Nyeri dan Kenyamanan
Definisi
: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas tingan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Gejala dan
Gejala dan Tanda
Tanda Peny
Oby
eb ab
Minor
Mayor
Subyek
e k
Subyr
Obyekt if
ti f 1. Agen
pencederaMengeluh
fisiologis (missal: nyeri inflamasi,
1. Tampak meringis 2. Bersikap
iskemia,
protektif (Misal:
neoplasma)
waspada)
2. Agen
pencedera
3. Gelisah
Tidak 1. Tekanan
darah
meningkat 2. Pola nafas berubah 3. Nafsu
makan
berubah 4. Proses
berpikir
kimia
(missal:
4. Frekuensi
bahan
meningkat
terbakar, kimia iritan) 3. Agen
nadi
5. Sulit tidur
terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri
pencedera
fisik
sendiri
(Misal:
abses,
7. Diaphoresis
terbakar
operasi, trauma) Kondisi Klinis Terkait 1. Kondisi pembedahan 2. Cedera traumatis 3. Infeksi 4. Sindrom coroner akut 5. Glaucoma *) pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti: 1. FLACC Behavioral Pain Scale untuk usia kurang dari 3 tahun 2. Baker-Wong-Faces Scale untuk usia 3-7 tahun 3. Visual Analog Scale atau Numeric Rating Scale untuk usia lebih dari 7 tahun
Intervensi SDKI
SLKI (Kriteria Hasil)
SIKI (Intervens i)
Nyeri
Luaran utama:
Intervensi
Tingkat nyeri Luaran Tambahan: 1.
Fungsi gastrointestinal
2.
Control nyeri
3.
Mobilitas fisik
4.
Penyembuhan luka
5.
Perfusi miokard
6.
Perfusi perifer
7.
Pola tidur
utama Ma
Pem
8.
Status kenyamanan
9.
Tingkat cedera Definisi:
Pengalaman
sensorik
atau
emosional
yang
berkaitan
dengan
kerusakan
jaringan
Intervensi
atau
penduk
actual fungsional,
dengan
onset mendadak atau lambat
ung Ar
Pem
Du
Pem
dan
berintensitas hingga
tingan
berat
dan
konstan Ekspetasi: Menurun Kriteria hasil: Indi
1 2 3 4 5
ca to r Kem a m pu an m en un ta sk an ak ti
vi ta s Keterangan: 1: menurun 2: cukup menurun 3: sedang 4: cukup meningkat 5: menignkat Kelu ha n ny er i Meri ng is Gelis ah Kesu lta n ti du r Men ar ik di ri Diap ho
Ed
Pem
re si s Pera sa an de pr
Ed
Peng
Ed
Pera
es i Anor ek si a Mual Mun ta h Keterangan: 1: meningkat 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup menurun 5: menurun Frek ue ns i na di Pola na fa
s Teka na n da ra h Pros es be rp ik ir Focu s Nafs u m ak an Keterangan: 1: memburuk 2: cukup memburuk 3: sedang 4: cukup membaik 5: membaik
Ed
Tekn
Ko
Tekn
Ma
Tekn
Ma
Tekn
Pe
Tekn
Pe
Tekn
Ma
Tera
Na
Tera
SIKI: Manajemen Nyeri (I.08238) Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pangalaman sensorik atau emoslonal yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan..
Tindakan: Observasi: 1.
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
2.
Identifikasi skala nyeri
3.
Identifikasi respons nyeri non verbal
4.
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5.
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6.
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7.
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hldup
8.
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik: 1.
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnostis akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapl, teknik imalinasi terbimbing kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu nuangan, pencahayaan kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemlihan strategi meredakan nyer Edukasi: 1.
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4.
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi: 1.
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
SIKI: Penmberian Analgesik (I.08243) Definisi: menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.. Tindakan: Observasi: 1.
Identifikasi karakteristik nyeri (Misal: pencetus, pereda kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2.
Identifikasi riwayat alergi obat
3.
Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (Misal: narkotika, non-narkotika, NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic Terapeutik: 1.
Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesic yang optimal, jika perlu
2.
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
3.
Tetapkan target efektivitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan Edukasi: 1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi: 1.
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
3. Resiko Perfusi Perifer tidak Efektif (D.0015) Kategori
: Fisiologis
Subkategori
: Sirkulasi
Definisi
: berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolism tubuh.
Faktor resiko
Kondisi klinis terkait
7.
Hiperglikemia
1.
8.
Gaya hidup kurang gerak
9.
Hipertensi
10.
Merokok
11.
Prosedur endovaskuler
12.
Trauma
13.
Kurang
sis 2.
Raynaud’s desease
3.
Trombosisi arteri
terpapar
informasi 4.
tentang faktor pemberat (merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
Aterosklero
Atritis rheumatoid
5.
Buerger’s desease
6.
Varises
7.
Diabetes
mellitus 8. Intervensi SDKI
Kanker
SLKI (Kriteria Hasil)
SIKI (Intervens i)
Risik
Luaran utama:
Intervensi
Perfusi perifer Luaran Tambahan: 1.
Fungsi sensori
2.
Mobilitas fisik
3.
Penyembuhan luka
4.
Status sirkulasi
5.
Tingkat cedera
6.
Tingkat perdarahan Definisi:
keadekuatan
aliran pembuluh darah distal untuk menujang fungsi jaringan Ekspetasi: Meningkat Kriteria hasil: Indi ca to r Den yu t na di pe rif
1 2 3 4 5
utama Pe
M
er Peny
Intervensi
e
pendukun
m bu ha
g Ed
Pe
Ed
Pe
n lu ka Keterangan: 1: menurun 2: cukup menurun 3: sedang 4: cukup meningkat 5: menignkat War na ku lit pu ca t Ede m a pe rif er Nyer i ek st er m ita
s Kele m ah an ot ot Keterangan: 1: meningkat 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup menurun 5: menurun Peng isi an ka pi le r Akra l Turg or ku lit Teka na n da ra h Teka na n ar
Ed
Pe
te ri ra ta ra ta Inde ks an kl
M
Pe
M
Pe
e br an ch ial Keterangan: 1: memburuk 2: cukup memburuk 3: sedang 4: cukup membaik 5: membaik
M
Pe
M
Pe
Pe
Pe
M
Pr
M
Su
M
Te
Ed
Te
SIKI: Perawatan Sirkulasi (I.02079) Definisi: mengidentifikasi dan merawat area local dengan keterbatasan sirkulasi perifer Tindakan: Observasi: 1.
Periksa sirkulasi perifer (misal: nadi perifer, edema, pengisian kapiler)
2.
Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (Misal: diabetes, perokok, orang tua)
3. Monitor panas, kemerahan nyeri atau bengkak pada kestermitas Terapeutik: 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi 2. Hindari pengukuran tekanan darah di area keterbatasan perfusi 3. Lakukan pencegahan infeksi 4. Lakukan perawatan kaki dan kuku Edukasi: 1.
Anjurkan berolahraga rutin
2.
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan dara
3.
Anjurkan program rehabilitas vaskuler
4.
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak , J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC Ngastiah, (2010). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI Prawirohadjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Princes, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit - Ed 6 Vol 2. Jakarta: EGC Smeltzer, C. S & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah - Ed 8 - Vol 2. Jakarta: EGC Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Suriadi, dan Rita Y. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta Wong et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik - Ed 6 - Vol 1. Jakarta: EGC