LP Pra Konsepsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PENGELOLAAN ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI DI PUSKESMAS PADAMARA



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Asuhan Kebidanan Holistik Pra Konsepsi



Oleh : Nismasari Ulfi Mulyanti P1337424820041



PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi telah diperiksa dan disyahkan pada tanggal,



September 2020.



Semarang ,



September 2020



PembimbingKlinik



Praktikan



Ari Handayani, Amd.Keb NIP. 19680914 1989003 2 005



Nismasari Ulfi Mulyanti NIM. P1337424820041



Mengetahui Pembimbing Institusi



Dhita Aulia O, S.ST., M.Keb NIP. 198610222009122002



LAPORAN PENDAHULUAN A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi). a. Pengertian Perencanaan Kehamilan dan Prakonsepsi. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil menurut peraturan menteri kesehatan nomor 97 tahun 2014 adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga ditujukan kepada laki-laki karena kesehatan laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan (Kemenkes RI, 2018). Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung. Konsepsi



merupakan



istilah



lain



yang



digunakan



untuk



menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan



spermatozoa yang



biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010). Masa prakonsepsi



disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan



kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja



hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014). Menurut WHO tahun 2013, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah penyediaan pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan intervensi sosial sebelum terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk: a. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan c. Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan d. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR e. Mencegah kelainan bawaan pada bayi f. Mencegah infeksi neonatal g. Mencegah stunting dan KEK h. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak i. Menurunkan resiko kejadian kanker pada anak j. Menurunkan resiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskular dikemudian hari Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016). Sesuai peraturan menteri kesehatan nomor 97 tahun 2014, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan pada 3 kelompok sasaran yaitu remaja, catin, dan PUS. Pelayanan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tata laksana dengan memberikan penekanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan khusus untuk setiap kelompok. Pada kelompok remaja, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat, produktif, serta terbebas dari berbagai gangguan



kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan kehidupan reproduksi secara sehat (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan untuk catin dan PUS, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat. b. Faktor yang mempengaruhi kesuburan Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.



Sumber: Purwandari, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara lain: 1) Umur



Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah



20-35 tahun (Prawirohardjo,



2014). Rentang usia risiko tinggi adalah 3 anak). Menurut Idaman, dkk (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aktor resiko yang berpengaruh terhadap preeklampsia pada kehamilan yaitu umur ibu dan IMT. Umur ibu yang terlalu muda (35 tahun) meningkatkan resiko terjadinya pre eklamsia. Purwaningrum&Fibriana (2017) menyatakan dalam penelitiannya bahwa umur ibu merupakan faktor risiko kejadian abortus spontan, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis bivariat yang memperoleh p = 0,014< 0.05. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 3,115 pada interval confidence 95%. Hal ini menunjukkan bahwa risiko abortus spontan pada ibu dengan kehamilan pada usia 35 tahun adalah 3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Hal ini dikaitkan dengan kehamilan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. c) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada PUS d) Kesehatan jiwa. Penyebab biologik dan



gangguan psikologik.



mens-truasi dapat karena kelainan Kelainan



biologik karena adanya



disfungsional system reproduksi. Sedangkan



kelainan



psikologik seperti keadaan-keadaan stress dan gangguan emosi. Gangguan menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita. Gangguan



menstruasi



dipengaruhi oleh berat badan, frekuensi olahraga, aktivitas fisik, stress,



diet,paparan



lingkungan,



proses menstruasi, dan gangguan



kondisi



kerja, sinkronisasi



endokrin (Kusmirah, 2011).



e) Pengetahuan tentang fertilitas atau kesuburan (masa subur) Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2018) menyatakan bahwa danya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 ini berarti hubungan yang ada berkekuatan sedang. Penelitan lain yang dilakukan Hadiyanto (2017) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi secara positif fertilitas di Jawa Barat adalah tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang lebih tinggi dan jumlah anggota rumah tangga. Sementara, pengaruh negatif ditunjukkan oleh variabel kepala rumah tangga yang bekerja, serta pengeluaran rumah tangga untuk kalangan pendapatan menengah ke atas. Ditemukan pula bahwa penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek ternyata banyak berpengaruh pada masyarakat kota sedangkan alat kontrasepsi jangka panjang dipilih oleh wanita yang semakin bertambah usianya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusanti (2019) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non-kesehatan laki-laki tentang fertilitas laki-laki dan kualitas sperma di Denpasar tahun 2017 adalahh



rerata mempunyaii pengetahuan cukup, yaituu sebanyak 30 responden (35,3%). Mayoritas berusia 20 tahun (47,1%) dan beragama Hindu yaitu sebanyak 64 orang (75,3%) dari total 85 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non-kesehatan laki-laki tentang fertilitas laki-laki dan kualitas sperma di Denpasar tahun 2017 adalah rerata mempunyai pengetahuan cukup.



f) Kekerasan dalam rumah tangga g) Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi PUS Materi KIE yang wajib adalah perencanaan kehamilan (terutama konseling KB termasuk KB pasca persalinan). Materi KIE lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 2) Pelayanan Gizi Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan pengobatan anemia yang dilaksanakan dengan pemberian tablet tambah darah (TTD). TTD adalah suplemen gizi yang mengandung senyawa besi yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat. Pada WUS, TTD dapat diperoleh secara mandiri dan dikonsumsi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. Penanggulangan anemia pada WUS harus dilakukan bersamaan dengan pencegahan dan pengobatan KEK, kecacingan, malaria, TB, dan HIV/AIDS. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah (WHO, 2015). Anemia ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko persalinan preterm (Cuningham, 2012) Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah ≤ 11 g/dl pada trimester satu dan tiga, atau ≤ 10,5 g/dl pada trimester dua (Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Anemia in pregnancy, 2012) WHO melaporkan bahwa 34% ibu hamil di dunia menderita anemia pada kehamilannya, dan 75% diantaranya berada di Negara sedang berkembang. Secara biologis, mekanisme persalinan preterm disebabkan oleh hipoksia, stres oksidatif, dan infeksi maternal. Hipoksia kronis yang disebabkan oleh anemia atau kadar hemoglobin rendah dapat menginduksi stres ibu dan janin. Respon terhadap stress akan memicu pelepasan CRH (Corticotropin Releasing Hormon) dan peningkatan



produksi kortisol yang selanjutnya akan menginduksi persalinan preterm. 9 Stres oksidatif yang disebabkan anemiadefisiensi besi akan mengakibatkan kerusakan eritrosit, sehingga sirkulasi utero-plasenta akan terganggu dan unit fetal maternal rusak. Keadaan tersebut akan memicu terjadinya persalinan preterm. Risiko infeksi maternal meningkat pada anemia defisiensi besi. Infeksi maternal akan memicu peningkatan produksi sitokin inflamasi, prostaglandin, dan CRH yang menginduksi terjadinya persalinan preterm (Ulfa, Aridia dan Amatris, 2017. JURNAL FE 3) Skrining dan Imunisasi Tetanus WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mencapai status T5. WUS perlu merujuk pada status imunisasi terakhir pada saat hamil apabila sebelumnya sudah pernah hamil. Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS



Status TT TT1 TT2 TT3 TT4 TT5 Sumber:



Interval 4 minggu setelah TT1 6 bulan setelah TT2 1 tahun setelah TT3 1 tahun setelah TT4



Lama 0 3 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun



Hasil penelitian yang dilakukan oleh Etnis (2020) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu hamil dengan kepatuhan imunisasi TT (p-value < 0,005). Hasil analisis pada penelitian ini menemukan bahwa adanya hubungan antara sikap ibu hamil dengan kepatuhan imunisasi tetanus toxoid di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat memiliki sikap baik dan patuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan Syamson&Fadriyanto (2018) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT di Wilayah Puskesmas Rappang Kabupaten Sidrap dengan uji statistik dengan tingkat kemaknaan p=0,002 didapatkan ɑ 0,05 yaitu 0,002 27 Kg/ m2



(2) Untuk Laki – Laki Kurus



: < 18 Kg/m2



Normal



: 18 – 25 Kg/ m2



Kegemukan



: 25 – 27 Kg/ m2



Obesitas



: > 27 Kg/ m2



i) LILA Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti (2017) tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil. 2)



Status Present



a) Kepala: Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati, 2008). b) Muka: Simetris, kemerahan, tidak bengkak. c) Mata: Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret (Sulistyawati, 2009). d) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009). e) Mulut: Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008). f) Telinga: Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih (Saminem, 2008). g) Leher: Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008). h) Ketiak: Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan (Saminem, 2008). i) Dada: Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009). j) Abdomen: Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak (Sulistyawati, 2009). k) Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015). l) Punggung: Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk. m)Anus: Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009). n) Ekstremitas: Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010;



h. 92 - 93). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada (Saminem, 2008). 3) Pemeriksaan Penunjang c. Analisa (A) Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien. 1) Diagnosa Kebidanan. Nn... umur... pra konsepsi. 2) Masalah. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang



diidentifikasi



oleh



bidan



sesuai



dengan



hasil



pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marmi, 2012; h. 183). Jika hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu mengalami masalah yang memerlukan penanganan namun tidak dapat dimasukkan dalam kategori diagnosa, maka tuliskan sebagai masalah. (Widatiningsih, dkk., 2017:186) 3) Diagnosa Potensial: Diagnosa potensial ditentukan atas dasar diagnosa dan masalah yang telah dilakukan tersebut. Untuk kehamilan fisiologis tidak perlu merumuskkan diagnosa potensial karena tidak ada data yang mendukung (Widatiningsih, dkk., 2017:185). Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat diabaikan 4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan d. Penatalaksanaan (P) Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data.P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. Bidan mengembangkan rencana asuhan/tindakan yang komprehensif berdasar langkah yang telah dilakukan sebelumnya. Rencana asuhan harus



disetujui



bersama



dengan



klien



(Widatiningsih, dkk., 2017:186-189).



agar



pelaksanaannya



efektif.



Lampiran Ringkasan Jenis Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil yang Diberikan pada Remaja, Catin, dan PUS



Kelompok Sasaran Remaja



Catin



Anamnesis



Pemeriksaan Fisik



Pemeriksaan Penunjang



1. Anamnesis umum 2. Anamnesis HEEADSSS 3. Deteksi dini masalah kesehatan jiwa



1. Pemeriksaan tanda vital 2. Pemeriksaan status gizi 3. Pemeriksaan fisik lengkap



1. Pemeriksaan darah: Hb dan golongan darah 2. Pemeriksaan urin 3. Pemeriksaan penunjang lain Pemeriksaan dilakukan hanya bila ada indikasi



1. Anamnesis umum 2. Deteksi dini masalah kesehatan jiwa



1. Pemeriksaan tanda vital 2. Pemeriksaan status gizi 3. Pemeriksaan fisik lengkap



1. Pemeriksaan darah: Hb, golongan darah, dan rhesus 2. Pemeriksaan urin rutin 3. Pemeriksaan penunjang lain atas indikasi: darah lengkap, HIV, hepatitis B, sifilis dan



Tata Laksana 1. KIE a. Ketrampilan psikososial b. Pola makan gizi seimbang c. Aktivitas fisik d. Pubertas e. Aktivitas seksual f. Kestabilan emosional g. Penyalahgunaan NAPZA termasuk tembakau dan alcohol h. Cidera yang tidak disengaja i. Kekerasan dan penganiayaan j. Pencegahan kehamilan dan kontrasepsi k. HIV l. Imunisasi 2. Pelayanan gizi 3. Imunisasi 4. Pengobatan/terapi dan rujukan sesuai indikasi 1. KIE: a. Pengetahuan kesehatan reproduksi b. Kehamilan dan perencanaan kehamilan c. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai catin d. Kesehatan jiwa



IMS lainnya, thalassemia, TORCH, dll. 4. IVA atau pap smear bagi catin yang sudah pernah menikah 2. 3. 4. PUS



1. Anamnesis umum 2. Deteksi dini masalah kesehatan jiwa



1. Pemeriksaan tanda vital 2. Pemeriksaan status gizi 3. Pemeriksaan fisik lengkap



1. Pemeriksaan darah: Hb, golongan darah,dan rhesus 2. Pemeriksaan urin rutin 3. SADANIS (pemeriksaan payudara klinis) 4. IVA atau pap smear 5. Pemeriksaan penunjang lain atas indikasi: darah lengkap, HIV, hepatitis B, sifilis dan IMS lainnya, thalassemia, TORCH, dll.



1.



2. 3. 4. 5.



e. Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur) f. Kekerasan dalam rumah tangga g. Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin Pelayanan gizi Skrining dan imunisasi tetanus Pengobatan/terapi dan rujukan sesuai indikasi KIE: a. Pengetahuan kesehatan reproduksi b. Kehamilan dan perencanaan kehamilan c. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai PUS d. Kesehatan jiwa e. Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur) f. Kekerasan dalam rumah tangga g. Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi PUS Pelayanan gizi Skrining dan imunisasi tetanus Pelayanan kontrasepsi Pengobatan/terapi dan rujukan sesuai indikasi



Lampiran Alur Pelayanan Masa Sebelum Hamil



DAFTAR PUSTAKA



Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu. Al Rahmad, A. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada Pasangan Usia Subur di Perkotaan dan Perdesaan. Jurnal Kesehatan, 10(1), 147. https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1217 Astuti, Hutari Puji. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Jakarta: EGC. Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang: Edward Tanujaya. Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Linadi, K. E. (2013). DUKUNGAN SUAMI MENDORONG KEIKUTSERTAAN PAP SMEAR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI PERUMAHAN PUCANG



GADING



SEMARANG.



E-Jounal



Litbangkes



Kesehatan



Reproduksi, (April). Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC. Marmi. 2011. Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Oktalia, J., & Herizasyam. (2015). Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Kebidanan Poltekkes Jakarta III, 147–159. Puli, T., Thaha, A. R., & Syam, A. (2014). HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA PRAKONSEPSI DI KOTA MAKASSAR. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1–7. Saminem. 2008. Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta: Andi. Utami, N. M. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Jurnal Keperawatan. Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW, Patricia S. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC. Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.