LP Ruptur Tendon [PDF]

  • Author / Uploaded
  • anita
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR TENDON PEDIS SINISTRA DI IGD RSUD TUGUREJO SEMARANG



Disusun oleh : DEWI SHOLIHAH P1337420116040



POLITEKKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG TAHUN 2019



A. PENGERTIAN Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia. Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda. . Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi yang membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon, penyakit tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme). Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan dapat mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. Setiap jenis pecah tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah . Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon. Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon B. FUNGSI TENDON 1. Membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang 2. Membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol 3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan bisa bergerak. 4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang. 5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi pada efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir langkahnya, sebagai kaki plantar-flexes (jari-jari kaki menunjuk ke bawah), yang disimpan energi elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat berfungsi dengan kurang atau bahkan tidak ada perubahan panjang, yang memungkinkan otot untuk menghasilkan kekuatan yang lebih besar. 6. Ketika otot gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak.



7. Sebagai memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang memungkinkan seseorang untuk berdiri di ataskaki seseorang, berlari, melompat, berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga. C. LOKASI RUPTUR TENDON Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon, antara lain : 1. Qudriceps Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut (patella) untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat. 2. Achilles Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.



3. Rotator cuff Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum tendon paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari soket tersebut. 4. Bisep Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke arah bahu dengan menekuk siku.



D. ETIOLOGI 1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes 2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah



3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola 4. Trauma benda tajam atau tumpul. E. GEJALA 1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis 2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan 3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit 4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik F. PATOFISIOLOGI Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.



G. PATHWAYS Penyakit tertentu (arthritis & diabetes) + Obat-obatan (kortikosteroid & beberapa antibiotik) + Cedera + Trauma benda tajam & tumpul + Obesitas Menyebabkan stres tensil Serat kolagen rusak Beban Tendon (Respon linear tendon ) Serat kolagen mulai meluncur melewati satu sama lain



(Ketegangan 4-8%) Jalinan antar molekul rusak Ruptur Tendon Operatif (Repair tendon)



Non operatif - Stabilisasi awal - Terapi fisik, dll



Post Operatif



Pre Operatif Pemasangan alat yang mengikat (Bidai, Gips, dll) Gangguan aliran balik vena



Perubahan Perfusi Jaringan Masalah ortopedi (Ruptur Tendon)



Hilangnya kemandirian



Hilangnya kemandirian



Perubahan Pemeliharaan Kesehatan



Perubahan Pemeliharaan Kesehatan



Dampak masalah muskuloskletal



Inflamasi Pembengkakan



Gangguan Citra Tubuh



Pemasangan alat yang mengikat (bidai)



Prosedur Pembedahan Pembengkakan Imobilisasi



Nyeri



Dampak masalah muskuloskletal Gangguan Citra Tubuh



Kerusakan mobilitas fisik



Gangguan peredaran darah Potensial Terhadap Perubahan Perfusi Jaringan



H.Nyeri PEMERIKSAAN KerusakanPENUNJANG 1. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera mobilitas fisik



tendon. 2. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal. 3. Pemeriksaan dengan sinar-X.



Nyeri



I. PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus. Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi. J. KOMPLIKASI Komplikasi rupture tendon yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.



K. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pada fase awal cidera, terlihat bengkak dan timbul memar pada area luka. Pada kondisi yang telah lama dan pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon walaupun dengan melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan pada tendon. Pase kedua tinjau adanya keluhan nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat dalam melakukan planterfleksi. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon, antara lain : a. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal b. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkan tungkai dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat. c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah. d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon. e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi. 3. Rencana keperawatan NO



DIAGNOSA



RENCANA KEPERAWATAN



TUJUAN & KRITERIA



INTERVENSI



HASIL 1



Nyeri berhubungan dengan



NOC:



agen injury (biologi, kimia,



Setelah dilakukan



fisik, psikologis), kerusakan



keperawatan



1x24



komprehensif



jaringan



jam pasien tidak mengalami



karakteristik,



DS:



nyeri dengan criteria hasil:



Mengungkapkan secara verbal 1. Mampu



NIC: tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara



selama



mengontrol



termasuk durasi,



lokasi,



frekuensi,



kualitas dan factor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari



ketidaknyamanan nyeri. 3. Bantu pasien dan keluarga untuk 2. Melaporkan bahwa nyeri Posisi untuk menahan mencari dan menemukan berkurang dengan nyeri, tingkah laku berhati-hati, dukungan menggunakan gangguan tidur, terfokus pada 4. Control lingkungan yang dapat manajemen nyeri. diri sendiri. mempengaruhi nyeri speerti suhu 3. Mampu mengenali ruangan, pencahayaan dan nyeri(skala, intensitas, kebisingan frekuensi, dan tanda 5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk nyeri) menentukan 6. Ajarkan tentang teknik DO:



nonfarmakologi: relaksasi,



napas



dalam,



distraksi,



kompres



hangat atau dingin 7. Berikan analgetik



untuk



mengurangi nyeri 8. Tingkatkan istirahat 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 10. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 2



pemberian



analgesic



pertama kali NIC:



Resiko trauma



NOC:



internal:



Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman



Kelemahan,



penglihatankeperawatan



selama



2x24



menurun, penurunan sensasijam klien tidak mengalami taktil, penurunan koordinasitrauma dengan criteria hasil: otot, tangan-mata, kurangnyaKlien bebas dari trauma fisik edukasi



untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat



keamanan,



penyakit



teradahulu



pasien 3. Menghindarkan lingkungan yang



keterbelakangan mental, Eksternal:



berbahaya 4. Memasang side rail tempat tidur 5. Menyediakan tempat tidur yang



Lingkungan.



nyaman dan bersih 6. Menempatkan saklar lampu yang mudah dijangkau pasien 7. Membatasi pengunjung 8. Control lingkungan



dari



kebisingan 9. Berikan penjelasan kepada pasien dan



keluarga



adnaya 3



tau



pengunjung



perubahan



status



kesehatan dan penyebab penyakit NIC:



Resiko infeksi



NOC:



Factor-faktor resiko:



Setelah



malnutrisi, peningkatan



criteria hasil :



dilakukan 1. Pertahankan teknik aseptic 2. Batasi pengunjung bila perlu Prosedur invasif, kerusakantindakan keperawatan selama 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah jaringan dan peningkatan2x24 jam pasien tidak melakukan tindakan keperawatan paparan lingkungan,mengalami infeksi dengan 4. Gunakan baju, sarung tangan paparan



lingkungan 1.



pathogen, imunosupresi tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan



Hb,



kemampuan mencegah



penekanan respon inflamasi) perubahan primer tidak adekuat (kerusakan



kulit,



bebas



dari



tanda dan gejala infeksi 2. Menunjukkan



leucopenia,



penyakit kronik malnutrisi



Klien



3.



infeksi Jumlah



untuk



sebagai alat pelindung 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 6. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan



infeksi



kemih 7. Tingkatkan intake nutrisi 8. Berikan terapi antibiotic leukosit 9. Monitor tanda gejala



kandung



timbulnya



dalam batas normal trauma4. Menunjukkan



sistemik dan local 10. Pertahankan teknik isolasi



infeksi



jaringan, gangguan peristaltic)



perilaku hidup sehat 11. Inspeksi kulit dan membrane 5. Status imun, mukosa terhadap kemerahan, gastrointestinal, panas, drainase. Genitourinaria dalam 12. Monitoring adanya luka 13. Dorong masukan cairan batas normal 14. Dorong istirahat 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 16. Kaji suhu badan pada pasien



4



Gangguan



mobilitas



fisikNOC:



berhubungan dengan: Gangguan



metabolisme



keterlambatan



neutropenia setiap 4 jam. NIC:



Setelah dilakukan tindakan sel,keperawatan selama 7x24



perkembanganjam gangguan mobilitas fisik kurang supportteratasi dengan kriteria hasil:



lingkungan,



keterbatasan1. Klien meningkat dalam kardiovaskuler,



kehilangan integritas struktur tulang.



aktivitas fisik 2. Mengerti tujuan



dan



peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan



dalam



meningkatkan dan



kekuatan



kemampuan



berpindah. 4. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi



Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat



pengobatan, ketahanan



1.



respon pasien saat latihan. 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat dan cegah terhadap cedera 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan



tentang



teknik



ambulasi. 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi 6. Latih pasien dalam pememnuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan. 7. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi



dan



bantu



penuhi



kebutuhan ADLs. 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. 9. Ajarkan pasien merubah



posisi



bagaimana dan



bantuan jika diperlukan



berikan



5



Ansietas b.d factor keturunan,NOC:



NIC:



situasional, stress, perubahan Setelah dilakukan asuhan



1. Gunakan



status



menenangkan. 2. Nyatakan dengan jelas harapan



kesehatan,



ancamanselama 1x24 jam kecemasan



kematian, perubahan konsepklien teratasi dengan criteria kontak mata kurang, kurang 1.



Klien



istirahat,



mengidentifikasi



takut,



mampu



yang dirasakan selama prosedur. dan 4. Temani pasien untuk memberikan



nyeri perut, penurunan tekanan



mengungkapkan gejala



darah, denyut nadi, gangguan



cemas. 2. Vital sign dalam batas



tidur,



peningkatan



darah, nadi, RR.



tekanan



yang



terhadap perilaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa



diri, hospitalisasi d.d insomnia,hasil: iritabilitas,



pendekatan



keamanan dan mengurangi takut. 5. Berikan informasi factual mengenai



diagnosis,



tindakan



normal. prognosis. 3. Postur tubuh, ekspresi 6. Libatkan



keluarga



untuk



wajah, bahasa tubuh, dan



tingkat



menunjukkan berkurangnya kecemasan



aktivitas



mendampingi klien. 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. 8. Dengarkan dengan penuh perhatian. 9. Identifikasi tingkat kecemasan. 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan. 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan



perasaan,



ketakutan, persepsi. 12. Kelola pemberian obat anti cemas



DAFTAR PUSTAKA Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga Medical Series Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Saladin: Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Ed.3. 2003. The McGraw Hill Companies. Geert I. Pagenstert, Victor Valderrabano, Beat Hintermann, Tendon injuries of the foot and ankle in athletes, Clinic of Orthopedic Traumatology, Orthopedic Surgery Department, University Clinics Basel, Switzerland, CH-4031 Basel; Schweizerische Zeitschrift für «Sportmedizin und Sporttraumatologie» 52 (1), 11–21, 2004.