LP Sol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SPACE OCCUPYING LESION ( SOL ) A. PENGERTIAN SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial.(Suzanne dan Brenda G Bare. 1997: 2167). Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), selepitel pembuluh darah dan selaput otak.(Fransisca B Batticaca. 2008: 84). Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi,dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongestivenosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas. Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tandatanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir lesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf



yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum. Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atauherniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose. Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. B. ETIOLOGI 1. Riwayat trauma kepala 2. Faktorgenetik 3. Paparanzatkimia yang bersifatkarsinogenik 4. Virus tertentu 5. Defisiensiimunologi 6. Congenital C. PATOFISIOLOGI 



Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral







Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal







Hidrosefalus







Gangguan fungsi hipofisis Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,



infiltrasileukosit / melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis. Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis.Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.



Gejala neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanis mekompensasi memerlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi



sel-sel



parenkim.Kenaikan



tekanan



yang



tidak



diobati



mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum. Herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial oleh massa dalam hemis terotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).



PATHWAY Idiopatik Tumor otak



Penekananjaringanotak Invasijaringanotak



Nekrosis jar. otak



Kerusakan jar. Neuron ( Nyeri ) Kejang



Bertambahnyamassa Penyerapancairanotak



Gang.Suplai darah



Hipoksiajar ingan



Gang.Neurolog isfokal



Gang.Fungs iotak



Gang. Perfusi jaringan



Defisitneurolo gis



Disorientasi



 Aspirasise kresi  Obs. Jlnnafas  Dispnea  Hentinafa s  Perubahan polanafas



Resti.Cidera



Gang.Pertuka ran gas Cemas



( Suddart, Brunner. 2001 )



Gang. Rasa nyaman



Oedema



Peningkatan TIK



Hidrosefalus



Perubahan proses pikir



Bradikardiprogresif, hipertensisitemik, gang.pernafasan Ancamankema tia



Obstruksi vena di otak



Bicaraterganggu, afasia



Hernialisulk us



Gang.Komunikasi



Menisefalontek anan



verbal



Mual, muntah, papileodema, pandangankabur, penurunanfungsipendeng aran, nyerikepala



Gang.ke sadaran



D. MANIFESTASI KLINIS Peningkatan tekanan intracranial a. Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan. b. Nausea dan muntah Akibat rangsangan pada medualoblongata c. Papil edema Statis vena menimbulkan pembengkakan papila sarafoptikus. E. KLASIFIKASI Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi : 



Jinak







Acoustic neuroma







Meningioma







Pituitary adenoma







Astrocytoma ( grade I )







Malignant







Astrocytoma ( grade 2,3,4 )







Oligodendroglioma







Apendymoma



Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi : 



Tumor intradural







Ekstramedular







Cleurofibroma







Meningioma intramedural







Apendimoma







Astrocytoma







Oligodendroglioma







Hemangioblastoma







Tumor ekstradural



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler 2. MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan 3. Biopsistereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosisi 4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor 5. Elektroensefalografi( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal. G. PENATALAKSANAAN Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi: 1. Pembedahan o



Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.



o



Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.



o



Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial adalah: a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaanperasaan takut yang dialami.



c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut. d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala. o



Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi : a. Balutan kepala. b. Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka. c. Menurunnya status mental sementara.



Perawatan post operasi, meliputi : a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali. b. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari. d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas. e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam. f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher. g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar. h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah. i.



Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.



j.



Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.



2. Radioterapi Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan. 3. Chemoterapi Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik, intracranial atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen kemoterapi secara langsung ke jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sum-sum tulang, paru, dan hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak juga mempersulit pemberian agen kemoterapi. Penelitian sawar darah otak dengan manitol hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak dan efek obat antiepilepsi pada metabolism obat kemoterapi masih terus dilakukan dan mulai memberikan hasil. 4. Manipulasi hormonal. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase. 5. Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.



H. KOMPLIKASI 1. Gangguan fungsi neurologis



2. Gangguan kognitif 3. Gangguan tidur dan mood 4. Disfungsi seksual



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOL A. Pengkajian 1. Anamnesis a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tgl MRS, askes, dst. b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran. c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal. d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit). 2. Pemeriksaan fisik -



Keadaan umum



-



Pola fungsi kesehatan



a. Aktivitas / istirahat Gejala : malaise Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis Tanda : TD : meningkat N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor). c. Eliminasi Gejala : Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi. d. Nutrisi Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut) Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.



e. Hygiene Gejala : Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode akut). f. Neurosensori Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan. Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal. g. Nyeri / kenyamanan Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku. Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh. h. Pernapasan Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah i. Keamanan Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telingatengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala. Pola Fungsional Gordon 1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah. 2. Pola nutrisi – Metabolik Penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan pasien untuk makan terganggu oleh ketidak sadaran pasien.



3. Pola Eliminasi Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. 4. Pola Aktivitas dan Latihan Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan latihan karena mengalami penurunan kesadaran. 5. Pola Persepsi Kognitif Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan. 6. Pola Tidur dan Istirahat Pada pasien pola istirahat dan tidur tidak dapat dikaji karena mengalami penurunan kesadaran. 7. Konsep Diri dan Persepsi Diri Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. 8. Peran dan Pola Hubungan Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993). 9. Pola Reproduktif dan Sexual Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial dan alat reproduksi (Doenges,1993). 10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993). 11. Pola Keyakinan dan Nilai Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini



diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).



3. Diagnosa Keperawatan NO Diagnosa NOC 1 Gangguan perfusi Status Neurologis : Kesadaran jaringan cerebral tidak Indikator : efektif b.d penghentian 1. Buka mata terhadap stimulus aliran darah eksternal 2. Orientasi kognitif 3. Kemunikasi yang tepat dengan situasi 4. Mematuhi perintah 5. Aktivitas kejang tidak ada 6. Fleksi normal 7. Ekstensi normal



2



Nyeri akut peningkatan TIK



b.d a. Tingkat kenyamanan Klien diharapkan melaporkan :  Nyeri berkurang  Kecemasan berkurang  Stres berkurang  Ketakutan berkurang



NIC Aktivitas : 1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS 2. Pantau frekuensi dan irama jantung 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam 4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa 5. Gunakan selimut hipotermia 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen a. Manajemen nyeri Aktivitas : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri



b. Kontrol nyeri Klien diharapkan :  Menggunakan analgesik  Memantau gejala nyeri dari waktu ke waktu  Menjelaskan faktor – faktor penyebab nyeri  Mengunakan langkah-langkah pencegahan  Menggunakan bantuan non analgesik seperti yang di rekomendasikan  Melaporkan perubahan dalam perubahan gejala nyeri



4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 5. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 7. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri 8. Tanyakan pada pasien apa saja hal yang memberatkan rasanya nyeri 9. Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat mngurangi rasa nyeri yang di rasakan. 10. Ajarkan pasien teknik relaksasi.



b. Analgesik administrasi Aktivitas : c. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan tingkat keparahan sebelum mengobati pasien d. Memeriksa perintah medis untuk obat, dosis dan frekuensi yang ditentukan analgesik e. Memeriksa alergi obat f. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk participitate dalam pemilihan analgesik, rute, dan dosis, dan melibatkan pasien, g. Memilih analgesik sesuai atau kombinasi dari



h. i. j. k. l. m. n.



o. 3



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan



a. Status nutrisi Indikator : -diharapkan normal:  Intake nutrisi cukup  Intake makanan cukup  Intake cairan cukup



analgesik ketika lebih dari satu yang diresepkan Menentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis dan severiry rasa sakit Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis analgesik yang optimal Memantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgesik narkotik diatas dosis Memfasilitasi respon terhadap analgesik Mengelola analgesik Menginformasikan kepada pasien efek samping dari analgesic Mengevaluasi efektivitas analgesik pada interval yang sering dan teratur setelah pemberian masing-masing, terutama setelah dosis awal, Amati juga tanda-tanda dan gejala dari efek tak diinginkan.



a. Terapi nutrisi Aktifitas :  Atur makanan dan cairan serta hitung berapa jumlah kalori yang seharusnya masuk  Tentukan makanan yang seharusnya dimakan untuk mencukupi kebutuhan tubuh klien  Tentukan apakah klien butuh alat bantu makan atau tidak terkait mual yang dirasakan



   



Hematokrit Hidrasi Hemoglobin Albumin darah



b. Status nutrisi : intake nutrisi Indikator :  Intake kalori normal  Intake protein normal  Intake lemak normal  Intake karbohidrat normal  Intake vitamin normal  Intake mineral normal  Intake zat besi normal  Intake kalsium normal



 Tingkatkan intake makanan tinggi kalsium yang seharusnya di perlukan  Berikan makanan tinggi protein untuk meningkatkan proteksi tubuh  Pilihkan klien makanan yang lembut, tidak asam dan lunak yang seharusnya dimakan agar tidak mual  Sediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh klien sesuai dengan yang dibutuhkan klien : kalsium, zat besi, mineral, vitamin, karbohidrat, lemak, protein



b. Monitoring nutrisi Aktivitas :  Memantau interval perubahan berat badan klien  Memonitor respon emosional klien terhadap makanannya  Memoitor tempat sekitar ia makan  Memonitor jadwal pengobatan dan prosedur pada lain waktu selain pada waktu makan  Memonitor tingkat kekeringan kulit yang terkelupas dengan depigmentasi



       



Memantau turgor kulit Monitor untuk rambut: kering, tipis dan mudah rontok Monitor untuk mual dan muntah Memantau tingkat albumin, total protein, hemoglobin dan hematokrit Memantau tingkat limfosit dan elektrolit Memantau dan memilih makanan yang sesuai Memonitor tingkat energi, malaise, kelelahan, dan kelemahan Menyediakan makanan dan cairan yang optimal



4. Implementasi Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat di dalam intervensi keperawatan pasien. 5. Evaluasi Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi ataupun tidak, sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC. Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :Salemba Medika. Doenges.EM.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Price,



Sylvia



A.2005.



Patofisiologi Konsep



Penyakit Edisi 6 Vol.2. Jakarta:EGC



Klinis



Proses







Proses