29 0 404 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN ANSIETAS Dosen pembimbing : Indah Mukarromah, S.Kep.,Ns., M.Kep.
Disusun oleh: Riris Qurratul Alfiana Sari (7419039)
S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS A. Masalah utama Ansietas B. Proses terjadinya masalah 1. Pengertian Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007). Ansietas dapat diartikan sebagai suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah disertai respon otonomis individu, perasaan khawatir yang disebabkan oleh perasaan antisipasi terhadap bahaya (Wilkinson, 2007). Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal ansietas, teori tersebut antara lain: a. Teori psikoanalisis Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Teori interpersonal Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
c. Teori perilaku Menurut
pandangan
perilaku,
ansietas
merupakan
hasil
frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas. 2. Tanda dan Gejala Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut: 1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. 5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. 6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 3.
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi 1. Faktor Predisposisi a. Biologis Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur
ansietas.
Penghambat
aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. b. Psikologis Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls primitif) dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada bahaya yang mengancam.
c. Sosiokultural Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas. 2. Faktor Presipitasi a. Ancaman terhadap integritas biologi Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab ansietas. b. Ancaman terhadap rasa aman Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri meliputi; tidak tercapainya harapan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan status, rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan prilaku, tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain. c.
Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi : -
Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
-
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
d.
Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. -
Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
-
Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
4. Rentang Respon
Tingkat Ansietas Ansietas ringan (perasaan
Karakteristik a. Respons fisik
bahwa ada sesuatu yang
- Ketegangan otot ringan
berbeda dan membutuhkan
- Sadar akan lingkungan
perhatian khusus. Stimulasi
- Rileks atau sedikit gelisah
sensori meningkat dan
- Penuh perhatian
membantu individu
- Rajin
memfokuskan perhatian untuk
b. Respon kognitif
belajar, menyelesaikan
- Lapang persepsi luas
masalah, berpikir, bertindak,
- Terlihat tenang, percaya diri
merasakan, dan melindungi
- Perasaan gagal sedikit
diri sendiri )
- Waspada dan memperhatikan banyak hal - Mempertimbangkan informasi - Tingkat pembelajaran optimal c. Respons emosional - Perilaku otomatis - Sedikit tidak sadar - Aktivitas menyendiri - Terstimulasi
- Tenang
Ansietas sedang (merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benarbenar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi )
1. Respons fisiologis: nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering,
anoreksia,
diare/konstipasi,
sakit
kepala, sering berkemih, dan letih, mulai berkeingat,
sering
mondar-mandir,
suara
berubah= bergetar, nada suara tinggi 2. Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima, penyelesaian
masalah
menurun,
rentang
perhatian menurun 3. Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentaksentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman, Ansietas berat (ada sesuatu
tidak
nyman,
mudah
tersinggung,
kepercayaan diri goyah 1. Respons fisiologis: napas pendek, nadi dan
yang berbeda dan ada
tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
ancaman, memperlihatkan
kepala, penglihatan berkabut, serta tampak
respons takut dan distress )
tegang, bicara cepat, nada suara tinggi, kontak mata
buruk,tindakan
tanpa
tujuan
dan
serampangan 2. Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan benyak pengarahan ( sulit berfikir ), serta lapang persepsi menyempit, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi. 3. Respons
perilaku
dan
emosi:
perasaan
terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat), sangat cemas,
Panik (individu kehilangan
bingung, menarik diri 1. Respons fisiologis: napas pendek, rasa tercekik
kendali dan detail perhatian
dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta
hilang, karena hilangnya
rendahnya koordinasi motoric, tidak dapat
kontrol, maka tidak mampu
tidur, wajah menyeringai
melakukan apapun meskipun dengan perintah )
2. Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat
berpikir
lingkungan
logis,
mengalami
persepsi
terhadap
distorsi,
dan
ketidakmampuan memahami situasi, tidak rasional, kepribadian kacau, fokus pada pikiran sendiri 3. Respons
perilaku
dan
emosi:
agitasi,
mengamuk dan marah, ketakutan, berteriakteriak, kehilangan kendali/kontrol diri (aktivitas motoric tidak menentu), perasaan terancam, serta
dapat
berbuat
sesuatu
yang
membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain, marah, sangat takut 5. Penatalaksanaan Ansietas Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut : 1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : a Makan makan yang bergizi dan seimbang. b Tidur yang cukup. c Cukup olahraga. d Tidak merokok. e Tidak meminum minuman keras. 2. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam. 3. Terapi somatic Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. 4. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri. b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan. c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor. d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat. e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan. f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
C. Pohon Masalah Risiko mencederai diri sendiri, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh orang lain, lingkunganAsam Lambung Gangguan Persepsi sensori: halusinasi lihat anorexia Mual, muntah meningkat
Isolasi sosial
Gangguan proses pikir : Ansietas
Koping individu inefektif Harga Diri Rendah
Kurang pengetahuan
D. Masalah Keperawatan
Peristiwa Traumatik
Defisit perawatan diri
a. Ansietas b. Harga Diri Rendah c. Gangguan Citra Tubuh d. Koping individu infektif e. Kurangnya pengetahuan Masalah dan Data yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan Ansietas
Data yang Perlu Dikaji DS: a. Pasien menganggap dirinya mudah
gelisah
dan
tidak
berdaya b. Pasien mengatakan takut dan cemas c. Pasien mengatakan susah tidur DO: 1. Pasien terlihat sering melamun dan murung 2. Pasien
cenderung
menyalahkan orang lain
E. Rencana Intervensi Diagnosa keperawatan : 1. Ansietas b.d harga diri rendah. TUM : Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya. TUK : Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya Intervensi
Rasional
a. Monitor intensitas kecemasan
Dengan
memonitor
tingkat
ansietas
pasien kita bisa menentukan seberapa tingkat ansietas pasien dan seberapa bahaya ansietas tersebut. b. Tetap
bersama
klien
ketika Keselamatan
klien
merupakan
suatu
tingkat ansietasnya tinggi (berat prioritas. Klien yang sangat cemas tidak atau panik)
boleh ditinggal sendiri—rasa cemasnya akan meningkat.
c. Pindahkan klien ke tempat yang Kemampuan klien untuk menghadapi tenang dengan stimulus minimal stimulus
yang
berlebihan
terganggu.
atau sedikit. Penggunaan ruangan Perilaku cemas dapat meningkat akibat kecil atau area siklusi dapat stimulus eksternal. Ruangan yang lebih diindikasikan
kecil dapat meningkatkan rasa aman klien. Semakin besar are, klien akan semakin tersesat dan panik.
d. Tetap tenang dalam menghadapi Klien akan merasa lebih aman jika klien.
perawat tenang dan jika klien merasa bahwa perawat dapat mengendalikan situasi.
e. Gunakan
pernyataan
yang Kemampuan klien untuk menghadapi
singkat, sederhana, dan jelas. f. Sadari
perasaan
dan
abstraksi atau kompleksitas terganggu.
tingkat Ansietas
dikomunikasikan
secara
ketidaknyamanan atau ansietas interpersonal. Bersama klien yang cemas perawat sendiri.
dapat
meningkatkan
tingkat
ansietas
perawat sendiri. g. Dorong partisipasi klien dalam Latihan relaksasi merupakan cara yang latihan
relaksasi.
Latihan
ini efektif
dan
nonkimiawi
untuk
dapat mencakup bernapas dalam, mengurangi ansietas. relaksasi otot progresif, medikasi, imajinasi terbimbing, dan pergi ke tempat yang tenang dan damai (untuk jiwa). 2. Koping individu inefektif b.d. harga diri rendah TUM :Menunjukan koping yang efektif. TUK :Menunjukan
pengendalian
impuls
dengan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten. Intervensi
Rasional
mempertahankan
Peningkatan koping :
Membantu
- Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri. - Nilai dampak kehidupan pasien terhadap
peran
dan
hubungannnya dengan orang lain. Dukung pembuatan keputusan : - Explorasi metode yang digunakan pasien pada masa sebelumnya dalam
mengatasi
untuk
pasien
beradaptasi
untuk dalam
beradaptasi menerima
stressor, p[erubahan atau ancaman yang berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan dan peran dalam kehidupan.
Memberikan informasi dan dukunagn pada pasien dalam membauta keputusan berkaitan dengan perawatan kesehatan.
masalah
kehidupan. - Evaluasi
kemampuan
pasien
dalam mengambil keputusan. Health Education : - Memberikan
informasi
faktual
yang terkait dengan diagnose, pengobatan, prognosis. - Menganjurkan
untuk Meningkatkan koping individu klien dan
pasien
mengguanakan tekhnik relaksasi keluarga, serta memandirikan. sesuai kebutuhan. - Memberikan
pelatihan
ketrampilan social yang sesuai. Kolaboratif : - Melibatkan sumber-sumber yang ada
di
rumah
sakit
dalam
memberikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga. - Fasilitasi pasien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya, pemberi
layanan
kesehatan
lainnya.
Memaksimalkan klien
dengan
upaya
penyembuhan
berkolaborasi
dengan
tenaga medis yang lain. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah, dan asam lambung meningkat. TUM : Menunjukan perawatan diri ; aktivitas kehidupan sehari-hari. TUK : Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Intervensi
Rasional
Pengkajian : - Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. - Kaji deficit sensori kognitif atau Karena kemampuan dalam memenuhi fisik yang dapat menyulitkan nutrisi makan.
sensori,
kognitif
dapat
berpengaruh pada proses pemenuhan
Pengelolaan gangguan makan : - Pencegahan
dan
nutrisi.
penangan
pembatasan diet yang berat dan aktivitas
yang
berlebih
atau
makan dalam jumlah banyak ndalam satu waktu. Pengelolaan nutrisi :
Pasien dengan ansietas cenderung tidak
- Pemberian asupan diet makanan dan cairan yang seimbang. - Pemberian makanan dalam porsi kecil. Bantuan menaikan berat badan : - Fasilitasi
pencapaian
memiliki
nafsu
makan,
sehingga
pemberian makanan dalam porsi kecil diharapkan
mampu
menjaga
nutrisi
pasien agar tetap seimbang. Mencegah penurunan berat badan yang
kenaikan signifikan.
berat badan. Health Education : - Tunjukan penggunaan alat bantu
Sebagai upaya memandirikan klien dan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien.
dan aktivitas yang adaptif. - Ajarkan
pasien
menggunakan
metode alternative untuk makan atau minum Kolaboratif : - Rujuk pasien dan keluarga pada layanan
social
mendapatkan
untuk pertolongan
kesehatan di rumah. - Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencaan aktivitas perawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN : ANSIETAS A. Kondisi Klien Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan. . Diagnosa Keperawatan Ansietas C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi: Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien. Tujuan Khusus : 1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya 2. Pasien mampu mengenal ansietas 3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi 4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP 1 Pasien : membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya, menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari perilaku ansietas, Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi. Fase Orientasi Salam Terapeutik “Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak! Saya perawat yang bertugas pada pagi ini, nama saya riris. Saya adalah mahasiswa dari Unversitas Pesantren Tingggi Darul Ulum. Nama bapak siapa?” “bapak senangnya dipanggil apa?” Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini? semalam tidurnya nyenyak?” Kontrak : Topik “Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi pak” Waktu “Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja” Tempat “Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang” Tujuan “Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara mengatasinya” Fase Kerja “Sekarang coba ibu ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini” “Coba bapak ceritakan pada saya” Ouw jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui oleh
murid-murid bapak. Jika boleh saya tahu, bagaimana cara bapak mengatasi ketakutan tersebut” “Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki perasaan yang sama jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak Karena bapak mampu menahan semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang luar biasa. Yang perlu bapak ketahui adalah bapak saat ini berada pada tingkat kecemasan yang sedang. Untuk itu, bapak perlu melakukan terapi disaat bapak merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan bapak. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan bapak dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, bapak perhatikan saya, lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak. bapak silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, bapak tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahanlahan. Sekarang coba ibu praktikkan” “Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. bapak bisa melakukan latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai bapak merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut untuk mengatasi kecemasan bapak, bapak bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu dengan bapak melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan bapak disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau bapak juga bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik. Fase Terminasi Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol tentang masalah yang bapak rasakan dan latihan relaksasi?” Obyektif “Coba bapak ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.” Rencana Tindak Lanjut (RTL) “Jam berapa bapak akan berlatih lagi melakukan cara ini?” “Mari, kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini” Kontrak yang akan datang Topik “Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang bapak
rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok pak? Jangan lupa bapak mencoba teknik yang lain untuk mengurangi kecemasan bapak ya” Waktu “Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jam yang sama seperti hari ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja” Tempat “Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau besok kita melakukannya disini saja”
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi ansietas :Melakukan hal yang disukai, Menonton TV, Mendengarkan music yang disukai, Membaca koran, buku atau majalah, Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul. ssSalam Terapeutik “ Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak ! masih ingat dengan saya bapak? Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan bapak seperti yang saya ajarkan kemarin?” “Coba bapak praktekan sekarang.” Bagus sekali bapak masih mengingatnya.” “apakah bapak merasa terbantu dengan tehnik tersebut untuk mengatasi kecemasan bapak?.” Kontrak : Topik “Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
Waktu ” Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 10 menit?” Tempat “Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?” Tujuan “Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat meningkatkan kontrol kecemasan pada diri bapak dan bapak dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari bapak.”
Fase Kerja “bapak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan distraksi ini bermanfaat untuk mengalihkan rasa cemas bapak sehingga membuat pikiran dan fisik ibu relak atau santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membuat bapak relak misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan bapak, membaca buku atau majalah yang bapak suka, atau dengan mendengar music yang bapak sukai. Nah, sekarang bapak sudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat bapak lakukan untuk mengurangi rasa cemas bapak. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, bapak bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang saya beritahu tadi.kegiatan mana yang bapak sukai? Baiklah sekarang kita mendengarkan musik, bapak suka musik apa? Saya putarkan ya pak? Fase Terminasi Evaluasi Subjektif “Bagaimana apa ada yang ingin bapak tanyakan dari penjelasan saya tadi?”
Objektif “Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus sekali, nanti jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi yang tadi saya jelaskan ya.”
Rencana Tindak Lanjut (RTL) “Kapan bapak akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah setiap bapak merasa cemas, bapak bisa langsung mempraktikkan cara ini.”
Kontrak yang akan datang Topik “Nah, bapak, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan bapak yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau hipnotis dengan 5 jari.”
Waktu “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jam yang sama seperti hari ini?”
Tempat “Mau latihan dimana kita pak? Bagaimana jika disini lagi ? Apa masih ada yang mau ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat siang.”
SP 3 Pasien : Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari, membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
Fase Orientasi Salam Terapeutik “Selamat pagi bapak”
Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Apakah bapak masih gelisah dan tidak bisa tidur? Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di praktekkan dalam jadwal harian bapak? Nah kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus pak”
Kontrak : Topik, Waktu, Tempat, Tujuan “Baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan yang bapakrasakan? Dan saya akan mengajarkan bapak teknik relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa gelisah bapak. Kita akan berbincang-bincang selama 30 menit. Kita akan lakukan disini saja ya pak.”
Tujuan “Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar bapak mengetahui cara untuk menghilangkan rasa gelisah bapak dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan bapak dapat mempraktekkan ketika rasa gelisah bapak datang kembali.” . Fase Kerja “Tadi bapak katakan, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak tidak gelisah, apa yang bapak pikirkan? Oh, jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui orang lain, Nah bapak, sekarang saya akan mengajarkan bapak teknik relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya pak. bapak pejamkan mata bapak, nah sekarang tautkan jari telunjuk ibu dengan jempol bapak, sekarang bayangkan pada saat bapak sedang bahagia. Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol, bayangkan saat bapak bersama orang yang bapak sayangi/ cintai, sekarang taukan jari manis bapak dengan jempol, bayangkan ketika bapak di puji oleh seseorang karena prestasi bapak, dan sekarang tautkan jari kelingking bapak, bayangkan tempat yang paling indah yang pernah di kunjungi. bapak, coba ulangi lagi cara teknik hipnotis 5 jari yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.”
Fase Terminasi Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang bincang tentang masalah yang bapak rasakan dan latihan mempaktekkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari?”
Obyektif “Nah, coba bapak praktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan tadi. Bagus, ternyata bapak masih ingat apa yang telah saya ajarkan.”
Rencana Tindak Lanjut (RTL) “Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat mempraktekkan kembali sekitar 2 kali dalam sehari ya pak.” Kontrak yang akan datang Topik, Waktu, Tempat “bapak sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang. Latihan relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan bapak, kita bertemu lagi besok ya pak untuk berbincang-bincang tentang apa yang sudah saya ajarkan kepada bapak mau jam berapa pak? Seperti biasa jam 10 pagi ya dikamar bapak? Masih ada yang mau ditanyakan atau tidak pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat siang pak.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Masalah Utama
: Ansietas/Kecemasan
Pertemuan
:1
Tanggal
:
Nama Klien
:
Ruangan
:
A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Keluarga DS : - Keluarga klien mengatakan harapan agar klien bisa sembuh - Keluarga klien mengatakan klien takut menjalani operasi - Keluarga klien mengatakan sejak sakit klien sering berdo’a dan sholat - Keluarga klien mengatakan saat malam hari klien sering menangis DO : -
Keluarga klien tampak memotivasi klien untuk menjalani operasi Klien tampak muram dan murung Klien tampak tidak banyak bicara dan sering melamun Klien tampak tidak nafsu makan Klien sering menanyakan kepada dokter dan perawat kapan saya sembuh
2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas 3. Tujuan Khusus: - Klien mendapat dukungan keluarga dalam menjalani operasinya 4. Tindakan Keperawatan : a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas yang dialami klien beserta proses terjadinya c. Jelaskan cara-cara merawat klien ansietas
B. STRATEGI PELAKSANAAN 1. Orientasi : a. Salam Teraupetik Selamat pagi ibu, saya suster riris dari unipdu yang akan merawat anak ibu untuk 6 hari kedepan , yaitu dari hari senin, 28 mei sampai sabtu, 2 juni 2012. Nama ibu siapa? Dan Ibu suka dipanggil dengan sebutan apa ? b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan ibu setelah menjenguk anak ibu? c. Kontrak
1) Topik Ibu, saya ingin mengajak ibu berdiskusi tentang masalah anak ibu? Bagaimana ibu setuju? 2) Waktu Kita akan berbincang-bincang dalam waktu ± 20 menit 3) Tempat Bagaimana kalu kita berdiskusi ditaman saja bu? Bagaimana ibu setuju? 2.
3.
Kerja : Ibu, menurut ibu apa masalah yang sedang dialami oleh anak ibu? Apa yang membuat anak ibu takut melakukan operasi? Ibu tahu apa itu kecemasan? Saya akan jelaskan ke ibu bahwa kecemasan adalah.... adapun tanda dan gejalanya diantaranya... Oleh karena itu, kita harus memotivasi anak ibu untuk dapat menjalani operasi yang sedang dihadapinya. Kita sama-sama membantu Tn.A untuk bisa mempraktekkan tehnik relaksasi atau napas dalam Terminasi : a. Evaluasi 1) Evaluasi Subjektif : Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi?
b.
c.
2) Evaluasi Objektif : Ibu, coba ibu sebutkan gejala yang dialami anak ibu sebelum anak ibu menjalani operasi? Tindak lanjut Ibu jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan atau motivasi kepada anak. Kontrak yang akan datang Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melatih ibu untuk mengatasi kecemasan anak ibu sebagai tehnik pengalihan situasi. Ibu mau kita lakukan dimana? Bagaimana kalau ditaman ini lagi? Kita akan bertemu jam berapa bu? Bagaimana kalau jam 10.00, kita akan latihan ± 20 menit.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Masalah Utama
: Ansietas/Kecemasan
Pertemuan
:2
Tanggal
:
Nama Klien
:
Ruangan
:
A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Keluarga DS : - Keluarga klien mengatakan harapan agar klien bisa sembuh - Keluarga klien mengatakan klien masih sering menangis dimalam hari - Keluarga klien mengatakan klien takut mati dimeja operasi - Keluarga klien mengatakan klien sudah mulai tenang DO : - Keluarga klien tampak memotivasi klien untuk menjalani operasi - Klien masih sering menanyakan kepada dokter kapan saya sembuh - Klien tampak cemas sebelum menghadapi operasi - Klien tampak sudah mau makan - Klien masih terlihat muram dan murung - Klien sudah mulai berbicara dan tidak melamun lagi 2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas 3. Tujuan Khusus: - Klien mendapat dukungan keluarga dalam menjalani operasinya 4. Tindakan Keperawatan : a. Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien ansietas untuk mengalihkan situasi. b. Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien tarik nafas dalam c. Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien mengerutkan dan mengendurkan otot d. Mengajarkan keluarga cara merawat dan melatih klien hipnotis diri sendiri
B. STRATEGI PELAKSANAAN 1. Orientasi : a. Salam Teraupetik Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya? Bagaimana keadaan anak ibu setelah ibu memberikan motivasi? Apakah ada perubahan terhadap anak ibu? b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan ibu setelah memberikannya motivasi anak ibu?
c.
2.
3.
Kontrak 1) Topik Ibu, saya ingin mengajarkan ibu melatih cara mengurangi kecemasan yang terjadi dengan anak ibu , Bagaimana ibu setuju? 2) Waktu Kita akan berlatih dalam waktu ± 20 menit 3) Tempat Bagaimana kalu kita berlatih ditaman saja bu? Bagaimana ibu setuju? Kerja : Ibu, menurut ibu apa masalah yang sedang dialami oleh anak ibu? Apa yang membuat anak ibu takut melakukan operasi? Ibu tahu apa itu kecemasan? Saya akan Mengajarkan cara mengurang cemas, pertama tehnik relaksasi atau napas dalam. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat, tahan napas selama 3 detik, keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut, ulangi selama 3 kali. Latihlah anak ibu melakukan ini dan selalu berikan motivasi untuk mengurangi perasaan cemas yang sedang dialaminya. Kita sama-sama membantu Tn.A untuk bisa mempraktekkan tehnik relaksasi atau napas dalam. Fase Terminasi : a. Evaluasi 1) Evaluasi Subjektif : Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih relaksasi atau napas dalam? 2) Evaluasi Objektif : Ibu, coba ibu praktekkan apa yang kita lakukan tadi. Bagaimana sepertinya ibu sudah bisa melakukannya? Kalau begitu kita terus berlati ya bu, supaya ibu bisa mengajarkan anak ibu. b.
Tindak lanjut Ibu jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan atau motivasi kepada anak. Jangan lupa ajakkan tehnik relaksasi yang kita pelajari tadi.
c.
Kontrak yang akan datang Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengajarkan keluarga merujuk klien yang sedang cemas. Ibu mau kita lakukan dimana? Bagaimana kalau ditaman ini lagi? Kita akan bertemu jam berapa bu? Bagaimana kalau jam 10.00, kita akan latihan ± 20 menit.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Masalah Utama
: Ansietas/Kecemasan
Pertemuan
:3
Tanggal
:
Nama Klien
:
Ruangan
:
A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Keluarga DS : - Keluarga klien mengatakan harapan agar klien bisa sembuh - Keluarga klien mengatakan klien siap menjalani operasi - Keluarga klien mengatakan klien masih menangis, tetapi dia siap menghadapinya - Keluarga klien mengatakan klien sudah tenang DO : -
Keluarga klien tampak memotivasi klien untuk menjalani operasi Klien tampak sudah mulai tenang Klien tidak terlihat muram dan murung lagi Klien sudah siap menjalani operasi dan siap menghadapi apapun yang akan terjadi Klien tampak sudah mau makan
2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas 3. Tujuan Khusus: - Klien mendapat dukungan keluarga dalam menjalani operasinya 4. Tindakan Keperawatan : a. Mengajarkan keluarga cara merujuk klien bila cemasnya datang kembali. B. STRATEGI PELAKSANAAN
1.
Orientasi : a. Salam Teraupetik Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya? Bagaimana keadaan anak ibu setelah ibu mengajar tehnik relaksasi? Apakah ada perubahan terhadap anak ibu? b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan ibu setelah memberikannya motivasi dan tehnik relaksasi yang sudah kita pelajari kemarin? c. Kontrak 1) Topik Ibu, saya ingin mengajarkan keluarga merujuk klien bila klien sedang mengalami kecemasan, Bagaimana ibu setuju? 2) Waktu Kita akan berlatih dalam waktu ± 20 menit 3) Tempat Bagaimana kalu kita berlatih ditaman saja bu? Bagaimana ibu setuju?
2.
Kerja : Ibu, menurut ibu apa masalah yang sedang dialami oleh anak ibu? Apa yang membuat anak ibu takut melakukan operasi? Ibu jika anak ibu sedang merasakan cemas aajarkan anak ibu tehnik relaksasi atau napas dalam, tetapi jika belum hilang maka rujuklah atau beritahukan kepada tim kesehatan. Berikanlah anak ibu relaksasi dan selalu berikan motivasi untuk mengurangi perasaan cemas yang sedang dialaminya. Kita sama-sama membantu Tn.A untuk menghilangkan rasa cemas menghadapi operasi yang akan dijalaninya.
3.
Fase Terminasi : a. Evaluasi 1) Evaluasi Subjektif : Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita mempelajari cara mengurangi kecemasan yang dialami anak ibu? 2) Evaluasi Objektif : Ibu, coba ibu praktekkan apa yang kita lakukan tadi. Bagaimana sepertinya ibu sudah bisa melakukannya? Kalau begitu kita terus berlatih ya bu, supaya ibu bisa mengajarkan anak ibu. b.
Tindak lanjut Ibu jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan atau motivasi kepada anak. Jangan lupa ajakkan tehnik relaksasi yang kita pelajari. Kalau nanti
ibu berkunjung lagi dan bertemu dengan saya, kita akan berdiskusi lagi seperti yang kita lakukan sekarang. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi, saya permisi ya bu.