LP + SP Perilaku Kekerasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN



DISUSUN OLEH:



IKA MURSILAWATI NPM



: 020021080



SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM MATARAM 2020



LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri. Tanda dan gejala :  Muka merah dan tegang  Pandangan tajam  Mengatupkan rahang dengan kuat  Mengepalkan tangan



 Jalan mondar-mandir  Bicara kasar  Suara tinggi, menjerit atau berteriak  Mengancam secara verbal atau fisik  Melempar atau memukul benda atua orang lain  Merusak barang atau benda  Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku kekerasan b. Penyebab Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Tanda dan gejala :  Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)  Gangguan hubungan sosial (menarik diri)  Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)  Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. c. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala : Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :



 Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.  Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. 3. Pohon Masalah Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Perilaku kekerasan



Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah



4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji Masalah keperawatan: a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b) Perilaku kekerasan / amuk c) Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah d) Koping Individu Tidak Efektif Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan a.



Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif :  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.  Klien



suka



membentak



mengusiknya jika



dan



menyerang



orang



sedang kesal atau marah.



 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Objektif :



yang



 Mata merah, wajah agak merah.  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.  Merusak dan melempar barang-barang. b.



Perilaku kekerasan / amuk Data Subyektif :  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.  Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika



sedang kesal atau marah.



 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Obyektif ;  Mata merah, wajah agak merah.  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.  Merusak dan melempar barang-barang.



c.



Gangguan harga diri : harga diri rendah Data subyektif:  Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif:  Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.



5. Diagnosa Keperawatan a) Resiko Perilaku kekerasan b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah c) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 6. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa I : Resiko Perilaku Kekerasan Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: a.



Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.



b.



Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.



c.



Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan: a.



Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.



b.



Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.



c.



Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.



3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan : a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. b. Observasi tanda perilaku kekerasan.



c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang



dialami



klien. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: a.



Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.



b.



Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.



c.



Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"



5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: a.



Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.



b.



Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.



c.



Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.



6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : a.



Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.



b.



Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.



c.



Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung



d.



Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.



7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: a.



Bantu memilih cara yang paling tepat.



b.



Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.



c.



Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.



d.



Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.



e.



Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.



8. Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan : a.



Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.



b.



Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.



9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: a.



Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).



b.



Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).



c.



Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.



Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: a.



Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.



b.



Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.



c.



Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.



2.



Klien kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan:



dapat



mengidentifikasi



a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



b.



Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien



c.



Utamakan pemberian pujian yang realitas



3.



Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: a.



Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



b.



Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah



4.



Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : a.



Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.



b.



Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.



c.



Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien



5.



Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : a.



Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan



b.



Beri pujian atas keberhasilan klien



c.



Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah



6.



Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : a.



Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien



b.



Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat



c.



Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



d.



Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga



Diagnosa III



: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan



lingkungan Tujuan umum : -



Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Tujuan khusus : -



Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya



-



Pasien mampu mengungkapkan perasaannya



-



Pasien mampu meningkatkan harga dirinya



-



Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik



Tindakan : 1.



Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan lingkungan



2.



Meningkatkan harga diri pasien dengan cara : a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan



3.



Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara : a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya b. Mendiskusikan



dengan



pasien



efektfitas



masing-masing



cara



penyelesian masalah c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik



Daftar Pustaka Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC. Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000 Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Orientasi a. Salam terapeutik “Selamat pagi pak…??? Assalamualaikum…? Kenalkan nama saya Nirmala Erlyani, biasa dipanggil mala, saya mahasiswa program profesi ners dari STIKES Mataram. Nama bapak siapa? Senangnya di panggil apa? Saya praktik di sini selama 2 minggu, dan akan merawat bapak pada sift pagi ini…” b. Evaluasi Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tidurnya bagaimana tadi malam pak? Mengapa bapak bisa dibawa kesini? Sudah berapa lama bapak disini? c. Kontrak 1. Topik : Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya hari ini? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang apa yang bapak alami? 2. Waktu Apakah bapak bersedia ngobrol sekarang dengan saya? Kira-kira bapak maunya berapa lama kita berbincang-bincang? setuju kan? 3. Tempat Kira-kira bapak mau berbincang-bincang dimana ?



Bagaimana kalau kita ngobrol di ruang bermain saja pak? 2.



Fase kerja “Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?” “Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, apakah dengan cara ini yang bapak



inginkan terpenuhi ? Apa kerugian cara yang bapak lakukan?



Betul, istri bapak jadi sakit dan takut, piring atau barang lain pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.” ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan & bapak bisa juga memukul-mukul bantal/kasur. Bagaimana kalo bapak langsung mempraktekan dengan panduan dari saya ? Tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”



“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu



rasa



marah



itu



muncul



bapak



sudah



terbiasa



melakukannya” 3. Fase terminasi a. Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?” b. Evaluasi Obyektif ”Menurut saya bapak mempunyai aspek positif yang perlu dipertahankan” c. Rencana tindak lanjut bapak jangan lupa nanti di terapkan apa yang telah saya ajarkan, yaitu cara mencegah munculnya halusinasi dengan cara menghardik. d. Kontrak yang akan datang 1. Topik : Bapak... ngobrolnya cukup sampai disini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok pagi untuk cara mengontrol ke marahan yang muncul lagi dengan cara yang ketiga? bapak setuju? 2. Waktu : Kira-kira bapak maunya berapa lama kita berbincangbincang? Bisa kan mas? 3. Tempat : Bapak mau ngobrol dimana? Bagaimana kalau di tempat ini lagi besok? Setuju? Kalau begitu terimakasi, sampai jumpa lagi besok pak herman...



STRATEGIS PELAKSANAAN TINDAKAN PEPERAWATAN



1. Orientasi a. Salam Terapeutik “Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat dengan saya mas?, saya harap mas masih mengingat nama saya, nama saya Mala, ingatkan pak herman”?. b. Evaluasi “Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apakah suara bisikan itu masih muncul?, apakah sudah dipakai cara yang saya ajari kemarin pak?, berkurangkah suara bisikan itu pak?, bagus... c. Kontrak Topik : masih ingat yang akan kita bicarakan sekarang pak?, sesuai dengan kesepakatan kemarin, saya akan latih cara untuk mencegah halusinasi dengan cara yang kedua yaitu dengan ‘bercakap-cakap dengan orang lain’ dan dengan cara yang ketiga yaitu ‘dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal’.” Tempat : “Mau dimana kita bercakap-cakap pak? bagaimana kalau disini saja”?. Waktu : “Mau berapa lama kita latihan mas? Bagaimana kalau 20 menit kedepan”?



2. Fase kerja



“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.” b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak” c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus” 3. Fase terminasi a. Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” b. Evaluasi Obyektif ”Menurut saya aspek positif yang bapak miliki, masih bagus”.



c. Tindak lanjut ”Saya berharap bagaimana kalau bapak lakukan terus selama di RS ini, agar nanti di rumah bapak sudah terbiasa, setuju pak? Dan jangan lupa bapak lakukan jadwal kegiatan hariannya”?. d. Kontrak 



Topik : ”Baiklah, waktu kita sudah habis... bagaimana kalau besok kita lanjutkan obrolan kita untuk cara yang terakhir yaitu minum obat secara teratur, bagaiman pak”?.







Waktu : ” bapak mau jam berapa besok?, bagaimana kalau jam 08.00 pagi?, Setuju”?.







Tempat : ” Bapak mau dimana kita akan berbincang-bincang?, Bagaimana kalau ditempat ini lagi?, setuju?, baiklah terimakasi dan sampai jumpa lagi besok pak”.



STRATEGIS PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN



1. Orientasi a. Salam terapeutik “Selamat pagi pak herman? Assalamu’alaikum… masih ingat dengan saya pak?, saya harap bapak masih mengingat nama saya, bagus… bagus sekali… apa bapak sudah mandi”?. b. Evaluasi “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”? “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” c. Kontrak Topik :”apakah pagi ini bapak sudah minum obat?, baik, sesuai kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan tentang cara yang ke empat dan kelima yaitu dengan cara spritual dan minum obat minum, bagaimana pak? Setuju”?. Waktu :”kira-kira berapa lama waktu diskusi yang bapak mau?, bagaimana kalau 10 menit saja mas?, bagaimana?, Setuju pak?, baiklah”. Tempat :” bapak mau diskusi dimana?, baiklah kalau bapak mau di tempat ini lagi



2. Fase kerja “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).” “Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak



minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7



malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga



apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.” B. Fase terminasi 1. Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara beribadah dan minum obat yang benar?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah dan minum obat pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi” “Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. 2. Evaluasi Obyektif ”Menurut saya, aspek positif yang bapak miliki masih baik”.



3. Rencana Tindak lanjut ”Saya berharap bapak lakukan apa yang sudah di jadwalkan dalam kegiatan hariannya, dan jangan lupa bapak lakukan setiap hari supaya bapak terbiasa nanti di rumah”.