LP Syok Septik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK SEPTIK



OLEH : KARDIYANTO NIM : 20.300.0126



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA TAHUN 2021



LAPORAN PENDAHULUAN SYOK SEPTIK



A. PENGERTIAN Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melali tubuh (Sylvia, 2018). Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jikasistem kardiovakkuler ( jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai. Syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan (Nasroedin, 2017). Sepsis secara klinik dibagi berdasarkan beratnya kondisi, yaitu sepsis, sepsis berat, dan syok septic. Sepsis berat adalah infeksi dengan adanya bukti kegagalan organ akibat hipoperfusi. Syok septik adalah sepsis berat dengan hipotensi yang persisten setelah diberikan resusitasi cairan dan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Pada 10% - 30% kasus syok septic didapat bakterimia kultur positif dengan mortalitas mencapai 40 – 150% (Herman, 2017). B. ETIOLOGI Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat menyebabakan syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2017). 1. Infeksi bakteri aerobic dan anaerobic a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp, Bacteroides sp, dan Proteus sp. b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus 2. Infeksi viral, fungal dan riketsia 3. Kerusakan jaringan, yang dapat menyebabkan kegagalan penggunaan oksigen sehingga menyebabkan MOSF. 4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.



C. PATOFISIOLOGI Endoktosin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan bernagai mediator inflamasi, yaitu sitoksin, neuttrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi melebihi kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptive, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemungkinan menimbulkan gangguan pada tingkat seluler pada berbagai organ. ( Vienna, 2018) Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Pengaruh mediator juga menyebabkan disfungsi miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung. Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ yang dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multiple (MODS/MOF). Proses MOF merupakan kerusakan pada tingkat seluler (termasuk difungsi endotel), gangguan perfusi jaringan, iskemia reperfusi, dan mikrotrombus. Berbagai factor lain yanh diperkirakan turut berperan adalah terdapatnya factor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant substance), malnutrisi kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan pada eritrosit, dan efek samping dari terapi yang diberikan (Chen dan Pohan, 2017). Kemungkinan infeksi tempat pembedahan secara langsung dikaitkan dengan kemungkinan infeksi dan banyaknya bakteri yang masuk kedalam insisi, dimanisfestasikan sebagai serangkaian peristiwa yang mengarah dari sepsis sampai syok sepotic, dicetuskan oleh hormonal kompleks serta bahan-bahan kimia yang dihasilkan baik langsung maupun tidak langsung oleh system pertahanan tubuh sebagai respon efek yang merugikan yang disebabkan oleh toksin bakteri. Aktivasi seluler, humoral dan system pertahanan kekebalan oleh toksin secara umum mengakibatkan jawab terhadap kekacauan pada banyak sytem yang berkaitan dengan syok septic.



D. PATWEY Mikroorganisme (Bakteri gram negative) Masuk tubuh manusia Respon imun Aktivitas berbagai mediator kimiawi SYOK SEPTIK Endotoksin basil gram negative B1



Ketidak mampuan Sel untuk Menggunakan O2 lactat



B3



B2



O2 dalam darah berkurang Kontraktilitas Jantung



Berkurangnya O2 di paru mobilitas



Aliran darah



B5



Gangguan metabolisme oksidatif cerebral Demand



Hypokxia &



glukosa



iskemia pada otak



B4 Pemecahan glikogen



CO



Perifer terganggu



B6



Gangguan saraf & parasimpans Peristaltik



diare



Pernapasan Cepat/ RR Dyspnea Ketidakefektifan Pola Nafas



Ketidakefektifan Perfusi jaringan jaringan



Asam



usus Tonus otot Distended abdomen gangguan absorbsi



Gangguan



Menjadi glukosa GFR



Cyanosis,akral Dingin



Demand glukosa



Oliguria, Anuria



Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh



Intoleransi Aktivitas



E. TANDA DAN GEJALA Pada syok septik gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh adanya peradangan pada seluruh tubuh sebagai komplikasi dari sepsis. Beberapa gejala syok septik antara lain : 1. Hipotensi (tekanan darah rendah) yang tidak berhasil dikoreksi dengan pemberian cairan 2. Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea) 3. Gelisah dan penurunan kesadaran 4. Demam tinggin (suhu tubuh >38 C) 5. Peningkatan denyut nadi (takikardi) 6. Menggigil 7. Sakit kepala 8. Sianosis 9. Nyeri otot parah 10. Menurunnya frekuensi dan jumlah buang air kecil Beberapa jenis infeksi yang menyebabkan sepsis dan berisiko menimbulkan syok septik adalah infeksi pada saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, dan infeksi saluran reproduksi. F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN 1. Penatalaksanaan Medis Pengobatan



terbaru



syok



septic



mencakup



mengidentifikasi



dan



mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien (Roach, 1990). Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya. Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism gram negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic yang secara lebih spesifik ditargetkan pada organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien. Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti 3 jalur intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik dilakukan debidemen. dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua



klasifikasi syok. oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam penatalaksanaan syok  septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 5 hari dari awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih dari pada parenteral kecuali terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal. Sepsis sindroma sepsis maupun syok septik merupakan salah satu penyebab kematian yang mencolok di rumah-rumah sakit. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan cara pengobatan yang adekuat atau ketidak jelasan dasar pengelolaan maupun terapi yang diberikan. Infeksi pada rongga mulut seperti abses atau selulitis bila tidak ditangani secara adekuat dapat menajdi suatu induksi untuk terjadinya sepsis dan bahkan terkadang pasien datang sudah dalam keadaan sepsis mengingat keadaan sepsis ini akan dengan cepat  berubah menjadi keadaan yang lebih berbahaya maka pengenalan sepsis di sangat diperlukan. 2. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Syok Septik a. Pengkajian 1. Airway * yakinkan kepatenan jalan napas   * berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) * jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU 2. Breathing * kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan   * kaji saturasi oksigen * periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis * berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask  * auskulasi dada untuk mengetahui adanya infeksi di dada * periksa foto thorak  3. Circulation * kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan   * monitoring tekanan darah tekanan darah * periksa waktu pengisian kapiler  * pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar 



* berikan cairan koloid - gelofusin atau haemaccel * pasang kateter * lakukan pemeriksaan darah lengkap * siapkan untuk pemeriksaan kultur  * catat temperature kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 360C   * siapkan pemeriksaan urin dan sputum * berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat. 4. Distability Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien syok.kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unrespons) 5. Exposure Cari adanya cidera, luka pada bagian tubuh seperti kaki yaitu angkat celana pasien ke arah lutut dan periksa apakah ada luka atau cidera, terutama luka pada bagian tengkuk  atau leher belakang. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme penyebab sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur  kateter/intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika tidak diketahui cara memasukannya ). 2. SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita (berpindah ke kiri) yang mempublikasikan  produksi SDP tak matur dalam jumlah besar. 3. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal. 4. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia) dapat terjadi



karena



agregasi



trombosit.



PT/PTT



mungkin



memanjang



mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status syok. 5. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok.



6. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam metabolisme. 7.



BUN/Kr



terjadi



peningkatan



kadar



disasosiasikan



dengan



dehidrasi,



ketidakseimbangan / gagalan hati. 8. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena kegagalan mekanismekompensasi. 9. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan SDM,



Sinar



X



Film



abdominal



dan



dada



bagian



bawah



yang



mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis. 10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang menyerupai infark miokard. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan vasodilatasi, kerusakan fungsi  jantung dan defisit volume cairan. Tujuan / Kriteria hasil : Mempertahankan curah jantung untuk menjamin per!usi jaringan yang memadai. Rencana Tindakan : a) kaji dan pantau status kardiovaskuler setiap 1- 4 jam atau sesuai indikasi warna kulit denyut nadi, TD, parameter-parameter hemodinamik, denyut nadi perifer, irama jantung.   b). Berikan cairan intrvena sesuai pesanan c). Monitor Hb, Ht dan AGB setiap 1 - 4 jam.



2. Kerusakan pertukaran Gas yang berhubungan dengan hipertensi pulmonal, edema dan ARDS. Tujuan / kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang memadai. Rencana Tindakan : a). Monitor system respirasi setiap1 -2 jam  



b). Monitor AGD dan status oksigenasi dengan oksimetri. c). Perbaiki status ketidak seimbanagn asam basa dengan perubahan ventilator. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan syok. Tujuan / Kriteria Hasil : Cegah infeksi nasokomial dan tangani mikroorganime yang terindikasi. Rencana Tindakan : a). Lakukan kultur urin, sputum, drainage dan darah untuk biakan sesuai indikasi.   b). Berikan antibiotic sesuai program pengobatan. c). Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan invasive. 4. Perubahan per!usi jaringan berhubungan dengan curah jantung yang tidak mencukupi. Tujuan / Kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan perfusi sistemik  Rencana Tindakan : a). monitor status neurologist.   b). Laporkan haluaran urune < 30 ml/jam c). Monitor status haemodinamik setiap 1 - 4 jam. d). Kaji warna kulit, suhu, dan ada tidaknya diaforesis setiap 4 jam. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan respon terhadap sepsis. Tujuan /Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi terpenuhi Rencana Tindakan : a). catat berat badan setiap hari.   b). Pemberian makan enteral sesuai program. c), Monitor nilai hasil laboratorium albumin.Nitrogen urea urine, gula darah. 6. Resiko tinggi perubahan jaringan perdarahan. Tujuan / Kriteria Hasil : Pasien tidak menunjukan tanda - tanda perdarahan. Rencana Tindakan : a). Kaji tanda-tanda perdarahan sperti gusi sputum, gusi, atau tempat-tempat invasive.   b) Monitor Koagulasi intravascular desiminata dan platelet setiap hari. 7. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan per! usi  jaringan dan edema.



Tujuan/ kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan keutuhan kulit. Rencana Tindakan : a). Ubah posisi setiap 2 jam   b). Cegah tekanan dengan mengunakan penahan c). Masage area yang kemerah-merahan disebabkab oleh tekanan. d). Hindari efek yang membekas dari kain pada kulit dengan menggunakan bahan yang halus dan mudah mennyerap keringat. e). Bersihkan pinggiran luka dengann cermat, tempat-tempat insesi aliran darah



DAFTAR PUSTAKA Brunner & suddarth, 2002, patologi Kesehatan, EGC Jakarta Hudak & Galo, 1996 Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI Penerbit Buku Kdokteran EGC, Jakarta Marilynn E. Doenges, 2002, Rencana Asuhan Kepera0atan, Edisi III, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta. M. A Handerson, 1992, anatomi dan fisiologi, EGC, Jakarta