LP Tonsilitis Nilam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS “TONSILITIS” DI RUANG NILAM BLUD BENYAMIN GULUH KOLAKA



 



NAMA



: NURSAFITRI



NIM



: 182432020



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA KOLAKA 2021



1



LAPORAN PENDAHULUAN KASUS TONSILITIS DI RUANG NILAM BLUD BENYAMIN GULUH



OLEH : NURSAFITRI 182432020



Mengetahui,



Preceptor Akademik



Preceptor Klinik



(...............................)



(.............................)



2



I.



Konsep Teori Penyakit/Khasus A. Pengertian Tonsiltis adalah peradangan tonsil plastina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droblets), tangan dan ciuman dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak (Ringgo, 2019). Tonsilitas akut merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteriatau virus yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Ramadhan, 2017). Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA.  Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik. Karena itu tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadangkadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis media atau glue ear,menyebabkan tuli.  Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang sering dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan operasi dan pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik pengobatan medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat diketahui lebih dalam mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi 3



anak terhadap  infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringanjaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin waldeyer menjadi hipertrofi pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang tenggorokan. Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan membantu tubuh untuk melawan infeksi. Tonsilitis



sangat umum dan dapat



terjadi pada semua usia. Hal ini paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. B. Etiologi Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau inveksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang. Menyebabkan tonsilitis. Hal-hal yang dapat memicu peradangan pada tonsil adalah seringnya kuman masuk kedalam mulut bersama makanan atau minuman. ( Manurung, 2016). Tonsilitis berhubungan jugan dengan infeksi mononuklesis, yang paling umum adalah EBV, yang terjadi pada 50% anak-anak (Allotoibi, 2017) Penyebab tonsilitis bermacam-macam, penyebab tonsilitis adalah virus dan bakteri sebagian besar disebabkan oleh virus yang merupakan juga faktor predisposisi dari infeksi bakterial. Golongan virus: 



Adenovirus







Virus echo







Virus influensa



Golongan bakteri: 



Streptococcus







Mycrococcus







Corine bakterium Infeksi ini menularn melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)



4



C. Patovisiologi Saat bakteri



atau virus memasuki



tubuh melalui



hidung atau



mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan. Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )



5



Phatway Streptococcus hemolitikus tipe A Virus hemolitikus influenza Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman Virus dan bakteri menginfeksi tonsil Epitel terkikis Inflamasi tonsil



nyeri saat menelan



Anoreksia Intake tidak adekuat



resiko defisit nutrisi



Respon inflamasi



Pembengka kan tonsil



Rangsang termoregulasi hipotalamus



sumbatan jalan napas dan cerna



suhu tubuh Nyeri akut



Hipertemi



penumpukkan sekret Bersihan jalan napas tidak efektif



Mulut bau,suara parau



tindakan tonsilektomi



fungsi tubuh



ansietas



harga diri rendah situasiona



terputusnya pembuluh darah terputusnya keutuhan jaringan pendarahan Resiko ketidakseimbangan cairan



luka terbuka pertahanan tubuh pemajanan mikroorganisme resiko infeksi



6



D. Menifestasi klinik 



Orang dengan tonsilitis sering memiliki:







sakit tenggorokan dan leher







Nyeri ketika menelan







Drooling pada anak-anak







Demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38 º C pada anak-anak)







Kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'







Amandel merah dan bengkak (dengan nanah)







Bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi leher







Perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).







Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya mengalami demam.



E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa Tonsilitis adalah pemeriksaan laboratorium meliputi: 1. Leukosit : terjadi peningkatan 2. Hemoglobin : terjadi penurunan 3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kulturbakteri dan tessensitifitas obat. F. Penatalaksanaan 1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. 2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika: a) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun . b) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun. c) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun. d) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.



7



II.



Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Keluhan uatama Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll 2. Riwayat



penyakit



sekarang



:



serangan,



karakteristik,



insiden



perkembangan, efek terapi dll 3. Riwayat kesehatan lalu -



Riwayat kelahiran



-



Riwayat imunisasi



-



Penyakit yang pernah diderita (faringitis berulang, ISPA, otitis media)



-



Riwayat hospitalisasi



4. Pengkajian umum Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda vital dll 5. Pernafasan Kualitas bernafas, bentuk ukuran besarnya tensil dinyatakan dengan: -



T0 : Bila sudah dioperasi



-



T1 : Ukuran yang normal ada



-



T2 : Pembesaran tonsil yang tidak sampai garis tengah



-



T3 : Pembesaran mencapai garis tengah



-



T4 : Pembesaran melewati garis tengah



6. Nutrisi Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang. 7. Aktivitas dan istirahat Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise 8. Keamanan / kenyamanan Kecemasan anak terhadap hospitalisasi



8



B. Masalah Keperawatan 1. Nyeri akut 2. Hipetermi 3. Ansietas 4. Resiko defisit nutrisi 5. Bersihan jalan nafas tidak efektif 6. Harga diri rendah situasional 7. Resiko ketidak seimbangan cairan 8. Resiko infeksi C. Intervensi Masalah



Tujuan dan kriteria hasil



Intervensi



keperawatan Nyeri akut



Tujuan :



(Manajemen nyeri)



setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun. Kriteria hasil : 1.



Pasien



mengatakan







Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri



 Identifikasi skala nyeri nyeri 



Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



berkurang dari skala 7 menjadi 2 2.Pasien menunjukkan ekspresi 



Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



wajah tenang  3.Pasien dapat beristirahat dengan



Kontrol lingkungan yang memperberat rasa



nyaman



nyeri



(mis:



suhu



ruangan,



pencahayaan,kebisingan) 



Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri







Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri



9



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



Hipetermi



Tujuan : setelah



Manajemen Hipertermia dilakukan



keperawatan



tindakan diharapkan



Observasi    



Identifikasi penyebab hipertermia Monitor suhutubuh Monitor haluaranurin Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik



termoregulasi menurun. Kriteria hasil :



1. 2. 3. 4. 5.



Menggigi lmenurun Kulit merah menurun Kejang menurun Akrosianosis menurun Konsumsi oksigen  Sediakan lingkungan yang dingin menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian 6. Piloereksi menurun  Basahi dan kipasi bagian permukaan 7. Vasokonstriksi perifer tubuh menurun  Berikancairan oral 8. Kutisme moratam enurun  Ganti linen setiap hari atau lebih 9. Pucat menurun sering jika mengalami hiperhidrosi 10. Takikardi  Lakukan pendinginan eksternal 11. Takipnea  Hindari pemberian anti-piretik 12. Bradikardi  Berikan oksigen 13. Dasar kuku sianolik  Anjurkan tirah baring 14. Hipoksia Kolaborasi 15. Suhu tubuh membaik 16. Suhu kulit membaik Lakukan pemberian cairan dan elektrolit 17. Kadar glukosa darah intra vena membaik 18. Pengisian kapiler membaik 19. Ventilasi membaik 20. Tekanan darah membaik Ansietas



Tujuan : setelah



(Terapi reduksi) dilakukan



tindakan



keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun. mengatakan



memahami penyakitnya



 Pahami situasi yang membuat ansietas 



Kriterian hasil : 1.Pasien



 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah



Dengarkan dengan penuh perhatian



telah  Gunakan pendekatan yang teang dan meyakinkan 



2.Pasien tampak tenang



Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis



3.Pasien dapat beristirahat dengan



10







Anjurkan keluarga untuk tetap menemani



nyaman



pasien, jika perlu 



persepsi (Manajemen gangguan makan)



Resiko defisit Tujuan : nutrisi



setelah



Anjurkan mengungkapkan perasaan dan



dilakukan



keperawatan



tindakan



diharapkan



status







dan



keluarnya



kalori Timbang berat badan secara



Kriteria hasil : 1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat Perasaan



asupan



makanan dan cairan serta kebutuhan



nutrisi membaik.



2.



Monitor



cepat



rutin 



Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu



kenyang



pengeluaran



menurun



makanan



(mis:pengeluaran



3. Nafsu makan membaik



yang



disengaja,muntah,



aktivitas



berlebihan) 



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan



Bersihan jalan Tujuan : napas efektif



tidak setelah



(Latihan batuk efektif) dilakukan



tindakan



keperawatan diharapkan bersihan jalan napas meningkat



Observasi  Identifikasi kemampuan batuk



Kriteria hasil :



 Monitor adanya retensi sputum



1. Produksi sputum menurun 2. Sulit bicara menurun



 Monitor tanda dan gejala infeksi



3. Gelisah menurun



saluran napas  Monitor input dan output cairan (mis, jumlah dan karakteristik) Trapeutik  Atur posisi semi- fowler atau fowler  Pasang



perlak



dan



bengkok



dipangkuan pasien  Buang sekret pada tempat sputum 11



Edukasi  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif  Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) semala 8 detik  Anjurkan



mengulangi



tarik



napas



dalam hingga 3 kali  Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3 Kalaborasi Kalaborasi



pemberian



mulkotik



atau



ekspektoran, jika perlu Harga



diri Tujuan :



(Manajemen prilaku)



rendah



setelah



dilakukan



situasional



keperawatan



tindakan



diharapkan



harga



diri meningkat.



 Identifikasi



Kriteria hasil : 2. Tidur meningkat



untuk



Trapeutik



3. Kontak mata meningkat diri



harapan



mengendalikan prilaku



1. Konsentrasi meningkat



4. Percaya



Observasi



berbicara



 Diskusikan tangguang jawab terhadap prilaku



meningkat



 Jadwalkan kegiatan terstruktur  Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegaiatan perawatan konsisten setiap dinas  Tingkat 12



aktivitas



fisik



sesuai



kemampuan  Batasi jumlah pengunjung  Bicara dengan nada rendah dan tenang  lakukan kegaiatan pengalihan terhadap sumber agitasi  cegah prilaku pasif dan agresif  berikan penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan prilaku  lakukan



penggerakan



fisiksesuai



idikasi  hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan  hindari sikap mengancam dan berdebat  hindari berdebat atau menawar batas prilaku yang ditetapkan Edukasi informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif. Resiko ketidak Tujuan :



(Manajemen cairan)



seimbangan



setelah



dilakukan



cairan



keperawatan



tindakan diharapkan



keseimbangan cairan meningkat Kriteria hasil :



 Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian



1. Asupan cairan meningkat



kapiler, kelembapan mukosa, turgor



2. Keluaran urin meningkat 3. Kelembaban



Observasi



mukosa



meningkat



kulit, tekanan darah  Monitor berat badan harian



4. Asupan makanan meningkat



13



 Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis  Monitor



hasil



pemeriksaan



laboratorium (mis, hematokrit, Na, K, CI,berat jenis urine, BUN)  Monitor status hemodinamik (Mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia) Trapeutik  Catat intake- output dan hitung blance cairan 24 jam  Berikan asupan cairan intravena jika perlu Kalaborasi kalaborasi pemberian deuretik jika perlu. Resiko infeksi



Tujuan : setelah



(pencegah infeksi) dilakukan



tindakan



keperawatan diharapkan tingkat infeksi menurun



 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal



Kriteria hasil :



dan sistemik



1. Demam menurun 2. Kemerahan menurun



Trapeutik



3. Nyeri menurun



 Batasi jumlah pengunjung



4. Bengkaka menururn 5. Vesikel menurun 6. Cairan berbau busuk menurun 7. Sputum



berwarna



Observasi



hijau



menurun



 Berikan perawatan kulit pada area edema  Cuci tangan sebelum dan sesudah



8. Drainase purulen menurun



kontak dengan pasien dan lingkungan



9. Piuria menurun



pasien



10.Periode malaise menurun 11.Periode menggigil menurun 14



 Pertahankan teknik aseptik pada pasien



12.Latergi menurun



berisiko tinggi



13.Gangguan kognitif menurun.



Edukasi  Jelaskan tanda dan gelaja infeksi  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar  Ajarkan etika batuk  Ajarkan acara memeriksa kondisi luka atau luka operasi  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Ajarkan meningkatkan asupan cairan Kalaborasi kalanorasi pemberian imunisasi jika perlu



DAFTAR PUSTAKA Allotobi, A. D., 2017. Tonsilitis in Children Diagnosis and Treatmen Measures Studi Journal of Medicine (SJM) , 2(8), P. 208



15



Manurung, R., 2016. Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Tonsilitis Pada Remaja Putri di Akper Imelda Medan tahun 2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan (IMELDA), 1(2) P.2. PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).



StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. Dewan



Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan Ramadhan, F. S. I. K., 2017. Analisa Faktor Resiko Kejadian Tonsilitis Kronik Pada Anak Usia 5 -11 Tahun Diwilayah Kerja Puskesmas Puuwutu Kota Kendari. Jurnal Imiah Mahasiswa esehatan, Volume 2 Ringgo, A. S., 2019. Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Resiko Terjadinya Tonsilitis Pada Anak Sekolah Dasar Lampung. Malahayati Nursing Journal, Volume 1, p. 188.



16