LP Tonsilofaringitis  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN I.



Konnsep Dasar Penyakit



A. Definisi Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007).



Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).



Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis (Ngastisyah, 1997).



Tonsilofaringitis akut merupakan faringitis akut dan tonsillitis akut yang ditemukan secara bersama-sama (Efiaty, 2002). B. Etiologi Penyebab tonsilofaringitis bermacam-macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah yaitu : 1. Streptokokus Beta Hemolitikus Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut. 2. Streptokokus Viridans Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak. 3. Streptokokus Piogenes Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit. 4. Virus Influenza Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.



Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections). Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus (streptokus α streptokokus ß hemolycitus, viridians dan pyogeneses), penyebab yang lain yaitu infeksi virus influenza, serta herpes (Nanda, 2008). Infeksi ini terjadi pada hidung / faring menyebar melalui sistem limpa ke tonsil hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi bisa menyebabkan tonsil membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuk udara. 50% bakteri merupakan penyebabnya. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, dan juga menyebabkan tonsilitis (Reeves, 2001). C. Patofisiologi Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses infamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema paada faring serta ditemukan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsi sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut, serta otalgia. D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut : 1. Nyeri tenggorok 2. Nyeri telan 3. Sulit menelan 4. Demam 5. Mual



6. Anoreksia 7. Kelenjar limfa leher membengkak 8. Faring hiperemis 9. Edema faring 10. Pembesaran tonsil 11. Tonsil hyperemia 12. Mulut berbau 13. Otalgia (sakit ditelinga) 14. Malaise Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin tampak: 1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju. 2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi: T0: Tonsil masuk di dalam fossa T1: 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring



(A) Tonsilar hypertrophy grade-I tonsils (B) Grade-II tonsils (C) Grade-III tonsils (D) Grade-IV tonsils



E. Komplikasi Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan baik adalah : 1. Tonsiofaringitis akut 2. Otitis media F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnose tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : 1.



Leukosit : terjadi peningkatan



2.



Hemoglobin : terjadi penurunan



3.



Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat



G. Penatalaksanaan Penangganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah : 1. Penatalaksanaan medis a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksilin, eritromisin dll. b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen. c. Analgesik. 2. Penatalaksanaan keperawatan a. Kompres air hangat b. Istirahat yang cukup c. Pemberian cairan yang adekuat, perbanyak minum air hangat 3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah baring, pemberian cairan yang adekuat, dan diet ringan. a. Sistemik Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik b. Pengobatan oral Obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan c. Tonsilektomi Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat dan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu setelah serangan tonsillitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada epidemic poliomyelitis.



II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, diagnose medis, dan nomor register. 2. Riwayat Kesehatan a) Alasan dirawat b) Keluhan utama Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam, dll. c) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan. Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi ke rumah sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit. Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi, dll. d) Riwayat kesehatan lalu Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum MRS, penyakit-penyakit yang sebelumnya pernah diderita klien sehingga klien dapat MRS. e) Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik peyakitt yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi maupun penyakit menuar seperti hepatitis, tb paru. 3. Riwayat psikososial dan spiritual 4. Pemeriksaan fisik



a) Pengkajian umum Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda vital, dll. b) Pernafasan Kesulitan bernafas, batuk, ukuran besar tonsil. c) Nutrisi Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang. d) Aktifitas Klien tampak lemah, letargi, malaise e) Keamanan/kenyamanan Kecemasan klien terhadap hospitalisasi 5. Pemeriksaan Penunjang B.



Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri. 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses inflamasi dan insisi pembedahan. 4. Ketidakseimbangan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



berhubungan



dengan



ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.



INTERVENSI KEPERAWATAN No.



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Factor yang berubungan :  Lingkungan; merokok, menghisap asap rokok, perokok pasif  Obstruksi jalan napas; terdapat benda asing dijalan napas, spasme jalan napas  Fisiologis; kelainan dan penyaki Batasan karakteristik Subjektif  Dispnea Objektif  Suara napas tambahan  Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan  Batuk tidak ada atau tidak efektif  Sianosis  Kesulitan untuk berbicara  Penurunan suara napas  Ortopnea  Gelisah  Sputum berlebihan



NOC:  Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas Tujuan dan criteria evaluasi Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jam :  Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan napas yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: Indikator Saat Target dikaji Kemudahan bernapas Frekuensi dan irama pernapasan Pergerakan sputum keluar dari jalan napas Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas Nafas pendek Batuk Akumulasi Sputum Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang; 4. Ringan 5. Tidak ada gangguan



1.



Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan 2. Kaji factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan 3. auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan 4. Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik dan irama jantung sebelum, selama dan setelah pengisapan 5. Catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan 6. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam 7. Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi 8. Kaji keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain 9. Kaji kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia 10. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan perawatan paru lainnya sesuai protocol 11. Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal



INTERVENSI KEPERAWATAN No.



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh : Factor yang berhubungan :  Kesulitan mengunyah atau menelan  Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi  Hilang nafsu makan  Mual dan muntah Batasan karakteristik Subjektif  Kram abdomen  Nyeri abdomen  Menolak makan Objektif  Bising usus hiperaktif  Kurang informasi/informasi yang salah  Kurangnya minat terhadap makanan  Rongga mulut terluka  Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mnengunyah



NOC:  Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic  Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang mengindikasikan status nutrisi  Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam Tujuan dan criteria evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :  Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan indicator sebagai berikut: Indikator Saat Target dikaji Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total Asupan cairan oral atau IV Ket : 1. Tidak adekuat 2. Sedikit adekuat; 3.Cukup adekuat 4. Adekuat 5. Sangat Adekuat



Intervensi 1.



Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan 2. Pantau nilai laboratotium, khususnya Hb, Ht, albumin, dan elektrolit 3. Ketahui makanan kesukaan pasien 4. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 5. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan 6. Timbang pasien pada interval yang tepat 7. Ajarkan metode untuk perencanaan makan 8. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal 9. Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya 10. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatak asupan protein



INTERVENSI KEPERAWATAN No. Diagnosa Keperawatan Nyeri Factor yang berubungan : Agen – agen penyebab cedera : biologis, kimia, fisik dan psikologis Batasan karakteristik Subjektif Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat Objektif  Posisi untuk menghindari nyeri  Perubahan selera makan  Perubahan ekspresi misal : gelisah, merinih, meringis, menangis  Bukti nyeri dapat diamati  Gangguan tidur



Tujuan dan Kriteria Hasil NOC:  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik psikologis  Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri  Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan Tujuan dan criteria evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri Indicator sebagai berikut: Indikator Saat Target dikaji Nyeri yang dilaporkan Ekspresi nyeri pada wajah Ketegangan otot Durasi episode nyeri Merintih dan menangis Gelisah Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang 4. Ringan; 5. Tidak ada



Intervensi 1.



Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitam durasi frekuensi, kualitas, intensitas ,atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan 3. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala (1-10) 4. Pengaturan posisi yang nyaman 5. Terapi oksigen 6. Monitor TTV 7. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat menungkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan 8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, 9. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, terapi) 10. Pemberian analgetik 11. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil



INTERVENSI KEPERAWATAN No.



Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Hipertermia Factor yang berubungan :  Agen farmaseutikal  Aktivitas berlebihan  Iskemia  Peningkatan laju metabolisme  Penyakit  Sepsis  Trauma Batasan karakteristik  Kulit merah  Suhu tubuh meningkat  Kulit teraba hangat  Takikardia  Takipnea  Kejang  Koma  Hipotensi



NOC:  Termolegulasi; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas dan kehilangan panas  TTV dalam batas normal



1.



Tujuan dan criteria evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam : Pasien akan menunjukan termolegulasi yang dibuktikan , Dengan indicator sebagai berikut: Indikator



Saat Target dikaji



Peningkatan suhu kulit Hipertermia Dehidarasi Sakit kepala Denyut nadi radialis Berkeringat saat panas Melaporkan kenyamanan suhu Note : 1. Gangguan ekstrem; 2. Berat; 3. Sedang; 4. Ringan 5. Tidak ada gangguan



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



11. 12. 13. 14. 15.



Pantau hidrasi (turgot kulit, kelembaban membran mukosa) Monitor TTV Hentikan aktivitas fisik Kaji ketepatan jenis pakaian Pantau warna kulit dan suhu Pindahkan pasien ke lingkukangan lebih dingin Basahi permukaan tubuh dan kipasi pasien Monitor hasil laboratorium Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Anjarkan klien dan keluarga cara mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermi Berikan antipiretik Berikan cairan intravena Lepaskan pakaian yang berlebihan Gunakan waslap dingin pada aksila Anjurkan asupan cairan sedikitnya 2 liter



PATHWAY



Invasi kuman patogen (bakteri/virus)



Penyebaran limfogen



Faring & Tonsil



Proses inflamasi



Edema faring & tonsil



Tonsil & adenoid membesar



Nyeri telan obstruksi pada tuba custakii Nyeri Kurangnya pendengaran Sulit makan dan minum



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Infeksi sekunder



Kelemahan Gangguan persepsi sensori : pendengaran Intoleransi aktifitas



DAFTAR PUSTAKA Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997. Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001. Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara. Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000. Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June 21]; available from : URL: http://www.emedicine.com. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202007.pdf Jakarta : Penerbit Kawan Pustaka. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Neal