LP Trakeostomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TRAKEOSTOMI



A. ANATOMI FISIOLOGI TRAKEA



Gambar 1. Anatomi trakea Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks dimana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid (Adams, 2011). B. DEFINISI Pengertian



Trakeostomi



adalah



prosedur



pembedahan



dengan



memasang slang melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas atau mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap lendir, atau untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu. (Marelli, 2008). Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang ke dalam trakea. Ketika selang indweling dimasukkan ke dalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan (Smeltzer dan Bare, 2013). Pada awalnya trakeostomi sering



dilakukan dengan indikasi sumbatan jalan napas atas, namun saat ini sejalan dengan kemajuan unit perawatan intensif, trakeostomi lebih sering dilakukan atas indikasi intubasi lama (prolonged intubation) dan penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu lama keputusan untuk melakukan trakeostomi pada umumnya dapat dilakukan dalam waktu 7 hari dari intubasi. C. Etiologi (Indikasi dan kontraindikasi) Menurut Kurniawati Lusiana (2014) iIndikasi dari trakeostomi antara lain: 1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas 2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma. 3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). 4. Apabila terdapat benda asing di subglotis 5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler. 6. Obstruksi laring yang disebabkan oleh: a. Karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring b. Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens c. Sumbatan



saluran



napas



atas



karena



kelainan



kongenital,



traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor. d. Cedera parah pada wajah dan leher e. Setelah pembedahan wajah dan leher 7. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi



Gambar 2. Indikasi Tindakan Trakeostomi



Sedangkan untuk kontraindikasi dari trakeostomi antara lain adalah adanya infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili. D. KLASIFIKASI Klasifikasi Menurut Hadikawarta, et al (2009), trakeostomi dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi dan waktu dilakukan tindakan. Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas letak rendah dan letak tinggi dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan berdasarkan waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam: 1. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana sangat kurang) 2. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik E. PATOFISIOLOGI Menurut Kurniawati Lusiana (2014) Masalah pada jalan napas adalah sumbatan. Sumbatan dapat terjadi baik total maupun parsial. Sumbatan total terjadi karena benda asing yang menutup jalan napas secara tiba-tiba. Sedangkan sumbatan parsial dibedakan menjadi tiga bagian yaitu 1.



Sumbatan karena cairan Setiap pasien trauma beresiko mengalami sumbatan jalan nafas karena cairan yang disebabkan oleh darah, secret dan lain-lain. Sumbatan karena cairan dapat mengakibatkan aspirasi yaitu masuknya cairan asing kedalam paru-paru penderita.Upaya penanganan sumbatan jalan nafas karena cairan adalah dengan melakukan penghisapan atau suctioning sesegera mungkin.



2.



Sumbatan karena pangkal lidah Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka mungkin pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Hal ini karena otot-otot penyanggah lidah lemas atau mengalami kelumpuhan. Cara mengatasi sumbatan jalan nafas karena sumbatan pangkal lidah pada prinsinya adalah mengangkat pangkal lidah agar tidak menyumbat jalan nafas.



3.



Sumbatan anatomis Disebabkan oleh penyakit saluran nafas atau karena adanya trauma yang mengakibatkan pembekakan/ udema pada jalan nafas (ex. Trauma inhalasi pada kebakaran). Penanganan sumbatan karena antomis seringkali membutuhkan penanganan secara surgical dengan membuat jalan nafas alternatif tanpa melalui mulut atau hidung penderita.



F.



PHATWAY



Inflamasi penyakit tertentu yang menyumbat jalan napas



Cedera parah pada wajah dan leher



Obtruksi jalan napas bagian atas



Bersihan jalan napas tidak efektif



Trakeostomi



Post operasi



Pre operasi



Kurang pengetahuan



Perubahan anatomi leher



Udara keluar masuk tanpa system penyaringan



Insisi pada kulit leher



Mikroorganisme / benda asing masuk ke dalam trakhea



Kerusakan integritas kulit



Ansietas Gagguan citra diri



Menstimulus sel goblet untuk memproduksi mukus



Resiko infeksi



Media yang baik untuk berkembangnya mikroba Sumber : Nurseslab, (2011).



Produksi mucus meningkat



Akumulasi sekret



Bersihan jalan napas tidak efektif



Trakeosto mi tube menekan pita suara Gangguan komunikasi verbal



G. KOMPLIKASI Komplikasi Menurut Kurniawan (2014) komplikasi yang terjadi dalam penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas: 1. Komplikasi dini a) Perdarahan b) Pneumothoraks c) Embolisme udara d) Aspirasi e) Kerusakan saraf laring kambuhan atau penetrasi sinding trakea posterior 2. Komplikasi jangka panjang a) Obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi b) Infeksi c) Disfagia d) Fistula trakeoesofagus e) Dilatasi trakea atau iskemia trakea f) Nekrosis



H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu : 1. Pemeriksaan fungsi paru 2. Analisa gas darah arteri 3. Rontgen dada (Thorax) 4. Pemeriksaan laboratorium : masa perdarahan dan masa pembekuan (BT,CT,PT,APTT), Status nutrisi / elektrolit, nilai Hb. (Smeltzer et al, 2015). I.



PENATALAKSANAAN TRAKEOSTOMI Menurut ( Marylin, 2013) penatalaksaan trakeostomi adalah: 1. Persiapan tindakan : a) Persiapan pasien : puasa minimal 4 jam sebelum tindakan. b) Informed consent ke keluarga pasien berupa surat ijin tindakan (SIT) Kedokteran, SIT Anasthesi, bukti edukasi dan persetujuan ke bagian administrasi. c) Pemeriksaan Lab : masa perdarahan dan masa pembekuan, Hb.



d) Persiapan Alat :  Kanul trakeostomi ukuran 7fr atau 7,5fr atau sesuai instruksi dokter.  Set steril untuk tindakan trakeostomi.  Obat – obatan anastesi 2. Perawatan Trakeostomy a) Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet b) Perawatan luka pada trakeostomi c) Perawatan anak kanul d) Humidifikasi untuk menjaga kelembapan 3. Tujuan Perawatan Trakeostomi a) Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging) b) Untuk mencegah infeksi c) Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi) d) Bronkial toilet yang efektif e) Mencegah pipa tercabut



J.



ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Anamnnesa 1) Data Demografi: Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya. 2) Data Subyektif: sesak napas, nyeri 3) Data obyektif: RR meningkat, Saturasi O2 menurun 4) Pemeriksaan Fisik: B1 : Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun 5) Pengkajian



Psikososial:



Ansietas



terjadi



pada



pasien



dengan



trakeostomi. 2. Pengkajian Teoritis Lengkap a. Identitas Klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian. b. Keluhan Utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.



c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak, dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring. d. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD) Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. e. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti penyakit Asma. f. Data Dasar Pengkajian Pasien (Somantri, Irman 2014) 1. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. Tanda : Frekuensi



pernapasan



meningkat,



perubahan



irama



pernapasan, takipnea. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya hipertensi. Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat. 3. Psikososial Gejala



: Perasaan takut akan kehilangan suara, mati, terjadinya/ berulangnya



kanker.



Kuatir



bila



pembedahan



.



mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan



.



keuangan.



Tanda



: Ansietas, depresi, marah dan menolak, menyangkal.



4. Eliminasi Gejala



: gangguan saat obstruksi riwayat penyakit paru



5. Makanan/cairan Gejala



: Kesulitan menelan



Tanda



:Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak luka (malnutrisi)



6. Neurosensori Gejala



: Diplopia (penglihatan ganda, ketulian)



Tanda



: Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan,



s



ketulian konduksi, kerusakan membrane mukosa.



7. Nyeri/kenyamanan Gejala



: Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk)



Tanda



: Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit



.



untuk membatasi gerakan).



8. Pernafasan Gejala



:



Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase darah pada nasal (Smeltzer et al, 2015)



K.



Jenis-jenis trakeostomi Jenis-jenis trakeostomi menurut Nurseslab (2011) adalah sebagai berikut:  Cuffed Tubes; Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.



Gambar 3. Cuffed Tubes



Gambar 4. Mekanisme kerja cuffed tubes



 Uncuffed Tubes; Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.



Gambar 5. Uncuffed Tubes  Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam); Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.  Silver Negus Tubes; Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.



Gambar 6. Silver Negus Tubes  Fenestrated Tubes; Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara



Gambar 7. Fenestrated Tubes



 Ukuran pipa Ukuran trakeostomi standar adalah 0 – 12 atau 24 – 44 French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.



L.



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas 2. Kerusakan integritas kulit b.d Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) 3. Hambatan komunikasi verbal b.d hambatan fisik (adanya selang trakeostomi) 4. Gangguan body image b.d. pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi) 5. Kecemasan b.d perubahan status kesehatan 6. Resiko aspirasi 7. Risiko infeksi (Nanda, 2018)



M. INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi keperawatan menurut Nanda NIC NOC 2016 adalah sebagai berikut:



Diagnosa Keperawatan Bersihan  Jalan Nafas tidak efektif



Kerusakan integritas kulit b.d Faktor mekanik



Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Respiratory status : Airway patency Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab. 4. Saturasi O2 dalam batas normal 5. Foto thorak dalam batas normal Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan



1. Pastikan 2. 3. 4. 5. 6. 7.



8. 9. 10. 11. 12.



13. 14.



15.



kebutuhan oral tracheal suctioning. Berikan O2 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator Monitor status hemodinamik Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Berikan antibiotik Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.



Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4. Mobilisasi pasien (ubah



2. 3. 4.



5.



6.



Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan fisik (adanya selang trakeostomi)



(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka



Sensory Function: Hearing And Vision Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam komunikasi pasien dapa teratasi dengan kriteria hasil: 1. Mampu menggunakan bahasa non verbal 2. Mampu mengkoordinasi gerakan dalam menggunakan bahasa isyarat 3. Ekspresi pesan verbal dan nonverbal yang bermakna 4. Penerimaan interpretasi, ekspresi pesan lisan maupun tulisan dan nonverbal



posisi pasien) setiap dua jam sekali 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 8. Monitor status nutrisi pasien 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat 10. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus 11. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka 12. Cegah kontaminasi feses dan urin 13. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril 14. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka Communinication Enhancement: Speech deficit 1. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, dll untuk memfasilitasi komunkasi dua arah yang optimal 2. Monitor kecepatan bicara, tekanan kecepatan, kualitas dan volume 3. Beri satu kalimat simple setiap bertemu 4. Anjurkan kepada keluarga untuk secara teratur memberikan stimulus komunikasi verbal/nonverbal 5. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan informasi



meningkat



Gangguan body image berhubungan dengan Biofisika (penyakit kronis)



Body image Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Body image positif 2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal 3. Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh 4. Mempertahankan interaksi sosial



Kecemasan berhubungan status kesehatan



Kontrol kecemasan Setelah dilakukan asuhan selama 1x8 jam klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas 3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya



(bahasa isyarat) 6. Berikan pujian positif 7. Dengarkan dengan penuh perhatian 8. Berdiri didepan pasien ketika berbicara 9. Kolaborasi bersama keluarga dan ahli terapis bahasa petugas untuk mengembangkan rencana agar bisa berkominakasi secara efektif Body image enhancement 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit 4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya 5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil Anxiety Reduction Gunakan pendekatan yang menenangkan 1. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 4. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 5. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien 6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi



kecemasan



7. Dengarkan dengan penuh



perhatian 8. Identifikasi



tingkat kecemasan 9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 11. Kelola pemberian obat anti cemas Resiko Aspirasi



Aspiration Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam resiko aspirasi tidak terjadi dengan kriteria hasil: 1. Pasien dapat bernapas dengan mudah 2. Pasien mampu menelan 3. Pasien mampu mengunyah makanan 4. Jalan napas paten 5. Tidak ada suara napas tambahan



Aspiration Precaution 1. Monitor reflek batuk dan kemampuan menelan 2. Monitor kemampuan mengunyah makanan 3. Lakukan suction jika perlu 4. Haluskan obat sebelum pemberian 5. Potong makanan menjadi potngan-potongan kecil 6. Berikan makan-makanan yang lunak 7. Auskultasi sura napas tambahan



Risiko infeksi



Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Jumlah leukosit dalam batas normal 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat



Infection Control 1. Pertahankan teknik aseptif 2. Batasi pengunjung bila perlu 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 6. Tingkatkan intake nutrisi 7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 8. Pertahankan teknik isolasi k/p 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,



panas, drainase 10. Monitor adanya luka 11. Dorong istirahat 12. Ajarkan pasien



dan keluarga tanda dan gejala infeksi 13. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya pemberian terapi farmakologi



DAFTAR PUSTAKA Adams. 2011. Dasar Trakeostomi. Jakarta :EGC Bulechek, et al. 2016. Nursing Intervention Clasification. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi Keenam. Jakarta Davis, FA. 2015. Understanding Respiratory System. Kurniawati Lusiana.2014. Hubungan antara jarak waktu trakeostomi dengan mortalitas pasien kritis terventilasi. Lindman, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA, (2011). Tracheostomy. Medscape reference. Diakses 28 september 2011 pukul 06.16, dari web site http://emedicine.medscape.com/article/865068-overview Moorhead et al. 2016. Nursing Outcomes Clasification. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta Nanda, 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikai. Jakarta: EGC Nurseslab, (2011).Tracheostomy nursing care & management.nurseslabs. diakses 27 september 2011 pukul 19.42, dari web site http://nurseslabs.com/nursing-procedures/tracheostomy-nursing-caremanagement/ Price, Sylvia A. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Kulit.Jakarta: EGC Smeltzer, Suzzane C dan Bare, Brenda G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Somantri, Irman. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.