Makalah Trakeostomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TRAKEOSTOMI 1. Pengertian trakeostomi Trakeostomi adalah bedah pembukaan ke dalam trakea untuk membantu pernapasan seseorang yang memiliki sumbatan atau pembengkakan pada laring atau tenggorokan bagian atas atau yang pernah mendapatkan pembedahan laring. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan



trakeotomi



sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paruparu dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997) 2. Indikasi pemasangan trakeostomi  Intubasi jangka panjang selama terpajan penyakit kritis  Stenosis glottis akibat trauma  Obstruksi jalan nafas atas  Pendarahan pada jalan nafas atas  Penurunan kesadaran yang menyebabkan klien tidak mampu      



mengontrol/melindungi lower airway Kelainan laring atau trakea kongenital Fraktur laring atau trakea Cedera mulut atau leher yang berat Trauma inhalasi Adanya benda asing yang menghalangi jalan nafas Paralisis otot yang mengganggu waktu menelan sehingga







menimbulkan bahaya aspirasi Intubasi nasal atau oral yang dikontraindikasikan atau tidak



 



dapat terlaksana Proses penyapihan dari ventilasi mekanik jangka panjang Apnea waktu tidur (sleep apnea)



3. Fungsi dari pemasangan trakeostomi a. Tindakan trakheostomi untuk mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10 sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu



b. Tindakan trakheostomi untuk mengurangi tahanan aliran udara pernafasan



yang



selanjutnya



mengurangi



kekuatan



yang



diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7) c. Trakheostomi dilakukan untuk proteksi terhadap aspirasi d. Trakheostomi memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan e. Trakheostomi memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan f. Trakheostomi memungkinkan



pemberian



obat-obatan



dan



humidifikasi ke traktus g. Trakheostomi mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal. (jurnalkedokteranindonesia.com) 4. Pembagian trakeostomi Menurut lama penggunaannya,



trakeosomi



dibagi



menjadi



penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001) 5. Jenis tindakan trakeostomi 1) Surgical trakeostomi, yaitu



tipe



ini



dapat



sementara



dan



permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. 2) Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara



dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.



3) Mini



trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada



pertengahan



membran



krikotiroid



dan



trakeostomi



mini



ini



dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997) 6. Jenis pipa trakeostomi 1) Cuffed Tubes; Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi. 2) Uncuffed Tubes; Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan



penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi. 3) Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam); Dua bagian



trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi. 4) Silver Negus Tubes; Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan



untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri. 5) Fenestrated Tubes; Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004). 7. Prosedur perawatan trakeostomi a. Persiapan alat - Selang trakeostomi - 2 buah kom steril - Cairan normal salin steril - Hydrogen peroksida - Bak steril - Kassa steril - Lidi kapas steril - Sarung tangan steril - Korentang - Plester dan gunting - Tali - Bengkok - Handuk dan selimut kecil b. Persiapan klien - Jelaskan tindakan yang akan dilakukan - Anjurkan klien tetap tenang dan rileks - Anjurkan klien untuk menyampaikan ketidaknyamanan selama tindakan c. Pelaksanaan



jika



terdapat



-



Cuci tangan Isi kom dengan NS, dan kom lain dengan campuran H2O2+NS



-



dengan perbandingan 1:9 Buka bak instrument Letakkan handuk pada bagian bawah bahu sampai leher Observasi daerah stoma terhadap kemerahan, sekret, bengkak,



-



dan berbau Gunakan sarung tangan steril Basahi lidi kapas dengan campuran H2O2+NS, bersihkan tube dan kulit daerah stoma, bagi stoma menjadi 4 kuadran, dan bersihkan masing-masing kuadran dengan 1 lidi kapas. Ulangi



-



beberapa kali sampai bersih Basahi lidi kapas dengan NS dan bersihkan bekas campuran



-



H2O2+NS tadi Keringkan dengan lidi kapas Ganti tali trakea bila diperlukan Jika diperlukan pasangan kassa sebagai pengalas pada area stoma dengan cara membentuk kassa steril menyerupai huruf



-



U Lepas sarung tangan dan rapikan alat Informasikan kepada klien bahwa tindakan telah selesai dan dokumentasikan



8. Perawatan inner canule/tube a. Persiapan alat - Hydrogen peroksida - NS steril - 2 buah kom steril - Sikat inner canule - Kassa steril - Bak steril - Pinset - Sarung tangan steril - Bengkok b. Tujuan - Tidak ada obstruksi pada jalan nafas - Tidak ada kemerahan/iritasi pada kulit klien - Tidak ada tanda-tanda infeksi c. Persiapan klien - Jelaskan kepada klien tindakan yang akan dilakukan - Anjurkan klien tetap tenang dan rleks - Anjurkan klien untuk menyampaikan jika ketidaknyamanan selama tindakan d. Pelaksanaan - Cuci tangan



terdapat



-



Isi salah satu kom dengan NS dan yang lain dengan H2O2 Gunakan sarung tangan steril Dengan menggunakan kassa steril, ambil inner canule dan letakkan pada kom yang berisi H2O2. Bersihkan mucus dalam



-



cannula dengan menggunakan sikat Bilas cannule dalam NS Keringkan dengan kassa steril Masukkan kembali inner cannule ke dalam tempatnya dan



-



dikunci Informasikan klien bahwa tindakan telah selesai Rapikan alat dan dokumentasikan



9. Penggantian tali a. Tujuan Mencegah iritasi kulit dan mencegah infeksi b. Waktu penggantian Idealnya adalah dilakukan sekali sehari atau jika tali Nampak kotor atau basah c. Persiapan alat - Sarung tangan - Tali pengikat - Bengkok - Gunting - Handuk kecil - Kassa lembab - Kassa kering d. Persiapan klien - Jelaskan tindakan yang akan dilakukan - Anjurkan klien tetap tenang dan rileks - Anjurkan klien untuk menyampaikan



jika



terdapat



ketidaknyamanan selama tindakan e. Pelaksanaan - Cuci tangan, letakkan handuk kecil di sekeliling bahu klien - Gunakan sarung tangan - Siapkan tali pengikat dengan panjang 2x keliling leher dan ditambahkan 6 inchi, potong ujung tali membentuk sudut -



miring Buka tali dan bersihkan kulit leher dengan kassa hangat dan



-



lembab, keringkan Masukkan tali pengikat yang baru, terdapat 2 cara :



Cara 1 :



-



Masukkan salah satu ujung tali ke dalam lubang tali dari arah luar ke dalam, Tarik hingga mengelilingi leher klien dan



-



masukkan pada lubang yang lain Kembali Tarik tali hingga kembali kepada lubang pertama



-



melalui belakang leher klien Ikat tetapi jangan menggunakan simpul mati Informasikan bahwa tindakan telah selsesai, rapikan alat, cuci tangan dan dokumentasikan



Cara 2 : -



Masukkan salah satu ujung tali ke dalam lubang tali dari arah



-



luar ke dalam, Tarik hingga tali terlipat menjadi 2 Panjangkan salah satu ujung, kemudian bawa kedua ujung



-



melingkari leher klien dan ikatkan pada lubang yang lain Ikat tetapi jangan menggunakan simpul mati Informasikan bahwa tindakan telah selesai, rapikan alat, cuci tangan dan dokumentasikan



10.



Komplikasi akibat tindakan trakeostomi Komplikasi dini yang sering terjadi adalah



perdarahan,



pneumotoraks terutama pada anak-anak, hilangnya jalan nafas, penempatan kanul yang sulit, laserasi trakea, ruptur balon, henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi dan paralisis saraf rekuren. Perdarahan terjadi bila hemostasis saat trakeostomi tidak sempurna serta disertai naiknya tekanan arteri secara mendadak setelah tindakan operasi dan peningkatan tekanan vena karena batuk. Perdarahan diatasi dengan pemasangan kasa steril sekitar kanul. Apabila tidak berhasil maka dilakukan ligasi dengan melepas kanul. Emfisema subkutan terjadi di sekitar stoma tetapi bisa juga meluas ke daerah muka dan dada, hal ini terjadi karena terlalu rapatnya jahitan luka insisi sehingga udara yang terperangkap di dalamnya dapat masuk ke dalam jaringan subkutan pada saat penderita batuk. Penanganannya dilakukan dengan multiple puncture dan longgarkan semua jahitan untuk mencegah komplikasi lanjut seperti pneumotoraks dan pneumomediastinum.



Sedangkan komplikasi pasca trakeostomi terdiri atas kematian pasien, perdarahan lanjutan pada arteri inominata, disfagia, aspirasi, pneumotoraks, emfisema, infeksi stoma, hilangnya jalan nafas, fistula trakeoesofagus dan stenosis trakea. Kematian pasien terjadi akibat hilangnya stimulasi hipoksia dari respirasi. Pasien hipoksia berat yang dilakukan tindakan trakeostomi, pada awalnya pasien akan bernafas lalu akan terjadu apnea. Hal ini terjadi akibat deinervasi fisiologis dari kemoreseptor perifer yang dipicu



dari



peningkatan



tekanan



oksigen



tiba-tiba



dari



pernafasan



Referensi http://www.hopkinsmedicine.org/tracheostomy/about/how.html diakses pada 24/12/2013 pukul 06.00



udara



http://kamuskesehatan.com/arti/trakeostomi/ diakses pada 24/12/2013 pukul 06.30 http://www.medicinenet.com/tracheostomy/article.htm diakses pada 24/12/2013 pukul 06.03 http://www.patient.co.uk/doctor/tracheostomy-pro diakses pada 24/12/2013 pukul 07.06