LP Tumbuh Kembang Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT



DISUSUN OLEH :



NAMA



:NI PUTU HERA WAHYU ASTIANI



NIM



: P07120015104



KELAS



: 2.3



POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII 2017



1. PENGERTIAN Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama. (Nursalam, 2011 : 31-32) Aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya di lapangan. Biasanya penanganan lebih banyak difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabakan. Sering terjadi setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul masalah berkaitan dengan tumbuh kembangnya, misalnya anak mengalami kemunduran dalam kemampuan otonominy (Nursalam, 2011) Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/ dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler (Mansjoer, 2010). Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur, dimana grafik pertumbuhan meliputi tinggi, berat badan dan diameter pada lipatan kulit (Suriadi, 2011). Pertumbuhan adalah bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler (Hassan, 2011) Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2011).Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih :2011. Pengertian dari kembang (berkembang) adalah proses



pematangan/ maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2011). Perkembangan adalah suatu rangkaian peningkatan keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi (Suriadi, 2011). Perkembangan adalah digunakan untuk menunjukkan bertambahnya ketrampilan dan fungsi yang kompleks



dalam



pengaturan



neuromuskuler,



berkembang



dalam



mempergunakan tangan kanannya dan berbentuk pula kepribadiannya (Hassan, 2010)



2. INDIKATOR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN a. Pertumbuhan Pada Anak 1) Berat Badan Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjdai dua yaitu usia 0-6 bulan dan usia 0-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan akan mengalami penambahan setiap seminggu sekita 140 -200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedang kan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap seminggu sekitar 40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan menjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar 4 kali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kilogram. Pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3 kilogram. 2) Tinggi badan Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya.pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12 cm sedangkan penambahan tahun ketiga rata-rata 4-6 cm. Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4



tahun, terjadi penambahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8 cm. Pada



masa



sekolah



akan



mengalami



penambahan



setiap



tahunnya.setelah usia 6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi rata-rata 3 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir. 3) Lingkar Kepala Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35 -43 cm. Pada usia-usai selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja. 4) Organ Penglihatan Perkembangan organ penglihatan dapat dimuali pada saat lahir. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring, melihat bayangan di cermin, dan mampu mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18-24 bulan mampu berakamodasi dengan baik.



5) Organ Pendengaran Sete;ah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang keras dan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala ke smping bila bunyi setinggi telinga. Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan yang lebih halus. 6) Organ Seksual Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan yang cepat pada penis pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15 tahun, kemudian rambut pubis pada usia 12-15 tahun. b. Perkembangan Pada Anak 1) Perkembangan Motorik Halus a) Masa neonatus (0-28 hari) Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan. b) Masa Bayi (28 hari-1 tahun) Usia 1-4 bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba memegang dan memasukan benda kedalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan walaupun hanya sebentar. Usia 4-8 bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk



untuk memegang, mengekplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain. Usia 8-12 bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau merainh benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil,



memegang



dengan



telunjuk



dan



ibu



jari,



membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya. c) Masa Anak (1-2 tahun) Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam mencoba, menyusun, atau membuat menara pada kubus. d) Masa Prasekolah Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tanggannya untuk bermain, menempatkan objek kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan diatas kertas(wong,2010)



2) Perkembangan Motorik Kasar a) Masa Neonatus (0-28 hari) Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala. b) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)



Usia 1-4 bulan Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak. Usia 4-8 bulan Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat. Usia 8-12 bulan Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri. c) Masa Anak (1-2 tahun) Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara 1 tangan dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat. d) Masa Prasekolah Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama



satu sampai lima detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan (wong, 2010). 3) Perkembangan Bahasa a) Masa Neonatus (0-28 hari) Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel. b) Masa Bayi (28 hari- 1 tahun) Usia 1-4 bulan Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh. Usia 4-8 bulan Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”. Usia 8-12 bulan Perkembangan bahasa



pada usia ini



adalah mampu



mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai dua kata.



c) Masa Anak (1-2 tahun) Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu



memiliki



sepuluh



perbendaharaan



kata;



tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip terhadap



orang



lain;



mampu



menujukan



dua



gambar;



mampu



mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan lambaian anggota badan. d) Masa Prasekolah Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan kegunaan benda; mengitung; mengartikan dua kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,



orang,



dan



aktivitas;



menirukan



berbagaibuny kata;



memahami arti larangan; serta merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.



4) Perkembangan Prilaku atau adaptasi sosial a) Masa Neonatus (0-28 hari) Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanyab tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk menegnali seseorang. b) Masa Bayi (28 hari-1 tahun) Usia 1-4 bulan Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajahwajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajahwajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing). Usia 4-8 bulan



Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal. Usia 8-12 bulan Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain. c) Masa Anak (1-2 tahun) Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan



adanya



menyuapi



kemampuan



boneka,



mulai



membantu



menggosok



kegiatan gigi



serta



dirumah, mencoba



mengenakan baju sendiri. d) Masa Prasekolah Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya



tubuh,



menunjukan peningkatan kecemasan terhadap



perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (wong, 2010).



3. CIRI TUMBUH KEMBANG Menurut Nursalam (2011 ) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang. b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya



reflex primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya. c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya masa-masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung lambat.



4. POLA PERKEMBANGAN Yaitu



peristiwa



yang



terjadi



selama



proses



pertumbuhan



dan



perkembangan pada anak. a) Pola perkembangan fisik yang terarah Terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal dan proximal distal (Wong, 2010) 1) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan ,tangan dan kaki 2) Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu baru kemudian jari-jari. b) Pola perkembangan dari umum ke khusus Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan tangan kemudian memainkan jari. c) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat



digunakan untuk



mendeteksi



dini



perkembangan



selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu : 1) Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatdan jaringan tubuh



2) Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan 3) Masa bayi , terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya



dan



mempunyai



kemampuan



untuk



melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya 4) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan 5) Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada tanda-tanda pubertas Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya : a) 4-6 minggu



: tersenyum spontan, dapat mengeluarkan



suara 1-2 minggu kemudian b) 12-16 minggu



: Menegakkan kepala, tengkurap sendiri,



menoleh kearah suara, memegang beneda yang ditaruh ditangannya c) 20 minggu



: meraih benda yang didekatkan padanya



d) 26 minggu



:Dapat memeindahkan benda dari astu



tangan ke



tangan lainnya, duduk, dengan bantuan kedua



tangan ke depan, makan biskuit sendiri e) 9-10 bulan memegang



: benda



menunjuk dengan jari telunjuk,



dengan



ibu



jari



dan



telunjuk,



merangkak, bersuara da.. da… f) 13 bulan



: Berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-



kata tunggal Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengalami perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan. Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumbuh kembang anak dapat lebih optimal.



5. TEORI TUMBUH KEMBANG



a. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan. 1) Fase Oral Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku. 2) Fase Anal Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mulamula hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya



untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik. 3) Fase Falik Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat.



Perasaan



seksual



yang



negative



ini



kemudia



menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis. 4) Fase Laten Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si anak. 5) Fase Genital Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.



b. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori tentang perkembangan psikososial diantaranya : 1. Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan) Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain, tetapi



selain itu ada segi negatifnya yaitu tidak percaya,



menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk. 2. Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) – toddler (1-3 tahun) Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah. Anak mulai mengembangkan kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki kepribadian yang ragu-ragu. 3. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun) Anak



mulai



mempelajari



tingkat



ketegasan



dan



tujuan



mempengaruhi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri, pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang lain.. 4. Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun)



Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya. 5. Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12 - 18 tahun) Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran,sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan. 6. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (1825sampai 45tahun) Individu mengembangkan kedekatan



dan berbagi hubungan



dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu mengenai akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendiri. 7. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun) Absorpsi



diri



orang



dewasa



akan



direnungi



selanjutnya,



mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan kepada dunia dimasa yang akan datang. 8. Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas) Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena



individu



melihat



kehidupan



sebagai



bagian



dari



ketidakberuntungan. Selain teori tersebut menurut, diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua.Konflik peran yang yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada amasa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.



c. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget Piaget



adalah



pakar



terkemuka



dalam



bidang



teori



perkembangan kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang egosentrik, kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi perkembangan menjadi empat fase: Fase Sensori-motor (0-2 tahun) Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya. Fase Pra-operasional (2-7 tahun) Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai



mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun) Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri. Fase Operasional Formal (11-16 tahun) Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.



Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikson, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda namun semuanya sepeandapat bahwa: 1. Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai dari beberapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi semakin kompleks. 2. Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu. 3. Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak sendiri.



6. FAKTOR PENGARUH TUMBUH KEMBANG Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena



dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2012), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu: a. Genetika 1. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa 2. Keluarga, Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek 3. Umur, Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya. 4. Jenis kelamin, Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki. 5. Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom down. b. Pengaruh hormone Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat.



Hormon



yang



berpengaruh



terutama



adalah



hormon



pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak. c. Faktor lingkungan Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal. d. Faktor prenatal a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan b. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot c. Toksin, zat kimia, radiasi d. Kelainan endokrin



7. PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita. a. Untuk



pertumbuhan



anak



dengan



pengukuran



BB



dan



TB



menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). b. Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test). Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu : a. Anamnesis b. Skrining gangguan perkembangan anak c. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak d. Evaluasi bicara dan bahasa anak e. Pemeriksaan fisik Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus. Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap dapat mengetahuinya secara dini kelainan pada anak kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat kita ambil. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui 1) Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap. 2) Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. 3) Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih.



Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri. 4) Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin. 5) Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 6) Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia



yang



rendah



(



IQ