LP Tumor Parotis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 KONSEP MEDIS 1. Defenisi Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi. Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001) Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006) Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. (kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2005)



2. Anatomi Fisiologi Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981) Lokasi tumor



Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995) Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995). Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995). Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi



menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995). Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995). Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat, membaui, dan memikirkan makanan. Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan secara kimiawi. 3. Etiologi 1.



Idiopatik Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.



2.



Genetik Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan



segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor. 3.



Bahan-bahan kimia obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon



dengan perkembangan kanker



tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor. 4.



Faktor imunologis Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)



4. Patofisiologi Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.



Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%. Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang. 5. Tanda dan gejala 1.



Adanya benjolan yang mudah digerakkan



2.



Pertumbuhan amat lambat



3.



Tidak memberikan keluhan



4.



Paralisis fasial unilateral (Shirley E. Otto, 2003)



6. Klasifikasi



Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor – tumor epithelial 1.



Adenoma



1)



Pleimorph adenoma (meng. tumor)



2)



Monomorph adenomas (1)



Adenolimfoma (tumor dari warthin)



(2)



Oxifil adenoma (onkositoma)



(3)



Jenis-jenis lain (tipe lain)



2.



Tumor muko epidermoid



3.



Tumor sel asinus



4.



Karsinoma 1)



Karsinoma adenoid kistik (silindroma)



2)



Adenokarsinoma



3)



Karsinoma planoselulare



4)



Undifferentiated carcinoma



5)



Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)



7. Komplikasi Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi



luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.(Schwartz ,2000) 8. Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan rontgen Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 1985)



2.



3.



Pemeriksaan laboratorium 1)



Pemeriksaan darah lengkap, urin.



2)



Laboratorium patologi anatomi Pemeriksaan CT-Scan Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil



biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di



biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.



9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi (pengangkatan) Glandula submandibularis dan glandula sublingualis Tumor – tumor jinak



: Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer



ludah dengan sebagian daerah sekitarnya. Tumor- tumor ganas



: Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas



kedua kelenjer ludah, radioterapi. Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz, 2000) 10. Penatalaksanaan non medis



Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker, walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto, temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.



3. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi radiasi. 2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut terhadap aspek-aspek tindakan. 3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemajanan/ mengingat, kesalahan interprestasi informasi. 4. Intervensi keperawatan 1. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi radiasi. Tujuan : Dengan tindakan keperawatan yang diberikan dengan kriteria hasil : 



Nutrisi dapat terpenuhi. 1.



Kaji status nutrisi  Mengidentifikasi asupan nutrisi dan membantu dalam mengidentifiksi malnutrisi.



2.



Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas.



 Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penerunan kalori dan simpanan energi. 3.



Berikan makanan sedikit tetapi sering.  Dengan makanan sedikit tetapi sering nurtisi klien dapat terpenuhi.



4.



Kolaborasi pemberian analgetik.  Membantu untuk proses penyembuhan klien.



2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut terhadap aspek-aspek tindakan. Tujuan : Dengan tindakan keperawatan yang diberikan dengan kriteria hasil : 



Kecemasan klien berkurang,dengan melaporkan rasa takutnya menurun. 1.



Berikan informasi sesuai dengan kebutuhan klien.  Memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan informasi



2.



Berikan lingkungan perhatian,keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien/ orang terdekat.  Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain.



3.



Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengepresikan rasa takut.  Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesaalahan konsep dan menawarkan dukungan emosional.



4.



Kaji tersedianya dukungan pada pasien.  Menjadi sumber yang membantu bila pasien siap.



3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemajanan/ mengingat, kesalahan interprestasi informasi. Tujuan : Dengan tindakan keperawatan yang diberikan dengan hasil : 



Klien menyatakan pemahaman dan proses penyakit dan pengobatan. 1.



Dengan pengetahuan dasar klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.  Dengan pengetahuan dasar klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi



2.



Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang adekuat.



 Memberikan nutrisi optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk meningkatkan regenerasi jaringan/ proses penyembuhan.



3.



Anjurkan pasien jadwal istirahat sering.  Dapat membatasi sirkulasi dan meningkatkan resiko infeksi bila sistem limfatik menurun.



4.



Klasifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.  Agar lebih memudahkan dalam memantau keadaan klien.



DAFTAR PUSTAKA Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6.Jakarta : EGC, 1997: 305-319.(2) Doengoes Marilynn E, Jocobs, Ester Matasarrin. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, jakarta http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-parotis.html