LP Ulkus Diabetic [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN SISTEM ENDOKRIN: ULKUS DIABETIC DI RUANG MELATI 4 RSUD KOTA TASIKMALAYA



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah ditujukan kepada: Preseptor akademik: Yanti Srinayanti, S.Kep., Ners, M.Kep



Disusun Oleh : HERI ARIYANTO 2106277031



PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS 2021-2022



A. KONSEP ULKUS DIABETIC 1. Definisi ulkus diabetic Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa) atau ketika tubuh tidak efektif dalam menggunakannya. Hiperglikemia atau terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah adalah salah satu efek yang terjadi ketika penyakit DM tidak terkontrol dan lambat laun akan mengakibatkan kerusakan di berbagai sistem didalam tubuh khususnya saraf dan pembuluh darah. (Quandt et al., 2020). Ulkus diabetikum merupakan kondisi yang terjadi pada penderita DM dikarenakan abnormalitas syaraf dan terganggunya arteri perifer yang menyebabkan terjadinya infeksi tukak dan destruksi jaringan di kulit kaki (Kochar et al., 2019). 2. Anatomi fisiologi pankreas



Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam abbdomen, panjangnya kira-kira 20-25 cm, tebal ± 2,5 cm dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari abdomen dan di hubungkan oleh saluran ke duodenum. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Dia antara sel-sel eksokrin di seluruh pankreas tersebar kelompok-kelompok atau “pulau” sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel α (alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta), yang lebih jarang adalah tempat sintesis somatostatin. Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk



ke darah selama keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan pengubahannya masing-masing menjadi glikogen, trigliserida dan protein. Insulin melaksanakan banyak fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur metabolik tertentu (Sherwood L, 2019). 3. Etiologi DM mempunyai etiologi yang heterogen, penyebab berbagai lesi sehingga dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik memegang peranan penting pada mayoritas penderita DM (Agatha et al., 2015). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan risiko DM diantaranya: 1) Kelainan genetika, DM dapat diturunkan dari keluarganya, hal tersebut terjadi karena penderita DM mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya penyakit DM, wilayah genom yang mengandung gen human leukocyte antigen (HLA), dan risiko genetik terbesar untuk DM terkait dengan alel, genotipe, dan haplotipe dari gen HLA. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya dan merupakan wilayah gen yang terletak di kromosom 6. 2) Usia, Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan ini akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. 3) Gaya hidup stress, stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas oleh sebab itu beban yang tinggi menyebabkan pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin. 4) Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. 5) Pola makan yang salah, pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja sel beta pankreas. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. 6) Infeksi bakteri atau virus yang telah masuk ke pankreas akan mengakibatkan sel-sel pankreas rusak. Kerusakan ini akan berakibat pada penurunan fungsi pankreas (Arnold et al., 2019). Menurut (Yulia, 2015). beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum adalah: Trauma hal ini berhubungan dengan luka akibat jatuh/hal lainnya, Iskemia merupakan kekurangan darah dalam jaringan sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen, Infeksi dan edema, Kontrol gula darah yang tidak bagus, Hiperglikemia yang terjadi selama berkepanjangan dan keterbatasan perawatan kaki.



4. Manifestasi klinis ulkus diabetic Menurut (Nasution & Siregar, 2020) tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat berdasarkan stadium antara lain sebagai berikut: 1) Stadium I Mulai ditandai dengan adanya tanda-tanda asimptomatis atau terjadi kesemutan 2) Stadium II Mulai ditandai dengan terjadinya klaudikasio intermitten yaitu nyeri yang terjadi dikarenakan sirkulasi darah yang tidak lancar dan juga merupakan tanda awal penyakit arteri perifer yaitu pembuluh darah arteri mengalami penyempitan yang menyebabkan penyumbatan alirah darah ke tungkai 3) Stadium III Nyeri terjadi bukan hanya saat melakukan aktivtitas saja tetapi setelah berektivitas atau beristirahat nyeri juga tetap timbul 4) Stadium IV Mulai terjadi kerusakan jaringan karena anoksia (nekrosis ulkus) 5. Patofisiologi Awal mula terjadinya masalah kaki atau ulkus diabetikum karena terjadi peningkatan hiperglikemia yang menyebabkan kelainan pada bagian pembuluh darah dan neuropati. Neuropati, sensorik, motorik atau pun autonomik dapat menyebabkan berbagai perubahan pada bagian kulit dan otot yang kemudian dapat mengakibatkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada bagian telapak kaki lalu akan mempermudah timbulnya ulkus. Adanya resiko rentan terhadap infeksi menjadikan infeksi menjadi mudah melebar dan semakin luas. Faktor aliran darah yang tidak cukup juga menjadikan semakin susahnya pengelolaan pada kaki diabetes Neuropati motorik menyebabkan terjadinya atrofi otot, perubahan biomekanik, deformitas pada kaki dan redistribusi tekanan pada kaki hal tesebut yang dapat mengarah pada terjadinya ulkus. Neuropati sensorik mempengaruhi dan terjadi ketidaknyamanan yang membuat trauma berulang pada kaki. Syaraf otonom yang mengalami kerusakan menjadi penyebab penurunan keringat sehingga kulit menjadi kering, pecah-pecah ditandai dengan adanya fisura yang mempermudah masuknya bakteri. Kerusakan pada bagian persyarafan simpatis pada kaki membuat timbulnya taut (shunting) arteriovenosa dan distensi vena. Kondisi itu memintas bantalan kapiler pada bagian yang terkena dan menghambat adanya suplai oksigen dan nutrisi sehingga dapat menggagu terjadinya suplai nutrisi oleh darah ke jaringan kaki (Saberzadeh-Ardestani et al., 2018). 6. Klasifikasi Klasifikasi paling banyak digunakan secara menyeluruh untuk penilaian lesi pada ulkus kaki diabetikum. Sistem penilaian ini memiliki 6 kategori. Empat kelas pertama (Kelas 0,1,2 dan 3) berdasarkan kedalaman pada lesi, jaringan lunak pada kaki. Dua nilai terakhir (Kelas 4 dan 5) berdasarkan pada tingkat gangrene serta perfusi yang sudah hilang. Kelas 4 lebih mengacu pada gangrene kaki parsial lalu kelas 5 lebih kepada gangrene yang menyeluruh (Parkeni, 2013).



Derajat Grade 0



Grade 4



Lesi Tidak terdapat ulkus pada kaki yang berisiko tinggi Ulkus superfisial yang melibatkan seluruh bagian lapisan kulit tanpa menyebar ke bagian jaringan Ulkus dalam, menyebar sampai ligament, otot, tapi tidak ada keterlibatan dengan tulang serta pembentukan abses Ulkus dalam disertai oleh pembentukan abses atau selulitis sering disertai dengan osteomyelitis Gangren pada satu lokasi kaki



Grade 5



Gangren melebar hingga seluruh kaki



Grade 1 Grade 2 Grade 3



Penanganan Pencegahan Kontrol gula darah pemberian antibiotik



dan



Kontrol gula darah, debridement dan pemberian antibiotik Debridement, perawatan luka dan amputasi kecil Debridement serta amputasi luas Amputasi dibawah lutut



7. Komplikasi Komplikasi awal pada penderita DM yang tidak terkontrol kadar gula darahnya yaitu kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan penyakit pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah perifer, gangrene diabetic, neuropathic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf), amputasi dan katarak (Targher, Lonardo, & Byrne, 2018). 8. Pencegahan Ulkus Diabetikum



1)



Pencegahan Primer



Penyuluhan mengenai terjadinya Ulkus kaki diabetik sangat diperlukan dan penting agar mampu untuk mempertahankan kondisi kaki yang dalam kondisi baik sebelum menuju ke kondisi yang lebih buruk.



2)



Pencegahan sekunder



Kontrol metabolik, pembedahan, perawatan luka, pengobatan infeksi 9. Penatalaksanaan Penataksanaan ulkus diabetic menurut (Chawla, Chawla, & Jaggi, 2016).



1) 2)



Manajemen Perawatan Kaki, perawatan kuku kaki,



Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari, tidak terlalu pendek, dekat dengan kulit kemudian mengikir kuku agar tidak tajam untuk menghindari hangnails. Hindari terjadinya luka pada jaringan disekitar kuku. Apabila kuku keras sulit untuk dipotong rendam kaki dengan air hangat ± 5 menit. Memotong kuku kaki sebaiknya dilakukan minimal seminggu 1 kali. Kuku kaki yang menusuk daging dan terdapat kalus sebaiknya di obati oleh dokter



3)



pemilihan alas kaki yang tepat,



Memakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kemungkinan resiko terjadinya luka tidak terkecuali di dalam rumah. Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki terpasang pada sepatu dengan aman, nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan menggunakan model sepatu yang tinggi atau lancip khususnya wanita karean untuk menghindari adanya resiko cidera.



4)



konsultasi dengan dokter,



Konsultasikan dengan dokter apabila terjadi luka yang membengkak dan bernanah. Tidak adanya pemulihan setelah melakukan perawatan sendiri selama 3 hari terjadinya perubahan warna misalnya menjadi hitam dan kaki bengkak



5) -



senam kaki diabetik jari kaki mencengram memutar telapak kaki angkat tumit kaki, lalu lakukan gerakan memutar gerakan mengayunkan telapak kaki kedepan dan kebelakang angkat kedua kaki sejajar dengan paha angkat kedua kaki, lalu gerakan jari kaki ke arah depan dan belakang membuat angka 0-9 membuat bola koran dengan gerakan kaki lalu buka kembali bola koran dengan gerakan kaki belah koran menjadi dua, lalu sisihkan satu koran robek koran menjadi bagian kecil menggunakan kaki



10. Pemeriksaan penunjang



1)



Post prandial: Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan diabetes.



2)



Hemoglobin glikosilat: Hb 1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb 1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.



3)



Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.



4)



Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesing luco meter.



11. Patway Gambar patway 1 (Khorgami et al., 2019)



B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 1. Pengkajian Fokus Keperawatan a. Identitas klien Pada identitas harus terdapat data nama klien, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, suku/ras, agama, nomor telepon, no medrek, tanggal masuk, diagnosa medis. Sedangkan untuk penanggung jawab, juga akan didapatkan datadata yang sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor telepon. b. Riwayat penyakit a) Keluhan utama Klien mengeluhkan rasa nyeri pada kaki kiri akibat luka b) Riwayat penyakit sekarang biasanya masalah yang muncul pada saat dikaji yaitu adanya luka gangren dan pasien mengeluh nyeri pada kaki (PQRS) kesulitan beraktifitas akibat luka yang diderita, gula darah yang tinggi. c) Riwayat penyakit dahulu Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu organ tubuh waktu dulu, adanya mengalami penyakit yang sama waktu dahulu d) Riwayat penyakit keluarga kaji apakah ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi atau pun diabetes militus dan penyakit yang lain-lain c. Pola aktivitas Pada bagian ini perawat harus mengkaji nutrisi, cairan, elimiinasi, pola istirahat tidur, personal hygiene, pola aktivitas. d. Data psikologis Pada bagian data psikologis perawat harus mengkaji Status mental pasien, Kecemasan, Pola koping, Gaya komunikasi. e. Data sosial Pada bagian data sosial pasien perawat perlu mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan keluarganya. f. Data spiritual Pada bagian ini perawat perlu mengkaji: - Falsafah hidup: apakah pasien mempercayai akan adanya sehat dan sakit, apakah pasien percaya bahwa sakit yang dideritanya merupakan bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT. - keyakinan akan sembuh: apakah pasien yakin dan optimis akan beraktivitas seperti biasa dan Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya. - konsep ketuhanan: apakah pasien beragama islam dan yakin adanya Allah SWT, menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah yaitu sholat 5 waktu. g. Pemeriksaan fisik a) Kesadaran umum: perawat perlu mengkaji Tekanan darah, Nadi, Respirasi Ssuhu, GCS, SpO2. b) Sistem panca indra Inspeksi: kaji kepala dan wajah, mata, telinga, hidung, mulut Palpasi: kaji kepala dan wajah, mata, telinga, hidung, mulut c) Sistem pernafasan



d)



e)



f) g) h)



i)



j)



Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau tidaknya retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan Palpasi: apakah ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus teraba jelas Perkusi: sonor Auskultasi: vesikuler Sistem kardiovaskuler Inspeksi: Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi diarea jantung atau tidak, pembengkakan pada jantung atau tidak Palpasi: Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula untuk menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran pada jantung Perkusi: redup Auskultasi: Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada bunyi jantung II, tidak adanya bunyi tambahan seperti mur-mur. S2 (dub) terdengar pada ICS II ketika katup aorta dan pulmonal menutup pada saat awal sistolik, terdengar suatu split yang mengakibatkan dua suara katup, ini 57 diakibatkan penutupan aorta dan pulmonal berbeda pada waktu respirasi. S1( lub) terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan katup trikuspidalis tetutup pada saat awal sistolik. Terdengar bagus pada apex jantung dan didengar dengan diafragma stetostokop dimana terdengar secara bersamaan Sistem pencernaan Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites Palpasi: tidak adanya distensi pada abdomen Perkusi: tympani Auskultasi: bising usus normal Sistem endokrin: kaji apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, getah bening Sistem integumen: kaji CRT, keadaan kulit, warna, adanya luka/lesi Sistem muskuloskeletal Ekstremitas atas: kaji bentuk, luka, lesi, reflel bisep dan trisep, apakah ada edema, pergerakan fleksi ekstensi dan apakah terpasang infus. Ekstremitas bawah: kaji bentuk, luka, lesi, apakah ada edema, pergerakan fleksi ekstensi dan apakah terpasang infus, reflek patella dan babinski. Kekuatan otot: ekstremitas atas dan bawah normal nilai masing-masing 5: bisa menahan tekanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal. Sistem genitourinaria Pada bagian ini perawat perlu mengkaji: pengeluaran urine dan feses, keadaan bersih/tidak, apakah terpasang selang kateter, apakah ada luka, lesi, apakah ada kelainan. Analisa data



No 1



2



3



4



Analisa Data DS: a. Pasien mengatakan terdapat adanya luka dikaki kanan luka ulkus diabetik b. Pasien mengatakan awalnya luka melepuh pada bagian mata kaki akibat gigitan serangga dan digaruk lalu luka membesar dalam waktu 2 minggu. DO: a. Terdapat luka di bagian mata kaki sampi ke betis b. Luas luka : P x L = 31 cm x 5 cm, Luka grade IV, Warna luka: Merah 100%,Terdapat slough dan biofilm DS: nyeri ekstremitas DO: a. nadi perifer menurun/tidak teraba b. warna kulit pucat c. akral dingin d. turgor kulit menurun DS: a. Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanan dikarenakan adanya luka ulkus diabetikus, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk – tusuk, skala yang dirasakan yaitu 6 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan durasi sekitar 2 menit DO: a. Pasien terlihat meringis b. Tanda – tanda vital 1) TD :130/80 mmHg 2) Nadi : 84 kali/meni DS: a. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh biasanya naik, DO: a. Luka tampak adanya nanah



Etiologi Neuropati Perifer



Masalah Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)



Gangren



Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)



Agen pencedera fisiologis



Nyeri Akut (D.0077)



Gula darah naik Tidak dapat di bawa masuk ke sel Anabolisme protein menurun Resiko infeksi



Risiko Infeksi (D.0142)



2. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan Integritas Kulit (D.0129) berhubungan dengan neuropati perifer 2) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) berhubungan dengan hiperglikemia 3) Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 4) Risiko Infeksi (D.0142) berhubungan dengan penyakit kronis (mis. Diabetes Mellitus) 5) Risiko Hipovolemia (D.0034) berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif 6) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) berhubungan dengan resistensi insulin 7) Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme 8) Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan 9) Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar informasi 10) Risiko Jatuh (D.0143) berhubungan dengan neuropati



3. Intervensi Keperawatan N O 1.



Diagnosa Keperawatan



Tujuan & KH



Intervensi Keperawatan



Gangguan Integritas Kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer (D.0129)



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan/intervensi selama 8 jam diharapkan integritas jaringan meningkat, ditandai dengan kriteria hasil : 1. Kerusakan jaringan menurun 2. Nyeri menurun 3. Drainase purulent menurun 4. Drainase serosanguinis menurun 5. Bau tidak sedap pada luka menurun



2



Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan hiperglikemia (D.0009)



3



Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)



4



Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan/intervensi selama 8 jam diharapkan perfusi perifer meningkat, ditandai dengan kriteria hasil: Penyembuhan luka (L. 02011) 1. Penyembuhan luka meningkat 2. Nekrosis menurun Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan /intervensi selama 8 jam diharapkan tingkat nyeri menurun. Kriteria hasil: Tingkat nyeri SLKI (L.08066) 1. Keluhan nyeri menurun 2. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat 3. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat 4. Kemampuan menggunakan teknik non farmakologis meningkat Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan/intervensi selama 8 jam diharapkan



Perawatan Luka I.14564 Observasi: 1 Monitor karakteristik luka (drainase warna, ukuran dan bau) 2 Monitor tanda – tanda infeksi Terapeutik: 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan 2. Bersihkan dengan cairan NaCl 3 Bersihkan jaringan nekrotik 4 Berikan salep yang sesuai (jika perlu) 3.7 Pasang balutan sesuai jenis luka 5 Ganti balutan luka dalam interval waktu yang sesuai Edukasi: 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian antibiotik Manajemen hipovolemia I. 0318 Observasi: periksa tanda dan gejala hipovolemia, monitor intake dan output cairan Terapeutik: hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral Edukasi: anjurkan memperbanyak cairan oral Kolaborasi: kolaborasi pemberian IV isotonis, hipotonis, koloid, kolaborasi pemberian produk darah Manajemen Nyeri I.08238 Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri 2. Identifikasi respons nyeri non verbal 3. Kontrol linkungan yang mempengaruhi nyeri (seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Terapeutik 1.Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi 1.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi 1Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Perawatan luka I.14564 Observasi: 1. Monitor karakteristik luka



(mis. Diabetes (D.0142)



Mellitus)



tingkat infeksi menurun, ditandai dengan kriteria hasil tingkat infeksi (L09097) 1. Kemerahan menurun\ 2. Bengkak menurun 3. Nyeri menurun



1. Monitor tanda infeksi Terapeutik: 1. Perawatan luka 2. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan 3. Bersihkan dengan NaCL Edukasi: 1. Jelaskan anda dan geja infeksi Kolaborasi: 1. Kolaborasi prosedur debridment, kolaborasi pemberian antibiotik



4 Implementasi Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri atau independen dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri atau independen adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain 5 Evaluasi Evaluasi adalah tahapan dari proses keperawatan, proses yang berkelanjutan untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respons pasien untuk melakukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses setiap selesai dilakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil membandingkan antara tujuan dengan kriteria hasil.



DAFTAR PUSTAKA Agatha, R., & Aveonita, R. (2015). Effect of aloe vera in lowering blood glucose levels on diabetes melitus. J Majority, 4, 104–109. Retrieved from http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/533 Arnold, S. V., Inzucchi, S. E., Echouffo-Tcheugui, J. B., Tang, F., Lam, C. S. P., Sperling, L. S., & Kosiborod, M. (2019). Understanding contemporary use of thiazolidinediones an analysis from the diabetes collaborative registry. Circulation: Heart Failure, 12(6), 1–5. https://doi.org/10.1161/CIRCHEARTFAILURE.118.005855 Chawla, A., Chawla, R., & Jaggi, S. (2016). Microvasular and macrovascular complications in diabetes mellitus: Distinct or continuum? Indian Journal of Endocrinology and Metabolism, 20(4), 546–553. https://doi.org/10.4103/2230-8210.183480 Khorgami, Z., Shoar, S., Saber, A. A., Howard, C. A., Danaei, G., & Sclabas, G. M. (2019). Outcomes of Bariatric Surgery Versus Medical Management for Type 2 Diabetes Mellitus: a Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Obesity Surgery, 29(3), 964–974. https://doi.org/10.1007/s11695-018-3552-x Kochar Kaur, K., Allahbadia, G., & Singh, M. (2019). Importance of Simultaneous Treatment of Obesity and Diabetes Mellitus: A Sequelae to the Understanding of Diabesity-A Review. Obesity Research – Open Journal, 6(1), 1–10. https://doi.org/10.17140/oroj-6-136 Nasution, F., & Siregar, A. A. (2020). Edukasi Pencegahan Risiko Diabetes Melitus pada Masyarakat di Pematang Bandar Simalungun. Pengabdian Harapan Ibu (JPHI), 2(2), 35–42. https://doi.org/http://doi.org/10.30644/jphi.v1i1.416 Parkeni. (2013). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan. PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan. Quandt, Z., Young, A., & Anderson, M. (2020). Immune checkpoint inhibitor diabetes mellitus: a novel form of autoimmune diabetes. Clinical and Experimental Immunology, 200(2), 131–140. https://doi.org/10.1111/cei.13424 Saberzadeh-Ardestani, B., Karamzadeh, R., Basiri, M., Hajizadeh-Saffar, E., Farhadi, A., Shapiro, A. M. J., … Baharvand, H. (2018). Type 1 diabetes mellitus: Cellular and molecular pathophysiology at a glance. Cell Journal, 20(3), 294–301. https://doi.org/10.22074/cellj.2018.5513