Lp+askep Hipertensi Gerontik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • maria
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. T DENGAN HIPERTENSI DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK KEPERAWATAN GERONTIK PROFESI



Oleh : MARIA TUL QIPTIYAH 40220017



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. T DENGAN HIPERTENSI DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK KEPERAWATAN GERONTIK PROFESI Nama Mahasiswa : Maria Tul Qiptiyah NIM



: 40220017



Nama Intitusi



: Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri



Kediri, 29 Januari 2021 Mengetahui,



LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP LANSIA 1. DEFINISI LANSIA Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan hingga akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2012). Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia alan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat berhan terhadap infeksi dan meperbarbaakan kerusakan yang terjadi. Oleh karetan itu dalam tubuh akan menumpuk makin banayk distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit dengeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Sunaryo, 2016). 2. TIPE-TIPE LANSIA Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Sunaryo, 2016) tipe tersebut di jabarkan sebagai berikut :



a. Tipe lansia bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memnuhi undangan, dan menjadi panutan. b. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. d. Tipe masrah Menerima dan menunggu nasib baik,, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. e. Tipe bingung Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. 3. BATAS USIA LANSIA Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016), bata-batas umur yang mencakup batas umur lansia sebagai berikut : a. Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mmencapai usia 60 tahun ke atas”. b. Menurut Wordl Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di batsu 90 tahun.



c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 sampai tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia (geriatric age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (> 80 tahun). 4. TEORI MENUA a. Teori Biologi Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt). Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberi dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis. 1) Teori error Menurut teori ini proses penua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut menyebabkan kerusakan metabolisme dan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. Sejalan perkembangan umur sel tubuh pada DNA dan RNA, yang merupakan subtansi pembentukan sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel nukleus menjadi lebih besar tetepi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah subtansi DNA.



2) Teori outoimun Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi system immun. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua. 3) Teori free radical Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat



kurang



efektifnya



fungsi



kerja



tubuh



dan



hal



itu



mempengaruhi adanya berbagi radikal bebas didalam tubuh. Radika bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian(apoptosis) sel, menghambat proses produksi sel. Hal ini yang menggangu fungsi sel akibat radikal bebas adalah bahwa radikal bebas dapat berupa: superoksida(O2), radikal hidroksil, dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karna sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati. b. Teori pisikososial 1) Teori Aktifitas Terori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dihari tua. Aktifitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif.



2) Teori Kontinuitas Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia. 3) Disanggement theory Putusnya berhubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain. c. Teori lingkungan 1) Teori radikal ( radiation theory) Setiap hari manusia terpapar adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan merubah susuna DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati. 2) Teori stress (theory stress) Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen dan mengalami



gangguan



metabolisme



sel



sehingga



mengalami



penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksistensi membran sel. 3) Teori polusi (pollution theory) Tercemarnya lingkungan dapat mengakibat kan tubuh mengalami gangguan



pada



sistem



psikoneuroimunologi



yang



siterusnya



mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.



4) Teori pemaparan (exposure theory) Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susuna DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bias terjadi (Renny, 2014). 5. PERUBAHAN YANG TARJADI PADA LANSIA a. Perubahan fisik Menurut Suiraoka, (2012), penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel dalam tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Menurut (Meredith Wallace, 2013), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan : 1) Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah. 2) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjer keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernapasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.



3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur (saliva) dang era peristaltic usus juga menurun. 4) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun. 5) Sistem musculoskeletal, kehilangan cairan pada tulang dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut. 6) Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidanya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat. b. Perubahan intelektual Akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurnan sehingga lansia akan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.



c. Perubahan keagamaan Pada umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia (Mujahidullah, 2012). 6. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu (Stanly & Gauntlett, 2014). Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu : a. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik. b. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan. c. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya. d. Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai dengannya. e. Pemenuhan kewajibab social dan kewarganegaran. f. Pembentuk kepuasan pengaturan dalam kehidupan.



B. KONSEP HIPERTENSI 1. DEFINISI HIPERTENSI Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014). Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan



penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal Keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016). 2. KLASIFIKASI HIPERTENSI Menurut WHO (2014) hipertensi dapat digolongkan menjadi : a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah. b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab. 3. ETIOLOGI HIPERTENSI Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.



b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. c. Stress pada Lingkungan. d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada : a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari



data



statistik



terbukti



bahwa



seseorang



akan



memiliki



kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ), Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ). b. Kebiasaan hidup



Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), Kegemukan atau makan berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ). Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid (Endang Triyanto, 2014). 4. MANIFESTASI KLINIS HIPERTENSI Menurut Rokhaeni (2013), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : a. Mengeluh sakit kepala, pusing b. Lemas, kelelahan c. Sesak nafas d. Gelisah e. Mual muntah f. Epistaksis g. Kesadaran menurun 5. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan



keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan



kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2015). 6. PMERIKSAAN DIGNOSTIK HIPERTENSI a. Hemobloginb/Hematocrit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabitas, anemia. b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. d. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi. e. Kolesterol



dan



trigliserid



serum



:



peningkatan



kadar



dapat



mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukkan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler) f. Hipertensi: hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi steroid urin. g. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal danada DM. h. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi. i. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. j. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. k. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.



l. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung (Endang Triyanto, 2014).



7. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip



pengelolaan



penyakit



hipertensi



meliputi,



Penanggulangan



hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan : a. Penatalaksanaan Non Farmakologis 1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. 2) Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. 3) Terapi Herbal untuk Hipertensi (Jurnal) : a) Bahan yang dibutuhkan :  Daun dan batang seledri yang segar sebanyak 60 g  2 gelas air atau (400 ml) b) Langkah-langkah :  Cuci bersih daun dan batang seledri  Potong daun dan batang seledri dengan ukuran sedang



 Rebus dengan 2 gelas air (400 ml) sampai tersisa 1 gelas (200 ml) kurang lebih 15 menit.  Setelah mendidih matikan api dan biarkan air rebusan dingin  Setelah dingin saring dan minum air rebusan 2x sehari (Anggi S, 2020). b. Penatalaksanaan Farmakologis Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1) Mempunyai efektivitas yang tinggi 2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal 3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral 4) Tidak menimbulakn intoleransi 5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien 6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang 7) Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti



golongan



chlorthalidone),



diuretic



golongan



(furosemide,



betabloker



acetazolamide,



(acebutolol,



atenolol,



propranolol), golongan antagonis kalsium (amlodipine, ditiazem, felodipine), golongan penghambat konversi rennin angitensin (Rokhaeni, 2013). 8. KOMPLIKASI HIPETENSI Menurut Mubarak (2011) komplikasi yang terjadi, yaitu : a. Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.



b. Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung. c. Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit. d. Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.



9. WOC HIPERTENSI



Faktor genetik, jenis kelamin, ras, suku, usia dan gaya hidup



Hipertensi



Kerusakan vasikuler pembulu darah MK : PENURUNAN CURAH JANTUNG MK : INTOLERANSI AKTIVITAS



Beban akhir kerja jantung meningkat



Suplai O2 ketubunh kurang



Penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis)



Perubahan status kesehatan



Ketidakadekuatan pemahaman (kecemasan, kurang motivasi)



Kurang terpapar informasi



MK : DEFISIT PENEGTAHAUN



Menolak menjalani pengobatan/perawatan



MK : KETIDAKPATUHAN Vasokontruksi



Gangguan sirkulasi



Resistensi pembulu darah ke otak naik



Otak



Mata



Ginjal



Suplai O2 keotak turun



Spasme arteriol pada retina (penyempitan arteri) Gangguan penglihatan (star figure)



Vasokontruksi pembulu darah ginjal



MK : RESIKO CIDERA



Respon RAA



MK : NYERI AKUT MK : PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF



Blood flow aliran darah menurun



Rangsang aldosteron



MK : HIPERVOLEMIA



Edema



Retensi Na



MK : KETIDAKBERDAYAAN



ASUHAN KEPERAWATAN TEORI A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.



2. Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.



3. Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.



4. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.



5. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).



6. Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhirakhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.



7. Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).



Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.



8. Nyeri/ketidak nyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keter lambatan jantung), sakit kepala.



9. Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: distres



pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan



bunyi nafas tambahan. (krakties/mengi), sianosis.



10. Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi 2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman 3. Ketidakberdayaan berhubungan dengan program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang C. INTERVENSI KEPERAWATAN No . 1.



Diagnosa



Tujuan dan Keriteria



Intervensi



kep Defisit



Hasil Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :



pengetahuan



tindakan



berhubungan



selama



dengan



diharapkan



kurang



pengetahuan



terpapar



menigkat



informasi



keriteri hasil :



keperawatan Observasi : 1x



24



tingkat klien



1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan



menerima



informasi



dengan 2. Identifikasi faktor-faktor



1. Perilaku anjuran



jam



yang sesuai



meningkat



(5) 2. Verbalisasi



meningkatkan menurunkan perilaku



minat



dapat



dan sehat



hidup



dan motivasi berseh



dalam



belajar Terapeutik :



meningkat (5)



1. Sediakan



3. Kemampuan



materi



media



menjelaskan



pendidikan



kesehatan



pengetahuan tentang 2. Jadwalkan suatu



topik



meningkat (5)



pendidikan



kesehatan



sesuai



kesepakatan



4. Kemampuan



3. Berikan



menggambarkan pengelaman sebelumnya



dan



kesempatan



untuk bertanya Edukasi :



yang 1. Jelaskan



faktor



resiko



sesuai dnegan topik



yang



meningkat (5)



mempengaruhi kesehatan



5. Perilaku



dapat



sesuai 2. Ajarkan perilaku hidup



dengan pengetahuan meningkat (5)



bersih dan sehat 3. Ajarkan



strategi



yang



dapat digunakan untuk meningkatkan 2.



perilaku



hidup bersih dan sehat. dilakuakan Dukungan kepatuhan



Ketidakpatuh



Setelah



an



kunjungan selama 1x program pengobatan :



berhubungan



24



dengan



ketidakpatuan menurun Identifikasi



ketidakadeku



dengan keriteri hasi :



menjalani



atan



1.



Verbalisasi



pengobatan.



kemauan



Terapeutik :



mematuhi



1. Buat



pemahaman



jam



diharpakan Observasi : kepatuahn program



komitmen



perogram perawatan



menjalani atau



pengubatan 2.



3.



pengobatan dengan baik 2. Buat



jadwal



meningkat (5)



pendampingan keluarga



Verbalisasi



untuk



mengikuti anjuran



menemani pasien selama



meningkat (5)



menjalr



Perilaku mengikuti



pengobatan, jika perlu



program



4.



program



bergantian program



3. Dokumentasi



aktivitas



perawatan/oengoba



selama menjalani proses



tan meningkat (5)



pengobatan



Perilaku



4. Libatkan keluarga untuk



menjalankan



mendukung



anjuran meningkat



pengobatan yang dijalani



(5)



program



Edukasi : 1. Informasikan



program



penbobatan yang harus dijalani 2. Informasikan



manfaat



yang akan diperoleh jika teratur



menjalani



program pengobatan 3. Anjurkan keluarga



pasien



dan



melakukan



konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat, jika perlu.



3.



Ketidakberd



Setelah



dilakukan Promosi harapan :



yaan



tindakan



berhubungan



selama



dengan



diharapkan



dan



program



keberdayaan



pencapaian hidup.



perawatan/pe



mengingkat



ngobatan



keriteria hasil :



yang



1. Berpartisipasi dalam



keperawatan Observasi : 1x



24



1. Pandu



perawatan



atau



mengingkat (5)



panjang



dalam



mengingat



kembali kenangan yang menyenagkan



2. Perasaan



tertekan



(depresi)



menurun



(5)



keluarga



dengan Terapeutik :



kompleks jangka



jam Identifikasi harapan pasien



2. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan 3. Ciptakan yang



lingkungan memudahkan



mempraktikkan kebutuhan spiritual Edukasi : 1. Anjurkan mengungkapkan perasaan



terhadap



kondisi dengan realistis 2. Anjurkan mempertahankan hubungan



DAFTAR PUSTAKA Anggi Sakinah L.(2020). Pengaruh Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertens. Empowering Society Jurnal. Volume 1;No.1



(April,



2020):



26



32.https://ojs.fdk.ac.id/index.php/ESJ/article/view/666/0. 29 Jaruari 2021. Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu. Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC. Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung: Alfa Beta. Muhajidullah, A. (2012). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Krobokan Semarang. PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Keriteria Hasi Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. Stanly, M., & Gauntlett, P. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure or contain the according to national circumstances.



FFF



DOKUMENTASI