LP+Askep TB PARU [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEMBAR PENGESAHAN Laporan ini disusun oleh : Nama



: Hepi Nopita Sari



NIM



: 2018.C.11a.1011



Program Studi



: S-1 Keperawatan



Judul



: Asuhan Keperawatan Pada Tn. G Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya. Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh : Pembimbing Lahan



Pembimbing Akademik



Erika Sihombing, S.Kep., Ners



Rimba Aprianti, S.Kep., Ner



i



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn G Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru Di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya” Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK III). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan.



4.



Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.



5.



Erika Sihombing, S.Kep., Ners selaku pembimbing Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di RSJ Kalawa Atei



6.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 11 April 2022



Hepi Novita Sari



ii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2 1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2 1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru......................................................4 2.1.1 Definisi....................................................................................................4 2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................4 2.1.3 Etilogi......................................................................................................5 2.1.4 Klasifikasi................................................................................................7 2.1.5 Patofisologi (WOC).................................................................................9 2.1.6 Manifestasi Klinis...................................................................................12 2.1.7 Komplikasi...............................................................................................11 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11 2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................13 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................16 2.2.1 Pengkajian................................................................................................16 2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................20 2.2.3 Perencanaan Keperawatan.......................................................................20 2.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................26 2.2.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................26 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................28 BAB 4 PENUTUP............................................................................................43 4.1 Kesimpulan .............................................................................................43 4.2 Saran........................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................44



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benarbenar tercapai kesembuhan.



1



Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan TBC. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan tuberkulosis paru dan kebutuhan dasar manusia dengan oksigenasi di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1



Tujuan Umum Mahasiswa mampu untuk memberikan dan asuhan keperawatan pada Tn. G Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya



1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit pada Tn. G dengan diagnosa Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar manusia (oksigenisasi) Tn. G Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan menejemen asuhan keperawatan pada pasien Tn. G dengan diagosa Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.G dengan diagnosa Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Tn.G dengan diagnosa Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



2



1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. G dengan diagnosa Tuberkulosis Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi. 1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Untuk Mahasiswa Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya penyakit tuberkulosis paru dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian. 1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga Menambah



informasi



mengenai



penyakit



tuberculosis



paru



dan



pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk membantu progam pemerintah dalam pemberantasan tuberculosis paru. 1.4.3 Untuk Institusi Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional. 1.4.4 Untuk IPTEK Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian, 2015). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2015). 2.1.2 Anatomi Fisiologi



Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara



4



menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur udara dan mengubah permukaan saluran napas bawah. Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.  1.    Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernafasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah), konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas). Diantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian bawah ). Meatus ini dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus



5



paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus ethmoidalis pada rongga tulang tapis. Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptorreseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. 2.        Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. 3.        Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsu pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis. 4.    Trakea Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk



6



mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. 5.        Bronkus Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung paru yang disebut alveoli.  6.    Pulmo Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paruparu atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf. 2.1.3 Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015). Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut:



7



1. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif. 2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia, HIV. 3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme. 4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal ginjal kronis. 5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara, Haiti. 6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart. 7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan. 8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai misalnya tunawisma atau miskin. 2.1.4 Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit : (Puspasari, 2019) a. Tuberkulosis paru TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. b. Tuberkulosis ekstra paru TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya kelenjar limfe, pleura, abdomen, saluran kencing, kulit, selaput otak, sendi dan tulang Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya: a. Klien baru TB: klien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB paru sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari satu bulan (< 28 dosis). b. Klien yang pernah diobati TB: klien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama satu bulan atau lebih (≥ 28 hari). c. Klien berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu: 



Klien kambuh: klien TB paru yang pernah dinayatakn sembuh dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi







Klien yang diobati kembali setelah gagal: klien TB paru yang pernah diobati dan gagal pada pengobatan terakhir.



8







Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): klien TB paru yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up (dikenal sebagai pengobatan klien setelah putus berobat).







Lain-lain: klien TB paru yang pernah diobati tetapi hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.



Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat: Pengelompokkan penderita TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari mycobacterium tuberculosis terhadap OAT: a. Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja. b. Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan. c. Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan. d. Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR sekaligus resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin). e. Resisten Rifampisin (TB RR): resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi. Klasifikasi penderita TB berdasarkan status HIV: a. Klien TB dengan HIV positif b. Klien TB dengan HIV negatif c. Klien TB dengan status HIV tidak diketahui 2.1.5 Fatofisiologi Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru- paru. Partikel



dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5



mikromilimeter.



9



Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru- paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari. Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding



kavitas



akan



masuk



kedalan



percabangan



trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa



10



kebagian laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.



11



Droplet mengandungmicobecteriumtuberkulosae



Udaratercemarmicobecteriumtuberkulosae



Web of Caution (WOC) TB Paru Sumber :Menurut Raviglione. 2010. PatofisiologiPenyakitLimfadenitisTuberkulosis. Edisi 2.Jakarta : EGC Terhiruplewatsaluranpernapasa, masukkeparu-paru,masukke alveoli



Abnormalitasgenetik, faktor lingkungan, infeksi virus



Proses Peradangan, tuberkel



Kurang terpapar informasi



TB Paru



Defisit pengetahuan



Mycrobacterium tuberkulosis B1: Breathing



B2: Blood



B3: Brain



Inhalasi droplet



Penyubatan pembuluh darah limfa



Bakteri Miobacterium



Muncul reaksi Bakteri masuk ke radang



pernafasan atas dan mencapai alveolus



Terjadi pengeluaran



sekret



Produksi secret meningkat Bersihan jalan napas tidak efektif



Pola nafas tidak efektif



B4: Bladder Perubahan cairan intrapleura



Iskemik paru Aliran darah tidak adekuat



Penurunan suplai O2 keotak Pergerakan otot menurun Gangguan perfusi jaringan tidak efektif



Terhirup kesaluran pernafasa masuk ke paruparu,dan masuk ke alveoli



Mual, bb turun



Reaksi infeksi dan merusak parenkim paru Reaksi sistematis



Reaksi sistematis



Resfon imflamasi Produksi mediator nyeri nyeri meningkat



B5: Bowel



Resiko kekurangan cairan dan elektrolit



B6: Bone Profiferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ terinfeksi Menyebar melalui kelenjar getah bening, ke kelenjar regional menimbulkan reaksi oksidasi



Proses peradangan Anoreksia, mual, dan berat badan menurun



Kerusakan jaringan Mengalami perkejuan



Risiko defisit nutrisi



Nusiseptor terangsang



Nyeri akut



10



Difusi 02 menurun



Intoleransi aktivitas



2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) Tanda dan gejala tuberkulosis adalah: 1. Demam 2. Malaise 3. Anoreksia 4. Penurunan berat badan 5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan – bulan) 6. Peningkatan frekuensi pernapasan 7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit 8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi 9. Demam persisten 10.Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan 2.1.7 Komplikasi Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu : 1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru. 3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency). 5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan. 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA pada sputumseseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru. Pemeriksaan sputum juga dapatmengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan.



12



Pemeriksaan ini mudah dan murah, tapi kadang-kadang sulit untuk mendapatkan sampelsputum. Apabila ditemui kesulitan dalam mendapatkan sampel maka dapat dilakukan hal sebagai berikut : 1). Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan dianjurkanmelakukan reflex batuk. 2). Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garamhipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)Sputum yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu : a. Dahak setempat pertama ketika pasien dating b. Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam pertama c. Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa Dengan sediaan pulasan yang dipakai ialah menurut Wright-Giemza pulasan gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam, yang penting adalah Ziehl-Nesslen



dan



pulasangram.Untuk pemeriksaan gram lebih bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan larutan gram steril supaya kuman-kuman yang melekat hanya padaunsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronkus menjadi hanyut.Jika hendakmemakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari bakteri tahan asam, carilahsebagian dari sputum ituyang berkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan yanglebih tipis. Pemeriksaan



sediaan



langsung



dengan



mikroskop



fluoresense



dengan



sinarultraviolet.Walaupun sensitivitasnya tinggi sangat jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auraminro-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009) Pemeriksaan biakan Setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan koloni kuman Tuberkulosis mulai tampak. Bila setelah 1 minggu pertumbuhan koloni tidak juga tampak biakan dinyatakan negative Sediaan yang  dipakai yaitu Lowenstein Jensen, kudoh atauogawa. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar, 2009) Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara bactee(bactee 400 radio metric system) dimana kuman sudah dapat dideteksi



13



dalam 7-10 hari. Disamping itu dengan teknik Polimerase Chain Rection (PCR) dapat dideteksi kumanBTA lebih cepat. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009) Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga specimenhasilnya positif. Bila hanya satu specimen yang positif perlu diadakan pe meriksaan lebih lanjut fotorontgen dada atau pemerisaan sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang : a. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif. b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka pemeriksaan dahakdiulangi dengan SPS lagi. Apabila fasilitas memnungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan. Bila 3spesimen dahak hasilnya negative, diberikan antibiotic spectrum luas (missal : contrimocsasolatau amoksisilin) Selama 1-2 minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetapmencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS. a. Kalau hasil SPS positive, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positive b. Kalau hasil SPS tetap negative, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung diagnosis tuberkulosis paru 1). Bila hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, didiagnosis sebagai penderitatuberkulosis paru BTA negative rontgen positive 2). Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, pendrita tersebut bukantuberkulosis paru 2.1.9



Penatalaksanaan Medis



Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara: a. Promotif 1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC 2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko 3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. b. Preventif 1. Vaksinasi BCG



14



2. Menggunakan isoniazid (INH) 3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab. 4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini. Penatalaksanaan secara medik Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian : 1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan. * Streptomisin injeksi 750 mg. * Pas 10 mg. * Ethambutol 1000 mg. * Isoniazid 400 mg. 2. Jangka panjang Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis : * INH. * Rifampicin. * Ethambutol. Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan. 3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat : * Rifampicin. * Isoniazid (INH). * Ethambutol. * Pyridoxin (B6).



15



2.2



Menajemen Asuhan Keperawatan



2.2.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi usaha untuk mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari pengkajian keperawatan



meliputi



anamnesa,



pemeriksaan



kesehatan,



pengkajian,



pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo 2016 ). 1. Biodata 1) Identitas Pasien Nama, alamat, umur, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan. 2) Identitas Penanggung Jawab Nama , alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien. 2. Riwayat Penyakit (Muttaqin, 2008) 1) Keluhan Utama Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : a. Keluhan respiratoris, meliputi : a) Batuk Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat nonprodukti/produktif atau sputum bercampur darah. b) Batuk darah Keluhan batuka darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan utama pasien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah. c) Sesak napas



16



Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkin paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. d) Nyeri dada Nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena TB. b. Keluhan sistematis, meliputi : a) Demam Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek. b) Keluhan sistemis lain Keluhan yang bisa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang



bersifat



ringkas



sehingga



jawaban



yang



diberikan



klien



hanya



kata“Ya”atau”Tidak” atau hanya dengan anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan



batuk muncul (onset). Apakah ada keluhan lain seperti demam,



keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk disertai sputum kental atau tidak, Apakah klien mampu melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret. Apabila keluhan utama batuk darah , maka perlu ditanyakan kembali berapa banayak darah yang keluar. Saat melakukan



suatu anamnesis,perawat perlu



meyakinkan pada klien tentang perbedaan antara batuk darah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis, hal ini sering menjadi rancu. Tabel 2.2 Perbedaan Batuk Darah Dan Muntah Darah (Muttaqin, 2008). Tanda



Batuk darah



17



Muntah darah



Epistaksis



Dihidung



Sumber



Saluran pernafasan



Saluran



perdarahan



bagian bawah



gastrointestinal



Cara keluar



Dibatukkan dan rasa



Dimuntahkan dengan Darah menetes



darah



panas di tenggorokan



rasa mual



Rasa gatal di tenggorokan Rasa mual dan Gejala awal



Warna darah



Ciri khas darah



dari hidung Demam



dan dada rangsangan



kemudian



batuk



dimuntahkan



Merah lebih terang dan



Merah lebih tua dan Darah berwarna



segar karena



gelap karena



bercampur dengan



bercampur dengan



oksigen di jalan napas



asam lambung



Darah segar,berbuih, dan



Sering bercampur



berwarna merah muda



makanan dan asam



merah segar



lambung



3) Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah. 5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual Pengkajian psikologi pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini Perawat juga perlu menanyakan



18



kondisi pemukiman tempat tinggal klien hal ini penting mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup ditempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari kurang. 6) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara



selintas



pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, spoor, soporkoma, atau koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru biasanya didapatkan peningktan suhu tubuh secra signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan bfrekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi. b. B1 (Breathing) a) Inspeksi Bentuk dada, gerakan pernapasan, batuk, sputum. b) Palpasi Palpasi trakhea, gerakan dinding thoraks/ekskrusi pernapasan, getaran suara (fremitus vocal). c) Perkusi Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. d) Auskultasi Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. c. B2 (Blood) a) Inspeksi Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik. b) Palpasi



19



Denyut nadi perifer melemah. c) Perkusi Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat. d. B3 (Brain) Kesadaran biasanya composmentis ditemukan adanya sianosi perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. e. B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan funsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin. f. B5 (Bowel) Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. g. B6 (Bone) Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak teratur. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa



Keperawatan



adalah



penilaian



klinis



tentang



respon manusia



terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015). a.



Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) berhubungan dengan mukus



dalam jumlah berlebihan b.



Gangguan



pertukaran



gas



(00030)



berhubugan



dengan



perubahan



membrane alveolar kapiler c.



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan



dengan faktor biologis d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit 2.2.3 Intervensi Keperawatan



20



Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Intervensi keperawatan meliputi : perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan (Triyana, 2013). Tabel Perencanaa Keperawatan (Herdman, 2015) (Gloria, 2016) (Moorhead, 2016) NO 1.



Diagnosa



Diagnosa



Keperawatan



Keperawatan



Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan



Kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea(mampu menge luarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas



Intervensi - Pastikan kebutuhan oral/tracheal suction - Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning - Informasikan pada pasien dan keluarga tentang suctioning - Instruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum suction nasotracheal dan gunakan oksigen sesuai kebutuhan - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal - Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal - Monitor status oksigen klien - Hentikan suction dan berikan oksigen apabila klien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll - Instruksikan klien dan kelurga bagaimana cara melakukan suction jalan nafas Manajemen Jalan Nafas (3140) - Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi - Identifikasikan kebutuhan actual/potensial klien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas - Masukkan alat



21



nasopharyngeal airway (NPA) atau oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana mestinya - Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Buang secret dengan batuk/suction - Motivasi klien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk - Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan - Lakukan suction melalui endotrakea atau nasotrakea, sebagaimana Kelola pemberian bronkodilator bila perlu - Berikan pelembeb udara kassa basah NaCl lembab - Atur intakecairan untuk mengoptimalkan keseimbangan - Monitor status pernafasan dan status O2 2.



Gangguan pertukaran gas berhubugan dengan perubahan membrane alveolar kapiler



Status Pernafasan : Pertukaran Gas (0402) Status pernafasan : Ventilasi (0403) Tanda-tanda Vital (0802)



Manajemen Jalan Nafas (3140) - Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu - Posisikan pasien untuk Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi Mendemonstrasikan - Identifikasikan kebutuhan peningkatan ventilasi actual/potensial pasien untuk dan oksigenasi yang memasukkan alat membuka jalan adekuat nafas Memelihara kebersihan - Masukkan alat paru-paru dan bebas dari nasopharyngeal airway tanda-tanda distress (NPA) atau oropharyngeal airway pernafasan (OPA), sebagaimana mestinya Mendemostrasikan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu batuk efektif dan sura napas - Buang secret dengan yang bersih, tidak ada batuk/suction sianosis dan dyspneu - Motivasi pasien untuk bernafas (mampu mengeluarkan pelan, dalam, sputum mampu bernafas berputar, dan batuk dengan mudah, tidak ada - Auskultasi suara napas, catat pursed lips) adanya suara Tanda vital dalam tambahan rentang normal - Lakukan suction melalui endotrakea atau nasotrakea, sebagaimana mestinya 22



- Kelola pemberian bronkodilator bila perlu - Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab - Atur intake unruk cairan mengoptimalkan keseimbangan -Monitor status pernafasan dan status O2



3.



Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Asupan nutrisi kurang dari Makanan dan Cairan kebutuhan tubuh Status Nutrisi : Asupan berhubungan dengan faktor Nutrisi Kriteria biologis Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengiidentifikasikan kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 23



Monitor Pernafasan (3350) - Monitor kecepatan, kedalaman, irama dan kesulitan bernafas - Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas,dan retraksi pada otot supraclavikular dan interkosta - Monitor suara napas tambahan, seperti ngorok atau mengi - Monitor pola napas - Catat lokasi trakea - Monitor kelelahan otot diafragman (gerakan paradoksis) - Auskultasi suara napas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan - Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi nafas ronkhi di paru - Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya Manajemen Nutrisi - Identifikasi adanya alergi atau toleransi makanan yang dimiliki pasien - Tentukan apa yang mennjadi preferensi makanan bagi klien - Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi - Tentukan jumlah kalori danjenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi - Atur diet yang diperlukan - Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkomsumsi makan



Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



4.



Hipertermi berhubungan penyakit



Termoregulasi Kriteria dengan Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal 24



- Monitor kalori dan asupan makanan - Ajurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan Monitor Nutrisi (1160) - Timbang BB klien - Monitor kecenderungan turun dan naiknya BB - Monitor tipe dan banyaknya latihan yang bisa dilakukan - Monitor turgor kulit dan mobilitas - Monitor lingkungan selam makan [ - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan - Monitor kulit kering dan perunbahan pigmentasi - Identifikasi adanya abnormalitas rambut (kering,tipis, kasar,rambut kusam, dan mudah patah) - Monitor mual dan muntah - Lakukan pemeriksaan laboratorium, Monitor hasilnya (kolestrol, kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht) - Monitor pertumbuhan dan perkembangan - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva - Monitor kalori dan intake nutrisi - Identifikasi adanya ketidaknormalan dalam rongga mulut - Tentukan actor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi Perawatan Demam - Pantau suhu dan tanda- tanda vital - Monitor warana kulit dan suhu - Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan



Tridak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing



25



- Dorong konsumsi cairan - Monitor intake dan output - Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering - Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam - Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung fase demam - Lakukan tapid sponge - Beri obat atau cairan intravena - Kompres pasien pada lipat paha dan aksila - Tingkatkan sirkulasi udara - Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil Pengaturan Suhu - Monitor suhu minimal setiap 2 jam - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu - Monitor TD, nadi, dan RR - Monitor warna dan suhu kulit - Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala hipertermi dan hipotermi - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat - Selimuti bayi segera setelah lahir untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh - Instruksikan klien bagaimana mencegah keluarnya panas dan serangan panas - Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari demam yang berlebihan - Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletlahan akibat panas dan penanganan emergensi yang tepat, sesuai kebutuhan



- Informasikan mengenai indikasi dari hipotermi dan penanganan yangn diperlukan - Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan - Berikan antipiretik jika perlu Monitot Tanda-Tanda Vital - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR - Catat adanya fluktuasi yang luas pada tekanan darah - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri - Aukultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan - Monitor TD,denyut nadi,dan pernapasan sebelum, selama, dan setelah aktivitas - Monitor keberadaan dan kualitas nadi - Monitor irama pernapasan dan laju pernapasan - Monitor suara paru - Monitor pola pernapasan abnormal - Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit - Monitor sianosis sentraldan perifer - Monitor terkait dengan adanya adanya 3 tanda Cushing reflex (misalnya,tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan tekanan darah sistolik - Identifikasi penyebab perubahan tanda-tanda vital 2.2.4 Implementasi Keperawatan Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010). 2.2.5 Evaluasi keperawatan



26



Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2010).



27



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa Nim Ruang Praktek Tanggal Praktek Tanggal & Jam Pengkajian 3.1 PENGKAJIAN



: Hepi Novita Sari : 2018.C.11a.1011 : Gardenia : 11 – 14 April 2020 : 11 April 2022 & 13:00 WIB



3.1.1 Identitas Klien Nama



: Tn. G



Umur



: 55 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Suku/Bangsa



: Banjar/Indonesia



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Petani



Pendidikan



: SD Sederajat



Status Perkawinan



: Menikah



Alamat



: Jl. Rindang Banu



Tgl MRS



: 09 April 2022



Diagnosa Medis



: TB Paru



3.1.2 Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan sesak nafas 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami sesak nafas dan batuk berdahak bercampur darah kurang lebih 1 minggu, lalu keluarga pasien langsung mengantar pasien ke RSUD dr.Doris Sylvanus. Di IGD pasien diberikan tindakan terapi nebulizer combivent 25g setelah itu pasien di antar ke ruangan Gardenia untuk di rawat inapkan, dan sekarang pasien tampak merasakan sakit sedang, terpasang infus NaCL 0,9% 14 tpm di sebelah tangan kiri pasien dan terapi Oksigen nasal kanul 3L/mnt.



28



3. Riwayat Penyakit Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu pasien juga mengalami penyakit yang sama seperti sekarang 4. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga GENOGRAM KELUARGA :



Keterangan :



3.1.3



: Laki – Laki



: Tinggal satu rumah



: Perempuan



: Hubungan Keluarga



: klien



: Meninggal



Pemeriksaan Fisik



1. Keadaan Umum Pasien tampak merasakan sakit sedang, pasien terbaring di tempat tidur dengan posisi semi fowler, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3L/mnt dan infus NaCL 0,9% di tangan kiri pasien. 2. Status Mental Tingkat Kesadaran Compos Mentis, Ekspresi wajah Lesu, Bentuk badan Simetris, Cara berbaring/bergerak Baik, Berbicara Lancar (Baik), Suasana hati Sedih, Penampilan Rapi.



29



Pada pengkajian Orientasi, Pasien dapat membedakan siang dan malam. Pasien dapat mengenal perawat dan orang sekelilingnya. Pasien tau bahwa dia diarawat di rumah sakit saat ini. 3. Tanda-tanda Vital Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pada Tn. G dapat hasil Tekanan Darah 136/100 mmHg, Nadi 82 x/mt,RR 28 x/mt Suhu 360C pada Axilla. 4. Pernapasan (Breathing) Bentuk Dada Simetris, pasien tidak punya kebiasaan merokok, klien Batuk sejak 1 hari sebelum MRS, sputum berwarna kuning bercampur darah, sesak nafas saat istirahat, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, suara nafas vesukuler, suara nafas tambahan ronchi Keluhan lainnya : Pasien mengatakan saat istirahat ataupun aktivitas biasa kadang-kadang bisa tiba-tiba sesak nafas ringan Masalah Keperawatan : -



Bersihan jalan nafas tidak efektif



-



Pola nafas tidak efektif



5. Cardiovasculer (Bleeding) Nyeri dada tidak ada, Capillary refill < 2 detik, Ictus Cordis tidak melihat, Vena jugularis tidak meningkat, Suara jantung normal. 6. Persyarafan (Brain) Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS klien, mata nilainya 4 karena klien dapat membuka secara spontan, verbal nillainya 5 karena klien berbicara dengan jelas, motoric nilainya 6 karena klien dapat mengekstensi tangan dan kaki dengan normal, Total Nilai GCS adalah 15 dengan kesadaran compos Menthis, Pupil Isokor. Pemeriksaan uji syaraf kranial : Nervus Kranial I (Olfaktorius) : Pasien dapat membedakan bau balsam dan minyak kayu putih. Nervus Kranial II (Optikus) : Pasien



dapat



melihat



objek



jauh



dan



dekat.



Nervus



Kranial



III



(Occulomotorius) : pasien mampu menggerakan mata ke semua arah. Nervus Kranial IV (Trochlearis) : Pasien dapat menggerakan mata ke atas dan ke bawah. Nervus Kranial V (Trimgeminius) : Pasien dapat membuka mulutnya.



30



Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat menggerakan kedua matanya kekiri dan kekanan. Nervus Kranial VII (Fasialis) : Pasien dapat tersenyum. Nervus Kranial VIII (Vestibulocochearis : Pasien merespon saat di panggil. Nervus Kranial IX (Glosofaringel) : Pasien dapat menelan. Nervus Kranial X (Vagus) :Pasien dapat menggerakan organ tubuhnya. Nervus Kranial XI (Asesorius) :Pasien dapat menggerakan bahu. Nervus Kranial XII (Hipoglosus) : Pasien dapat menjulurkan lidahnya. Pemeriksaan Uji Koordinasi Ekstrimitas Atas Jari ke jari Positif,



Jari



ke



hidung Positif, Ekstrimitas Bawah Tumit ke jempul kaki Positif,Uji Kestabilan Tubuh Positif. Refleks :Bisep refleks bisep dan trisep kanan negatif dengan skala 4, refleks brakioradialis kanan negatif dan kiri positif dengan skala 4, refleks patela kanan positif dengan skala 4 dan refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 4, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 4. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon. 7. Eliminasi Uri (Bladder) Produksi Urine 1500 ml, 6 x/hr, Warna Kuning, Bau Amoniak, Tidak ada masalah/lancer. 8. Eliminasi Alvi (Bowel) Mulut klien terlihat normal, Bibir Kering, Gigi Lengkap, Gusi Tidak ada peradangan, Lidah Lembut dengan Pucat, Mukosa Lembut, Tonsil Normal, Rectum Normal, Haemoroid Tidak ada, BAB 2 x/hr Warna Kuning, Tidak ada masalah, Bising usus Normal. 9. Tulang – Otot – Integumen (Bone) Kemampuan pergerakan sendi Bebas, Ukuran otot Simetris, Tulang belakang Normal. 10. Kulit-kulit Rambut Riwayat alergi Makanan Ikan Patin, Suhu kulit Hangat, Warna kulit Normal, Turgor Cukup, Tekstur Kasar, Tekstur rambut Kering, Bentuk kuku Simetris. 11. Sistem Penginderaan Pengelihatan klien baik, fungsi pengelihatan normal, bola mata bergerak normal, selera normal/putih, konjungtiva Merah mudah, kornea berwarna



31



bening, tidak mengunakan alat bantu kaca mata. Fungsi pendengaran normal, bentuk hidung simetris tidak ada lesi. 12. Leher dan Kelenjar Limfe Tidak terdapat masa pada leher klien, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba jaringan limfe, tidak ada teraba kelenjar tiroid, dan mobilisasi leher bebas. 13. Sistem Reproduksi Reproduksi wanita ( tidak dilakukan pengkajian ) 3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakitnya, agar bisa berkumpul dengan keluarganya lagi 2. Nutrisida Metabolisme Klien



memiliki tinggi badan 173 cm dengan berat badan 55 kg



sebelum sakit, sesudah sakit berat badan klien 40 kg, pasien memiliki diet biasa dan diet khusus DKTP, tidak ada mual, tidak ada kesukaran menelan, frekuensi makan 2x sehari sesudah dan sebelum sakit. Porsi makanan klien sesudah sakit 1 tidak habis,dan sebelum sakit 1 porsi habis. Nafsu makan klien baik,jenis makanan yang dimakan sebelum sakit biasanya Nasi, Lauk Pauk, Sayur, sesudah sakit nafsu makannya berkurang,Nasi, Lauk Pauk, Sayur, jenis minuman yang sering di minum adalah air putih baik sebelum sakit dan sesudah sakit, jumlah minuman sebelum sakit 1500 cc/hari sesudah sakit 150 cc/hari, kebiasaan makan biasanya sebelum dan sesudah sakit pagi hari dan malam. Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi 3. Pola istirahat dan tidur Pola istirahat dan tidur klien sebelum sakit pasien tidur malam ± 4 jam, siang ± 1 jam.Sedangkan saat sakit pasien tidur malam 6-8 jam, malam ± 1 jam 4. Kognitif :



32



Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mengerti apa yang di sampaikan 5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) : Pasien mengatakan sayang dengan anggota tubuhnya, pasien mengatakan ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi, saya senang karena keluarga sangat memperhatikan saya. 6. Aktivitas Sehari-hari Pasien mengatakan selain dari profesinya seorang petani, aktivitas sehari-hari pasien juga suka berkebun di depan rumahh 7. Koping –Toleransi terhadap Stress Pasien mengatakan setiap ada masalah pasien selalu menceritakannya kepada istrinya 8. Nilai-Pola Keyakinan Pasien mengatakan bahwa dia aktif kegiatan ibadah di mesjid 3.1.5 SOSIAL – SPIRITUAL 1. Kemampuan berkomunikasi Pasien mampu berkomunikasi dengan baik 2. Bahasa sehari-hari Pasien menggunakan bahasa dayak 3. Hubungan dengan keluarga : Baik 4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Baik 5. Orang berarti/terdekat : Istri dan anak-anaknya 6. Kebiasaan menggunakan waktu luang : Pasien mengatakan di waktu luang dihabiskan untuk berkumpul dengan keluarga 7. Kegiatan beribadah : Pasien aktif melakukan kegiatan biadah seperti sholat 3.1.6 Data Penunjang (radiologis, laboratorium, penunjang lainnya)



33



1. Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi Pemeriksaan Radiologi



Pemeriksaan Lab



Pemeriksaan Thorax dada di diagnosa



Pemeriksaan darah



TB Paru



- Hemoglobin 15,7 - Trombosit 170.000



3.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS Terapi medis



Dosis



Rute



Indikasi



Inj Ceftriaxone



1 x 2 gr



Intravena



Mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun positif



Inj.Moxitooxone



1 x 400 gr



Intravena



Mengatasi berbagai bakteri yang ada pada tubuh



Inj.



2 x 1 gr



Intravena



Mengatasi peradangan



2 x 1 gr



Intravena



Mengatasi ulkus lambung



Methylprednisolone Inj. Omeprazole



dan duoneum Salbutamol



3 x 1 mg



Oral



Mengatasi proses pernapasan agar lancar



Palangka Raya, 11 April 2022 Mahasiswa



Hepi Novita Sari



34



ANALISA DATA DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF



DS :



KEMUNGKINAN PENYEBAB



MASALAH



TB Paru



Ketidak efektifan bersihan jalan nafas



Pasien mengatakan sesak nafas, dan batuk berdahak



Ada masalah di Parenkin Paru



bercampur darah DO: -



Pasien tampak merasakan sakit



sedang,



Timbul peradangan di bronkus



pasien



terbaring di tempat tidur dengan



posisi



semi



Penumpukan secret



fowler, pasien terpasang oksigen



nasal



kanul



3L/mnt dan infus NaCL 0,9%



di



tangan



kiri



Sekret tidak keluar saat batuk



pasien. -



Pasien tampak sesak



-



Pasien tampak lesu



TTV -



TD : 136/100 mmHg



-



N : 82 x /mnt



-



RR : 28 x /mnt



-



S : 36 oC



DS :



Ketidak efektifan bersihan jalan nafas



Faktor predisposisi



Paien mengatakan sesak nafas, saat istirahat maupun 35



Pola nafas tidak efektif



aktivitas.



Edema, di bronkiolus sehingga secret susah keluar



DO : -



Pasien tampak sesak nafas, nafas tidak teratur,



Obstruksi bronkalis awal dan ekspirasi



ditandai dengan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3L/mnt dan infus



Udara tertangkap di aveoli



NaCL 0,9% di tangan kiri pasien. -



Sesak nafas, nafas pendek



Pasien tampak lesu



TTV -



TD : 136/100 mmHg



-



N : 82 x /mnt



-



RR : 28 x /mnt



-



S : 36 oC



Pola nafas tidak efektif



36



PRIORITAS MASALAH



37



1. Bersihan jalan Napas tidak efekif berhubungan dengan penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk ditandai dengan pasien mengatakan sesak nafas, dan batuk berdahak bercampur darah, pasien tampak merasakan sakit sedang, pasien terbaring di tempat tidur dengan posisi semi fowler, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3L/mnt dan infus NaCL 0,9% di tangan kiri pasien, pasien tampak sesak, pasien tampak lesu. TTV : TD : 136/100 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 28 x /mnt, S : 36 oC 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi udara di aveoli di tandai dengan pasien mengatakan sesak nafas, saat istirahat maupun aktivitas, pasien tampak sesak nafas, nafas tidak teratur, ditandai dengan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3L/mnt dan infus NaCL 0,9% di tangan kiri pasien, pasien tampak lesu, TTV : TD : 136/100 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 28 x /mnt, S : 36 oC



38



3.3 Rencana Keperawatan Nama Pasien : Tn. G Ruang Rawat : Gardenia Diagnosa Keperawatan 1. Ketidak efektifan bersihan



Tujuan (Kriteria hasil)



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan



Latihan batuk efektif



jalan nafas berhubungan



keperawatan 1x 7 jam



1. Identifikasi kemampuan



dengan penumpukan secret



diharapkan bersihan jalan nafas



yang tidak keluar saat batuk



pasien membaik, dengan kriteria



batuk 2. Atur posisi semi



hasil :



fowler/fowler



1. Teknik batuk efektif baik



3. Jelaskan tujuan dan prosedur



2. Menunjukan perkembangan jalan



batuk efektif 4. Kolaborasi pemberian obat,



nafas yang efektif



jika perlu



3. Status pernafasan/kepatenan jalan nafas tidak terganggu 4. Frekwensi nafas



39



Rasional 1. Agar mengetahui kemampuan pasien saat batuk 2. Agar pasien dapat relax dan jalan nafas lancer 3. Untuk mengantisipasi pasien saat batuk, posisi dan tekniknya sudah tau 4. Berkolaborasi agar jalan nafas kembali normal



membaik 5. Keadaan pasien membaik 2. Pola nafas tidak efektif



Setelah dilakukan tindakan



Manajemen pola nafas



1. Agar mengetahui pola nafas



berbubungan dengan obstruksi



keperawatan 1 x 7 jam



1. Pantau jalan nafas



pasien normal, atau tidak



udara di aveoli



diharapkan pola nafas pasien



2. Posisikan klien



membaik, dengan kriteria hasil :



2. Agar pasien lebih tenang dan



semi-fowler/fowler



1. Pola nafas teratur



3. Ajarkan teknik batuk efektif



2. Frekwensi pernafasan



4. Kolaborasi dalam pemberian



membaik



relax 3



saat batuk, posisi dan



obat, jika perlu



3. Menunjukan kepatenan jalan



tekniknya sudah tau 4



nafas



Untuk mengantisipasi pasien



Kolaborasi agar pola nafas pasien normal



4. Pasien mampu menguasai teknik batuk efektif 5. Keadaan pasien membaik



40



3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Pasien : Tn. M Ruang Rawat : Gardenia Hari / Tanggal Jam Diagnosa 1 Senin, 4 Mei 2019 9.00 WIB



Implementasi 1. Meliat teknik dan dari pasien batuk 2. Menghitung frekwensi pernapasan pasien 3. Mengatur posisi semi



Evaluasi (SOAP)



nafas berkurang O: 1. Pasien tampak lemah 2. Frekwensi nafas pasien membaik 3. Pasien tampak tenang setelah



batuk efektif pada pasien 5. Kolaborasi dalam



Nama Perawat



S : pasien mengatakan sesak



fowler 4. Mengajarkan teknik



Tandatangan dan



di atur posisi semi fowler 4. Pasien mampu mengikuti



pemberian nebulizer



cara batuk efektif 5. Setelah diberi tindakan nebulizer, pasien sesak nafasnya Berkurang A : bersihan jalan nafas teretasi



41



Hepi Novita Sari



P : lanjutkan perawatan di rumah oleh keluarga dan konsumsi OAT selama 6 bulan Diagnosa 2



1. Menghitung ttv pasien



S : Pasien mengatakan sesak



Senin, 4 Mei 2019



2. Memposisikan pasien semi-



nafas berkurang



9.00 WIB



fowlwe 3. Mengajarkan teknik batuk efektif



O : Pasien terbaring di tempat tidur, rasa sakit tampak sudah berkurang



4. Kolaborasi pemberian obat



1. RR 24x/mnt



Nebulizer combivent



2. TD 120/80mmHg 3. N 96/mnt 4. S 360C 5. Terpasang oksigen 3L/mnt 6. Terpasang Inf NaCl 0,9% 14 tpm di sebelah kiri A : Pola nafas tidak efektif teratasi P : Lanjutkan perawatan di



42



Hepi Novita Sari



rumah oleh keluarga dan konsumsi Obat Anti Tuberkuloasis (OAT) selama 6 bulan



43



BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain. Diagnosa yang pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk. Sehingga pasien dengan ini sangat membutuh suplai O2 lebih banyak dengan pemberian oksigenasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 7 jam Diagnosa yang pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk di tandai dengan dahak susah keluar. Sehingga pasien Pola nafas teratur, Frekwensi pernafasan membaik, Menunjukan kepatenan jalan nafas, Pasien mampu menguasai teknik batuk efektif, Keadaan pasen membaik. 4.2 Saran Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama TB Paru. Oleh karena itu, mahasiwa keperawatan juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.



44



DAFTAR FUSTAKA Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/ Anonim. 2002. Tuberkulosis Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. diaksestanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari http://www.klikpdpi.com/ konsensus/tb/tb.pdf 2002 Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan), Bandung Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru. Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari http://www.scribd.com /doc/52033675/ Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta. Mansjoer, Arif. 1999. Jakarta:Media Aeculapius



Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.



Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.



45