Lta Dian Retno Wati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FORMULASI DAN PEMBUATAN EYE SHADOW TIPE COMPACT POWDER EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.)



Oleh : DIAN RETNO WATI NIM : 1748401036



LAPORAN TUGAS AKHIR KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN FARMASI TAHUN 2020



FORMULASI DAN PEMBUATAN EYE SHADOW TIPE COMPACT POWDER EKSTRAK UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.)



Laporan Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang



Oleh : DIAN RETNO WATI NIM : 1748401036



LAPORAN TUGAS AKHIR KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN FARMASI TAHUN 2020



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN FARMASI Laporan Tugas Akhir, Juni 2020 Dian Retno Wati Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) xvii+118 halaman, 11 tabel, 16 gambar, 11 lampiran ABSTRAK Pada tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal dan dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) antara lain pewarna berbahaya atau pewarna sintesis yang disalahgunakan pada sediaan tata rias yang dapat menyebabkan kanker, kelainan pada janin, dan iritasi kulit. Pewarna alami merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan, maka ekstrak ubi jalar ungu dapat digunakan sebagain pewarna alami dalam eye shadow. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Kemudian masing-masing konsentrasi dilakukan evaluasi mutu eye shadow tipe compact powder meliputi uji organoleptis, homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan dan kesukaan. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Hasil evaluasi dianalisis menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% memiliki peningkatan warna mulai dari putih keunguan hingga ungu tua; berbau khas; dan memiliki tekstur yang halus. Semua konsentrasi memiliki susunan yang homogen. Pada konsentrasi 5%-20% memiliki efektivitas pada saat pengolesan yang baik, dan pada konsentrasi 10%-30% memiliki kekerasan yang baik yaitu tidak mudah pecah serta pada uji kesukaan eye shadow tipe compact powder yang paling disukai adalah formula eye shadow tipe compact powder konsentrasi tertinggi yaitu 30%.



Kata Kunci : Formulasi, Pembuatan, Eye shadow, Compact powder, Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)



iii



POLYTECHNIC OF HEALTH TANJUNGKARANG PHARMACEUTICAL DEPARTMENT Final Project Report, June 2020 Dian Retno Wati Formulation and Making of Eye Shadow Type of Compact Powder Purple Sweet Potato Extract (Ipomoea batatas L.) xvii+118 pages, 11 tables, 16 images, and 11 attachments ABSTRACT In the year of 2018, BPOM RI found 112 billion rupiah of illegal cosmetics and and / or contained prohibited substances (BD) / hazardous substances (BB) including dangerous dyes or synthetic dyes that were misused on cosmetology preparations that could cause cancer, fetal abnormalities, and skin irritation. Natural dyes are an alternative that can be used, so purple sweet potato extract can be used as a natural coloring in eye shadow. Purple sweet potato (Ipomoea batatas L.) is a food substitute that can be used as a coloring agent because it contains anthocyanin pigments. This study aims to obtain a formulation of eye shadow type of compact powder extract of purple sweet potato (Ipomoea batatas L.) with variations in the concentration of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and 30%. Then each concentration was evaluated on the quality of the compact powder type eye shadow including organoleptic test, homogeneity, effectiveness (topical), hardness and preference. The research conducted is experimental. Evaluation results were analyzed using univariate analysis. The results obtained showed that the eye shadow type of compact powder of purple sweet potato extract (Ipomoea batatas L.) with variations in the concentration of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and 30% had an increase in color ranging from white purple to deep purple; special smell; and has a smooth texture. All concentrations have a homogeneous arrangement. At a concentration of 5% -20% it has effectiveness at the time of good application, and at a concentration of 10% -30% has a good hardness that is not easily broken and in the preference test for compact powder type eye shadow the most preferred is the formula for compact powder type eye shadow the highest concentration is 30%. Keywords



: Formulation, Making , Eye shadow, Compact powder, Sweet Potato Extract Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.)



iv



BIODATA PENULIS



Nama NIM Tempat/Tanggal Lahir Agama Jenis Kelamin Status Mahasiswa Alamat



: Dian Retno Wati : 1748401036 : Merbau Mataram, 13 Oktober 1999 : Islam : Perempuan : Reguler : Jl. Raya Suban, Hargosari II, Kel. Merbau Mataram, Kec. Merbau Mataram, Lampung Selatan, Lampung



Riwayat Pendidikan TK (2003 - 2005) SD (2005 - 2011) SMP (2011 - 2014) SMA (2014 - 2017) DIII (2017-2020)



: TK Dharma Pertiwi Merbau Mataram : SD Negeri 1 Merbau Matarm : SMP Negeri 2 Merbau Mataram : SMA Negeri 1 Tanjung Bintang : Poiteknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi.



v



LEMBAR PERSETUJUAN Laporan Tugas Akhir “Formulasi Dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)” Penulis Dian Retno Wati/NIM: 1748401036 Telah di periksa dan disetujui pembimbing Laporan Tugas Akhir Program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi.



Bandar Lampung, 15 Januari 2020 Tim Pembimbing LTA



Pembimbing I



Indra Gunawan, M.Sc. NIP. 198306242014021001



Pembimbing II



Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si. NIP. 197405091999032002



vi



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir “Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)” Penulis Dian Retno Wati/NIM: 1748401036 Diterima dan disah kan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi, sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III.



Tim Penguji



Dra. Dias Ardini, Apt., MTA. Ketua



Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si. Anggota



Indra Gunawan, M.Sc. Anggota



Mengetahui Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjungkarang



Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes. NIP. 19650207199910112001



vii



LEMBAR PERNYATAAN



Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama



: Dian Retno Wati



NIM



: 1748401036



Program Study/ Jurusan



: D III/ Farmasi



Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas Akhir yang berjudul: “Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)” Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.



Bandar Lampung, Juni 2020



Dian Retno Wati



viii



MOTTO



“Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang telah membuat kita sulit, karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah aku punya Allah”



(Ali bin Abi Thalib)



ix



PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang berlimpah ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kemudahan dalam setiap langkahku, menjadi tempat memohon dan mencurahkan segala isi hati dan keluh kesah dalam menjalani kehidupan ini, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini yang akan ku persembahkan untuk :



Bapak dan ibu ku tercinta, tersyang, tersegala-galanya yaitu yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, mokesabaran dan pengorbanan yang selalu kalian berikan kepadaku serta jasa-jasa kalian yang tak terhingga. Sampai saat ini mungkin ku belum mampu berbuat lebih untuk membahagiakan kalian, biarkanku tuk tetap terus berdoa dan berusaha agar suatu saat nanti dapat membahagiakan kalian seperti kalian membahagiakanku hingga saat ini. Dan kelak kalian tersenyum bangga melihat keberhasilanku berkat usaha dan doa kalian yang selalu menyertaiku, Aamiin….. Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku, jauhkan mereka dari azab kubur dan api neraka, berilah selalu kesehatan kepada mereka, serta keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal Alamin……



Untuk Mamas dan mba ku tersayang, terimakasih atas kasih sayang, dukungan, bantuan dan semangatnya. Semoga ku bisa menjadi adik yang membanggakan untukmu dan semoga kita dapat menjadi harapan, kebanggan, dan anak yang berbakti kepada bapak dan ibu. Untuk keponakanku yang lucu sekaliii, yang selalu memberikan semangat dengan tingkah lucu dan menggemaskanmu serta selalu membuat tawa untukku.. My best friend kuliah terterterr…..Yoke yang gk bisa jauh dariku ,



sahabat berangkat kuliah, di kosan, pas tidur, apalagi makan, pokoknya ape-ape kalo bisa berdua dah terimakasih atas dukungan, dan semangatnya ya sebenarnya dia juga perlu penyemangat. Walaupun kadang suka atau banyak menyebalkannya tapi aku sayang kamu. Banyak keluh kesah yang mungkin kuceritakan padanya begitupun sebaliknya.



x



Terimakasih kepada Pembimbing Utama Bapak Indra Gunawan, M. Sc., Pembimbing Kedua Ibu Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si., Penguji Ibu Dra. Dias Ardini yang telah meluangkan waktunya, bimbingan, saran, masukan, arahan dan ilmu yang telah diberikan selama penyusunan LTA ini, Dosen dan Staff Farmasi yang telah sabar mendidik, mengajarkan banyak hal, dan memberikan tauladan yang baik, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi. Semoga semua ilmu yang Bapak/Ibu berikan dapat bermanfaat dan menjadi berkah di kehidupan saya. Aamiin….. Untuk sahabat-sahabat BRS ( Bocah Rantau Squad) = Srik, Rohmiyani, Yoke, Milea, Pialala, Umi, Eka, Devi, Nova, Hawa yang selalu tak henti-hentinya ghibah time terimakasih untuk semua-muanya, waktu, motivasi, semangat, dukungan, canda-tawa, keluh kesah curhatan, dan pemikiran yang gk selalu sama dan masih banyak lagi momen kebersamaan yang mungkin gk bakal dilupain dan gk bisa disebutin satusatu…....ILY



Teruntuk teman-teman sealmamater dan seperjuangan yang juga berjuang tuk gelar Amd. Farm., semua anak Farmasi’17 yang telah menjadi bagian dalam cerita dan kenangan hidupku. Terimakasih atas semangat, saran, canda tawa dan kontroversi” yang mungkin ada selama 3 tahun ini dan diujung kelulusan kita bersamaan dengan adanya pandemi covid-19 yang membuat kita disebutsebut sebagai lulusan jalur corona. Tetap semangat dan berjuang gapai cita-cita kalian setinggi mungkin dan kelak kita semua bisa menjadi orang-orang sukses yang diberkahi dan diridhoi serta berguna bagi kedua orang tua, keluarga, sahabat, dan semua orang,  Aamiin…



xi



KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrobil’alamin. Segala puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Fomulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) . Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat disusun atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui Laporan Tugas Akhir ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.



Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.



2.



Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.



3.



Ibu Dra. Dias Ardini, Apt., M. TA. selaku dosen penguji, penulis mengucapkan terimakasih telah memberikan arahan , dan masukan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.



4.



Bapak Indra Gunawan, M. Sc. selaku dosen pembimbing utama, penulis mengucapkan terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran yang diluangkan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.



5.



Ibu Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si. selaku dosen pembimbing pendamping, penulis mengucapkan terimakasih juga selalu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.



6.



Segenap panitia LTA, serta staff dan karyawan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dan semua rekan mahasiswa/i Jurusan Politeknik Kesehatan Farmasi Tanjungkarang serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam



penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan xii



saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, Juni 2020 Dian Retno Wati



xiii



DAFTAR ISI Halaman LEMBAR SAMPUL LUAR...........................................................................................i LEMBAR SAMPUL DALAM......................................................................................ii ABSTRAK.............................................................................................................................iii BIODATA PENULIS........................................................................................................v LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................vi LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................vii LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................viii MOTTO..................................................................................................................................ix PERSEMBAHAN...............................................................................................................x KATA PENGANTAR......................................................................................................xii DAFTAR ISI........................................................................................................................xiv DAFTAR TABEL..............................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xvii BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................5 C. Tujuan Penelitian......................................................................................5 D. Manfaat Penelitian...................................................................................6 E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................7



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik.....................................................................................................8 B. Kosmetik rias/dekoratif..........................................................................9 C. Kulit..............................................................................................................11 D. Eye Shadow................................................................................................12 E. Compact powder.......................................................................................14 F. Tanaman Ubi Jalar Ungu........................................................................14 G. Ekstraksi.....................................................................................................19 H. Formulasi Eye Shadow Compact powder.........................................21 I. Bahan Pembuatan Eye Shadow Compact powder...........................22 K. Evaluasi Eye Shadow Compact powder............................................23 K. Kerangka Teori.........................................................................................26 L. Kerangka Konsep.....................................................................................27 M. Definisi Operasional...............................................................................28



BAB III



METODE PENELITIAN



A. Rancangan Penelitian..............................................................................31 B. Subjek Penelitian......................................................................................31 C. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................31 D. Alat dan bahan..........................................................................................32 E. Prosedur Kerja Penelitian......................................................................32 xiv



F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder 35 G. Alur Penelitian 37 H. Pengumpulan Data 38 I. Pengolahan dan Analisis Data 38 BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil..........................................................................................................40 B. Pembahasan............................................................................................49



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.............................................................................................55 B. Saran.........................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



xv



DAFTAR TABEL



Nomor Tabel



Halaman



Tabel 2.1 Definisi Operasional.............................................................................28 Tabel 3.1 Formula Eye Shadow Compact powder dengan Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam %



34



Tabel 3.2 Formula Eye Shadow Compact powder dengan Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) Sediaan 5 gram



34



Tabel 4.1 Hasil Uji Antosianin Ekstrak Ubi Jalar Ungu.................................41 Table 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye Shadow Tipe Compact Powder.......................................................................................................41 Table 4.3 Hasil Uji Organoleptik (Bau) Eye Shadow Tipe Compact Powder.......................................................................................................43 Table 4.4 Hasil Uji Organoleptik (Tekstur) Eye Shadow Tipe Compact Powder.......................................................................................................44 Table 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder....45 Table 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye Shadow Tipe Compact Powder.......................................................................................................46 Table 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder..........47 Table 4.5 Hasil Uji Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder............49



xvi



DAFTAR GAMBAR



Nomor Gambar



Halaman



Gambar 2.1 Kosmetik Dekoratif..........................................................................9 Gambar 2.2 Mata......................................................................................................12 Gambar 2.3 Eye Shadow.........................................................................................13 Gambar 2.4 Tanaman Ubi Jalar Ungu................................................................15 Gambar 2.5 Struktur Dasar Antosianin..............................................................17 Gambar 2.6 Metode Ekstraksi...............................................................................19 Gambar 2.7 Kerangka Teori..................................................................................26 Gambar 2.8 Kerangka Konsep..............................................................................27 Gambar 3.1 Alur Penelitian...................................................................................37 Gambar 4.1 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Warna)...............42 Gambar 4.2 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Bau)....................43 Gambar 4.3 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Tekstur).............44 Gambar 4.4 Grafik Presentase Pengujian Homogenitas................................45 Gambar 4.5 Grafik Presentase Pengujian Efektivitas (Oles)........................46 Gambar 4.6 Grafik Presentase Pengujian Kekerasan.....................................48 Gambar 4.7 Grafik Presentase Pengujian Kesukaan.......................................49



xvii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



Skema Kerja Pembuatan Serbuk Simplisia Ubi Jalar Ungu



Lampiran 2



Skema Kerja Maserasi Simplisia Ubi Jalar Ungu



Lampiran 3



Skema Kerja Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder



Lampiran 4 Perhitungan Penimbangan Bahan Lampiran 5 Dokumentasi Pembuatan Serbuk Simplisia Lampiran 6 Dokumentasi Pembuatan Ekkstrak Lampiran 7 Dokumentasi Pengujian Antosianin Lampiran 8 Dokumentasi Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Lampiran 9 Dokumentasi Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Lampiran 10 Lembar Pengumpulan Data Lampiran 11 Lembar Pengolahan Data



xviii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes RI No.1176/2010:I:1(1)). Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) dan kosmetik riasan (dekoratif atau makeup). Jenis kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono & Latifah, 2007:8). Pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia saat ini cukup tinggi. Masyarakat terutama kaum wanita, semakin sadar akan pentingnya kosmetik sebagai kebutuhan sehari-hari. Tren penggunaan kosmetik yang semakin berkembang akan berpengaruh pada semua jenis kosmetik, salah satunya eye shadow. Eye shadow pun semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Banyak gaya dan warna baru yang di cetuskan para ahli rias dan menjadi tren yang diikuti masyarakat. Eye shadow adalah bagian dari kosmetik yang digunakan sebagai perona mata. Eye shadow memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian yang hati-hati karena dikenakan pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak mata atas (Tranggono & Latifah, 2007: 96). Wanita sangat senang mewarnai kelopak mata dengan eye shadow, karena eye shadow akan memberikan kesan mata lebih menonjol dan menarik dengan adanya warna, bayangan dan efek berkilau pada mata. 1



2



Tren adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap orang di setiap pergantian tahun. Dalam dunia kecantikan, tren sudah menjadi kiblat yang pasti akan diikuti oleh semua pencinta kosmetik. Adapula warna-warna yang diprediksi menjadi tren di dunia kecantikan (Suaramerdeka, 2019:1). Prediksi tren makeup 2020 menurut Dhirman Putra untuk riasan mata maupun pilihan warna lipstik nampaknya sudah tidak akan menampilkan warna bold / warna-warna yang berani. Bold sudah lewat, sekarang lebih ke warna-warna natural (Stylo.ID, 2019:2). Menurut prediksi dan pandangan makeup artis profesional Archangela Chelsea tentang eye shadow, pada tahun 2020 banyak penggunaan tren smokey eyes (tampilan mata yang lebih intense dan dramatis) tetapi tetap menggunakan warna yang natural. Warnanya lebih bold tapi bukan merah atau hitam. Warna yang akan tren ialah ungu, ungu tua, cokelat dan abu-abu. Sehingga efek yang timbul saat diaplikasikan menjadi smokey eyes (Tribunpontianak, 2019:2). Melihat peluang bisnis yang besar dalam dunia kosmetik, banyak oknum tidak bertanggungjawab membuat dan menjual kosmetik palsu dengan harga yang jauh lebih murah dari produk aslinya. Dalam Siaran Pers Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyatakan bahwa selama tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal dan dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) serta 22,13 miliar rupiah obat tradisional (OT) ilegal/atau mengandung bahan kimia obat (BKO). Berdasarkan Public Warning/Peringatan No. B-HM.01.01.1.44.11.18. 5410 tanggal 14 November 2018 tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya temuannya di dominasi oleh produk kosmetik yang mengandung merkuri, hidrokinon, asam retinoat, timbal dan pewarna dilarang merah K3 (Cl 15585) serta rhodamin B. Sebagai contoh merah K3 dan Rhodamin B yang sering disalahgunakan pada sediaan tata rias (eye shadow, lipstik, perona pipi) yang merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Resiko yang ditimbulkannya antara lain dapat menyebabkan kanker (karsinogenik), kelainan pada janin (teratogenik), dan iritasi kulit (BPOM, 2018).



3



Maraknya penggunaan zat warna pada era teknologi seperti saat ini menyebabkan banyaknya sintesis-sintesis zat warna yang mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan lebih murah. Adanya pewarna sintetik dapat mengurangi kelemahan dari zat warna alami, antara lain tidak stabil, konsentrasi pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik (Paryanto dkk, 2012:1). Pewarna sintesis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pewarna alami, namun demikian penggunaan pewarna sintesis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan. Sedangkan penggunaan pewarna alami juga memiliki beberapa keuntungan disamping aman dan mewarnai produk pangan, beberapa diantaranya juga dapat sebagai pengawet, penghambat sintesis aflatoksin, suplemen vitamin dan anti kanker, serta penurun kolesterol dalam darah. Kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan menjadikan pewarna alami sebagai alternatif utama pengganti pewarna sintesis (Lestari, 2015:1-13). Menyadari berbagai kelemahan yang disebabkan oleh pemakaian pewarna sintetis yang mengandung bahan berbahaya, penggunaan pewarna alami merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan karena dianggap lebih aman. Pewarna alami ini dapat di peroleh dari tumbuhan, hewan maupun mineral-mineral yang ada di alam. Indonesia sendiri memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang berpotensi dikembangkan sebagai zat warna alami adalah ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen antosianin didalamnya (Winarti, dkk, 2008:1). Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air bertanggung jawab terhadap



4



warna merah, biru dan warna ungu bunga, buah dan sayuran (Warner, 2015:165). Penelitian yang dilakukan oleh Winarti, dkk, 2008 tentang ekstraksi dan stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami menyebutkan bahwa pada ekstraksi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) menggunakan perbandingan pelarut etanol : asam asetat : air = 25 : 1 : 5 dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 menghasilkan ekstrak warna dari ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100 gr. Menurut penelitian Ermawati, Chasanah, dan Hidayah, 2017 tentang formulasi sediaan lipstik ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) menyebutkan bahwa warna yang dihasilkan mulai dari merah, ungu muda, ungu hingga ungu tua. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai pewarna alami juga pernah dilakukan oleh Pinesti, 2013 dalam formulasi sediaan lipstik mendapatkan hasil lipstik yang berwarna ungu pucat dan ungu. Penelitian tentang lipstick cair yang mengandung ekstrak ubi jalar ungu sebagai pewarna alami oleh Hardiyantri dan Pratama menyatakan bahwa hasil organoleptis menunjukkan formula lipstik cair menghasilkan warna merah keunguan. Tidak hanya pada kosmetik, ubi jalar ungu dimanfaatkan sebagai pewarna alami namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati, Maryanti dan Sentari, 2012 tentang aplikasi ekstrak ubi jalar ungu sebagai pewarna alami tahu menyatakan bahwa adanya penyerapan zat warna yang dapat dilihat dari tahu yang semula berwarna putih menjadi ungu. Telah ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai formulasi eye shadow dengan pewarna alami diantaranya pada tahun 2018 oleh



Dwiwulandari



dkk



mengenai



formulasi



sediaan



eye



shadow



menggunakan ekstrak air buah jamblang (Syzygium cumini) dalam bentuk compact powder disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi 20%, 25% dan 30% ekstrak buah jamblang berpengaruh pada hasil uji mutu fisik dan pada warna yang dihasilkan pada formula dengan ekstrak 30% ialah warna yang sangat disukai. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap, 2018 tentang formulasi sediaan eye shadow compact powder ekstrak buah seduduk (Melastoma malabathricum L.) sebagai pewarna menyatkan bahwa dari hasil



5



pengamatan sediaan menunjukkan sediaan yang dibuat stabil, memiliki warna ungu dengan bentuk padat dan bau yang khas. Mulai dari ekstrak 3%, 5%, 7%, 9% dan 11% ekstrak buah seduduk sudah memberikan warna. Penelitian oleh Bunga dan Vera pada tahun 2019 mengenai formulasi pembuatan sediaan eye shadow dari ekstrak bunga kecombrang dapat disimpulkan bahwa sediaan ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 15%, 17,5%, 20%, 22,5% dan 25% baik digunakan sebagai sediaan eye shadow. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan ubi jalar ungu sebagai pewarna alami dalam sediaan eye shadow dengan judul “ Formulasi Sediaan eye shadow tipe compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai Pewarna “ dengan variasi konsentrasi. B. Rumusan Masalah Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) memiliki kandungan antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang diharapkan menghasilkan warna ungu pada sediaan. Sekarang ini banyak beredar kosmetik yang mengandung bahan pewarna sintesis berbahaya. Masyarakat sekarang pun banyak yang belum paham akan bahaya dari pewarna sintetis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang menjadi landasan peneliti adalah apakah ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dapat diformulasikan dan dibuat ke dalam sediaan eye shadow tipe compact powder yang menghasilkan warna ungu seperti penelitian sebelumnya mengenai formulasi dengan pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami namun dengan sediaan yang berbeda. C. Tujuan Penelitian 1.



Tujuan umum Mengetahui apakah eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami dapat menghasilkan warna ungu pada sediaan, dapat dibuat dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur yang berlaku (SNI, 1998).



6



2.



Tujuan khusus



a.



Mengatahui sifat organoleptik eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.



b.



Mengetahui homogenitas eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.



c.



Mengetahui efektivitas (oles) eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.



d.



Mengetahui kekerasan eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.



e.



Mengetahui kesukaan terhadap panelis dari eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.



D. Manfaat Penelitian 1.



Bagi peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat selama menjalani perkuliahan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang khususnya dalam ilmu farmasetika.



2.



Bagi institusi Menambah khasanah informasi bagi mahasiswa di Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjungkarang terutama untuk pengayakan mata kuliah farmasetika dan formulasi eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna dengan variasi konsentrasi.



3.



Bagi masyarakat Memberikan tambahan informasi tentang pemanfaatan zat warna alami dari ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).



7



E. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian pembuatan eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami diekstraksi dengan metode maserasi kemudian diformulasikan dalam Eye Shadow tipe compact powder dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan dilakukan beberapa uji terhadap sediaan eye shadow tipe compact powder berupa organoleptis, homogenitas, kekerasan, efektivitas sediaan, dan uji kesukaan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Kosmetika Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias dan mengatur. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindugi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Per Ka BPOM No. 19/2015: I: 1(1)). Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta , membagi kosmetik menjadi beberapa macam : 1.



Kosmetika Pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas :



a.



Kosmetika pembersih (cleansing)



b.



Kosmetika pelembab (moisturizing)



c.



Kosmetika pelindung (protecting)



d.



Kosmetika penipis (thinning)



2.



Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas :



a.



Kosmetika rias kulit terutama wajah



b.



Kosmetika rias rambut



c.



Kosmetika rias kuku



d.



Kosmetika rias bibir



e.



Kosmetika rias mata



3.



Kosmetika pewangi/parfum. Termasuk dalam golongan ini :



a.



Deodoran dan antiperspiran



b.



After shave lotion 8



9



c.



Parfum dan cau de toilette Penggunaan kosmetik yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetika. Oleh karena itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping kosmetika tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik yang akan digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari kosmetika adalah zat warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997:29).



B. Kosmetika Rias / Dekoratif Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah untuk mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair,minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, 1997:122).



Gambar 2.1 Kosmetik Dekoratif Sumber : https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/13/23471911/bpom-imbaukaum-milenial-tak-mudah-tergiur-kosmetik-branded-murah



10



Berdasarkan bangian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997:30) : 1.



Kosmetik rias kulit (wajah)



2.



Kosmetik rias bibir



3.



Kosmetik rias rambut



4.



Kosmetik rias mata



5.



Kosmetik rias kuku Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif, zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok (Tranggono dan Latifah, 2007:91) :



1.



Zat Warna Alam yang larut Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaanya relatif lemah, tak tahan caahaya, dan relatif mahal. Misalnya alkalain-zat warna merah yang diekstrak dari kulit akal alkana (Radix alcannae), klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstrak dari daun Lawsonia inermis.



2.



Zat Warna Sintetis yang Larut Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna anilin atau coal-tar.



3.



Pigmen-Pigmen Alam Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya alumunium silikat, yang warnanya tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksida. Zat warna ini murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up sticks. Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru.



11



4.



Pigmen-Pigmen Sintetis Sejumlah zat warna asal coal-tar juga di klasifikasikan sebagai pigmen sintetis. Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus. Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh digunakan dalam preparat kosmetik karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan prussian blue.



5.



Lakes Alam dan Sintesis Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya sedemikian rupa (biasanya reaksi dengan kimia) sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau pelarut lain.



C. Kulit Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Bagi perlindungan kulit fungsi mantek asam kulit cukup penting, sehingga ia disebut “the first line barrer of the skin” (pelindungan pertama kulit). Yang lebih berperan dalam fungsi “mantel asam” kulit bukan pada segi keasamannya-meskipun ini penting dakam mencegah infeksi mikroorganisme karena umumnya mikroorganisme tidak tahan dalam lingkungan yang bersifat asam-tetapi lebih pada susunan bahan-bahannya, terutama pada susanan asam-asamnya. Hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007:11,21). Mata merupakan organ tubuh yang sering dinilai keindahannya dalam penampilan seseorang. Estetika dari mata sering mejadi bahan ucapan, tulisan atau lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik jelita. Rias mata merupakan hal yang dapat dilupakan begitu saja, apabila seseorang ingin berpenampilan lebih tentu dengan selalu mempertimbangkan kondisi, keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Ada 3 bagian mata yang



12



perlu dirias, yaitu kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata (eye brow) (Wasitaatmadja, 1997:133).



Gambar 2.2 Mata Sumber:https://www.charlottetilbury.com/us/products/makeup/eyes/eyeshado w/pink



D. Eye Shadow ( Rias Kelopak Mata ) Kosmetik rias kelopak mata terdiri atas bayangan mata (eye shadow) dan setting cream. Bayangan mata (eye shadow) ialah rias kelopak mata yang dipakai agar tampak lebih gelap sehingga kelopak mata terlihat lebih cekung ke dalam. Kosmetika ini berisi pigmen warna yang berasal dari bahan alami anorganik yang diizinkan untuk dipakai(Wasitaatmadja, 1997:134). Tujuan pemakaian preparat ini adalah untuk mengaksentuasikan mata, membuat putih biji mata tampak lebih cemerlang. Preparat ini digunakan pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak mata atas. Warna-warnanya mulai dari gray, blue, gray green sampai olive green. Kadang-kadang serbuk logam (bronze, emas, aluumunium) ditambahkan untuk menimbulkan pancaran keperakan (metalic sheen). Eye Shadow termasuk “ekstrem” diantara preparat dekoratif dan memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian yang hati-hati karena dikenakan di dekat mata. Penggunaan eye shadow sudah dilakukan sejak 4500 tahun yang lalu di mesir (Tranggono dan Latifah, 2007:96).



13



Gambar 2.3 Eye Shadow Sumber : http://www.rmolsumsel.com/read/2015/04/03/26388/Waspada,Kosmetik-Kadaluarsa-Dijual-Bebas-di-Talang-KelapaBerdasarkan bentuknya, Eye Shadow terbagi menjadi beberapa jenis : (Muliyawan & Suriana, 2013:100) 1.



Eye Shadow padat Bentuk eye shadow jenis ini hampir serupa dengan bedak padat. Biasanya dikemas dalam kotak kecil berisi beberapa warna yang dilengkapi dengan kuas untuk memulaskannya. Penggunaan eye shadow ini pun cukup mudah, hanya mengoleskan kuas kecil pada eye shadow, lalu pulaskan pada kelopak mata secara perlahan-lahan.



2.



Eye Shadow spidol Eye shadow jenis ini mudah digunakan karena memiliki bentuk seperti pensil. Kunci pemakaiannya adalah jangan menekan terlalu keras agar warna yang diulaskan terlihat halus.



3.



Eye Shadow cream Eye shadow cream dikemas dalam beberapa warna mirip dengan bentuk padat. Eye shadow ini lebih mudah menpel pada kelopak mata. Pemakaiannya menggunakan kuas atau dipulaskan langsung menggunakan jari tangan pada kelopak mata.



14



E. Compact powder Compact powder adalah sediaan dasar berupa padatan lembut, homogen, mudah disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi, biasanya berbentuk cake dan dapat digunakan sebagai pembawa sediaan kosmetik untuk berbagai tata rias (Depkes RI, 1985:17). Kosmetik dengan bentuk sediaan compact powder memiliki fungsi yang hampir sama dengan dengan kosmetik dengan sediaan bubuk/serbuk. Sediaan serbuk/bubuk biasanya digunakan di rumah sementara bentuk padat/compact powder digunakan saat jauh dari rumah untuk merias wajah. Bahan yang digunakan untuk membuat sediaan padat/compact powder pada dasarnya sama dengan yang digunakan sediaan bubuk/serbuk tetapi perlu ditambahkan bahan pengikat untuk membuatnya menjadi bentuk kompak/padat (Mitsui, 1997:376). Bentuk sediaan compact powder memiliki adhesivitas yang baik terhadap kulit, mudah diaplikasikan serta lebih nyaman dan efisien. Karena bentuknya yang padat maka tidak mudah bertaburan. Teksturnya yang kering memudahkan untuk meratakan pada kelopak mata untuk sediaan eye shadow tipe compact powder dan hasil akhirnya tampak natural, matte, dan tidak mudah crease atau pecah. Namun sediaan eye shadow tipe compact powder memiliki kekurangan yaitu warna yang dihasilkan tidak terlalu pigmented atau kurang terlihat, sehingga untuk hasil yang pigmented perlu diaplikasikan berkaki-kali (Willkinson and Moore, 1982 dalam Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya, 2018). F. Tanaman Ubi Jalar Ungu Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau ketela rambat atau “sweet potato” di duga berasal dari Benua Amerika. Nikolai Ivanovich Vilavov, seorang ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropis, diperkirakan pada abad ke-16. Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi di Spayol, orang-orang spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filpina,



15



Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi Indonesia pada mulanya terpusat di Pulau Jawa. Pada tahun 196 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia karena berbagai daerah di Indonesia menanam ubi jalar (Rukmana, 1997:11). Di Indonesia, makanan dari ubi jalar masih disajikan dalam bentuk sederhana. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi macam-macam bentuk makanan seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju. Bahkan, ubi jalar juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri kosmetik, dan industri lem (Juanda dan Cahyono, 2000:9).



Gambar 2.4 Tanaman Ubi Jalar Ungu Sumber : https://doktersehat.com/manfaat-di-balik-ubi-jalar/ 1.



Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae



Divisi: Magnoliophyta



2.



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Solanales



Famili



: Convolvulaceae



Genus



: Ipomoea L



Spesies



: Ipomoea batatas (L.) (Rukmana, 1997:17)



Morfologi Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang,



16



ubi, daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang batang tanaman bertipe tegak antara 1 m-2 m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2 m-3 m.ukuran batang dibedakan atas tiga macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan. Pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai agak panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga. Bunga ubi jalar berbentuk mirip terompet, tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang sudah berumur ±3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g – 250 g per ubi. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerahan, tergantung jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis (Rukmana, 1997:17-20). 3.



Kandungan Zat Warna pada Ubi Jalar Ungu Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (beta karotin), vitamin C, vitamin B1(thiamin), dan vitamin B2 (riboflavin). Sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zatt besi (Fe),



17



fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Kandungan lainnya yang terdapat ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu (Juanda dan Cahyono, 2000:11). Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung antosianin (zat warna pada tanaman) berkisar antara 14,68 – 210 mg/100 gr. Besar kandungan antosianin dalam ubi jalar ungu tergantung pada intensitas warna pada ubi jalar ungu tersebut. Semakin tinggi kadar antosianin pada ubi jalar, maka semakin ungu warna umbinya (Anonim, 2009). 4.



Antosianin Antosianin berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthos yang berarti bunga dan kyanos yang berarti biru tua. Namun, sebenarnya pigmen ini tidak hanya ditemui pada bunga, tetapi juga pada berbagai bagian tanaman seperti kulit buah, daging buah, umbi, biji, daun, dan sebagainya. Pigmen yang terletak pada umbi, contohnya ubi ungu dan wortel ungu (Lestario, 2018: 4).



Gambar 2.5 Struktur Dasar Antosianin Sumber : https://id.wikipedia.org/ Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Antosianin tergolong pigmen dalam golongan flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga atom karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara dua cincin benzena. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Biasanya buah-buahan dan sayuran



18



warnanya tidak hanya ditimbulkan oleh satu macam pigmen antosianin saja,tetapi kadang-kadang sampai 15 macam pigmen seperti pelargonidin, sianidin,



peonidin



dan



lain-lain



yang



tergolong



glikosida-glikosida



antosianidin. (Koswara, 2009:5). Kestabilan antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu, cahaya, oksigen dan kopigmentasi (Armanzah dan Hendrawati, 2016:19). a.



Transformasi struktur dan pH Pada umumnya penambahan hidroksilasi menurunkan stabilitas, sedangkan penambahan metilasi meningkatkan stabilitas. Faktor pH tidak hanya



mempengaruhi



warna



antosianin



tetapi



juga



mempengaruhi



stabilitasnya. Antosianin akan lebih stabil dalam larutan asam jika dibandingkan dengan larutan alkali. Dalam medium cair kemungkinan antosianin dalam empat bentuk struktur yang tergantung pada pH. Diantaranya basa quonidal biru (A), kation flavilium merah (AH+), basa karbinol yang tidak berwarna (B), dan khalkon tidak berwarna (B) (Arthey dan Ashurst, 2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19). b.



Suhu Pemanasan bersifat “irreversible” dalam mempengaruhi stabilitas pigmen dimana kalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali menjadi kation flavilium yang berwarna merah. Degradasi antosianin dipengaruhi oleh temperatur.



c.



Cahaya Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam larutan asam warnanya dapat memudar perlahan-lahan akibat terkena cahaya, sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat gelap dan suhu dingin (Harborne, 1996 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).



d.



Oksigen Oksidatif mengakibatkan oksigen molekuler pada antosianin. Oksigen dan suhu nampaknya mempercepat kerusakan antosianin. Stabilitas warna antosianin selama proses menjadi rusak akibat oksigen (Arthey dan Ashurst, 2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).



19



e.



Kopigmentasi Kopigmen (penggabungan antosianin dengan antosianin atau komponen organik lainnya) dapat mempercepat atau memperlambat proses degradasi, tergantung kondisi lingkungan. Bentuk kompleks turun dengan adanya protein tannin, flavonoid lainnya, dan polisakarida. Walaupun sebagian komponen tersebut tidak berwarna, mereka dapat meningkatkan warna antosianin dengan pergeseran batokromik, dan meningkatkan penyerapan warna pada panjang gelombang penyerapan warna maksimum. Kompleks ini cenderung menstabilkan selama proses dan penyimpanan (Fennema, 1996 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).



G. Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari berbagai tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman obat tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu (Marjoni, 2016: 15 ). Ekstrak adalah suatu produk hesil pengambilan zat aktif melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni, 2016:23).



Gambar 2.6 Metode Ekstraksi Sumber : http://mutiara-mulhidin.blogspot.com/p/chemistry.html



20



Maserasi berasal dari kata “macerate” yang berarti merendam, sehingga maserasi dapat diartikan sebagai suatu sediaan cair yang dibuat dengan cara merendam bahan nabati menggunakan pelarut bukan air atau pelarut setengah air seperti etanol encer selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Cara ektraksi ini merupakan cara yang sangat sederhana (Marjoni, 2016:39). Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Dalam proses maserasi, pelarut yang digunakan akan menembus dinding sel dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif kemudian zat aktif pun akan terlarut. Pelarut yang berada didalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut yang diluar sel belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya difusi, dimana larutan dengan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel diganti dengan pelarut konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai didapat suatu keseimbangan konsentrasi (Marjoni, 2016:40). Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sedikit mungkin metanol yang mengandung HCL pekat 15. Cara lain, jaringan tumbuhan yang jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan pada suhu 35oC- 40oC sampai volumenya mejadi kira-kira seperlima volume ekstrak asal (Harbone, 1987:80). Dalam penelitian ekstraksi dan stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L. Sin) sebagai pewarna alami. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap I adalah ekstraksi zat warna ungu dari ubi jalar ungu dengan berbagai perbandingan pelarut (campuran etanol, asam asetat dan air yaitu 5:1:25;10:1:20;15:1:15;20:1:10 dan 25:1:5). Penelitian tahap II, uji stabilitas zat warna ungu dari ubi jalar ungu terhadap pengaruh pH, kadar gula, kadar garam, lama pemanasan, suhu pemanasan dan pada pembuatan jelly karagenan serta agar-agar. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik



21



yang digunakan adalah perbandingan jenis pelarut etanol : asam asetat : air = 25: 1 :5 dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 mengahasilkan ekstrak warna ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100 gr. Ekstrak warna dari ubi jalar ungu lebih stabil pada kondisi pH asam dari pada pH basa, masih stabil pada kadar gula sampai 50%; kadar garam sampai 8%; terjadi penurunan stabilitas pada pemanasan sampai suhu 80 oC, namun stabil pada suhu yang lebih tinggi; terjadi penurunan stabilitas pada lama pemanasan sampai 60 menit, namun stabil pada waktu yang lebih lama, tetap stabil untuk diaplikasikan pada pembuatan jelly dan agar-agar (Winarti; Ulya; Dhini, 2008:213). H. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact powder Beberapa formula dari sediaan eye shadow diantaranya adalah : 1.



Formula eye shadow menurut Formularium Kosmetika Indonesia (2012:80) Talc Mica Sericite Pigment Pearly pigment Pengawet Minyak mineral Dimetikon Sorbital seskuioleat BHA/BHT/Tocopherol Pewangi



2.



Formula eye shadow menurut Nater, dalam Wasitaatmadja, (1997:135) Titanium oksida Warna Zinc stearat Mg karbonat Isopropil lanolat Talcum



3.



ad 100 15,0 5,0 15,0 10,0 q.s 6,0 2,0 2,0 q.s q.s



0,50 10,0-30,0 0,70 0,10 0,50 40,0-60,0



Formula eye shadow menurut Barel et all, (2001:677) Talc Bismuth oxychloride Fumed silica Zinc stearate Titanium dioxide (and) mica



4.20 10.00 0.50 5.00 65.00



22



Methyl paraben Propyl paraben Imidazolidinyl urea Lanolin alcohol Mineral oil Isostearyl neopentanoate 4.



0.10 0.10 0.10 3.75 9.75 1.50



Formula eye shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5) Zink stearat Isopropil miristat Propil paraben Metil paraben Mika Talk ad



6,0 0,3 0,02 0,18 20 73,5



I.



Bahan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact powder



1.



Zink stearat Pemerian : Bubuk hidrofobik yang halus, putih tebal dengan bau khas yang samar Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, alkohol, dan eter; larut dalam benzen Kegunaan : zat perekat bahan (Wade & Paul, 1994 : 569).



2.



Isopropil miristat Pemerian : Cairan yang jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau dengan rasa lembut Kelarutan : Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol, etil asetat, lemak, alkohol berlemak, minyak tetap, hidrokarbon cair, toluen dan lilin. Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air Kegunaan : Zat pengikat (Wade & Paul, 1994 : 241).



3.



Propil paraben Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P; dalam 3 bagian aseton P; dalam 140 gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:535).



23



4. Metil paraben Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampit tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etano (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:378). 5.



Mika Pemerian : Serbuk, tidak berwarna, tidak berbau, lembut dan mengkilap Kelarutan : tidak larut dalam air, asam encer, pelarut alkali dan organik Kegunaan : Zat pengkilat ( https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/muskovite ).



6.



Talk Pemerian : Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarut Kegunaan : Zat tambahan/pengisi (Depkes RI, 1979:591).



J.



Evaluasi Sediaan Eye Shadow



1.



Uji organoleptis Indra manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari indra penglihatan, pencicipan, perabaan, dan pendengaran. Proses pengindraan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan terhadap indra oleh suatu benda, akan diteruskan oleh saraf-saraf dan datanya di proses oleh otak sehingga kita memperleh kesan tertentu terhadap benda tersebut (Setyaningsih dkk, 2010:7).



24



a.



Penglihatan Penilaian kualitas sensori prduk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran,



kejernihan,



kekeruhan,



warna,



dan



sifat-sifat



permukaan



(Setyaningsih dkk, 2010:8). b.



Penciuman Bau dan aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk di klasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih dkk, 2010:9).



c.



Perabaan Indra peraba terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa bagian seperti rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap sentuhan. Untuk menilai suatu tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan dengan menggunakan ujung jari tangan (Setyaningsih dkk, 2010:11).



2.



Uji homogenitas Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau ketidaksempurnaan pada disperse Eye Shadow tipe compact powder yang menyebabkan pulverasi (penyerbukan) yang tidak merata (Butler, 2000:194).



3.



Uji efektivitas (oles) Uji oles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak tangan. Sediaan dioleskan menggunakan aplikator eye shadow yang mempunyai ujung spons kemudian dibandingkan dengan sediaan eye shadow yang beredar. Amati warna yang dihasilkan dan apakah sediaan dapat disapukan oleh aplikator serta mudah dioles pada kulit (Keihler, 1956 dalam Harahap & Sari,2018).



4.



Uji kekerasan Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan eye shadow tipe compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada



25



ketinggian 8-10 inci karena sediaan eye shadow tipe compact powder memiliki kecenderugan mudah pecah. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakan lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000:195). 5.



Uji kesukaan Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang



kesukaan



atau



sebaliknya



(ketidaksukaan).



Mereka



juga



mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, “agak suka”, atau “tidak suka” (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).



26



K. Kerangka Teori Sediaan Kosmetik Eye Shadow padat/ compact powder (Muliyawan & Suriana, 2013)



Pewarna Alami



Pewarna Sintetis



1. Kulit buah manggis 2. Kubis ungu 3. Ubi jalar ungu



Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung senyawa antosianin yang memberikan warna ungu yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami (Winarti, Ulya, Dhini, 2008:207)



1. D & C Violet No. 2 2. Pigmen violet 23 3. Diaperse violet 27 Formula Eye Shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5) : Zink stearat 6,0 Isopropil miristat 0,3 Propil paraben 0,02 Metil paraben 0,18 Mika 20 Talk 73,5 Eye Shadow menggunakan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% Evalusi eye shadow tipe compact powder : 1. Uji organoleptis (Setyaningsih dkk, 2010:7-11) 2. Uji homogenitas (Butler, 2000:194) 3. Uji efektivitas (Keihler, 1956) 4. Uji kekerasan (Butler, 2000:195) 5. Uji kesukaan(Setyaningsih dkk, 2010:59) 6. Uji stabilitas (Harahap & Sari, 2018) 7. Uji bebas partikel asing (SNI, 1998) 8. Uji iritasi (Harahap & Sari, 2018)



Gambar 2.7 Kerangka Teori



27



L. Kerangka Konsep



Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%,5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna yang dapat memberikan warna ungu dalam formulasi eye shadow tipe compact powder.



1. 2.



3. 4. 5.



Evalusi Eye Shadow Tipe Compact powder Uji organoleptis (Setyaningsih dkk, 2010:7-11) Uji homogenitas (Butler, 2000:194) Uji oles (Keihler, 1956) Uji kekerasan (Butler, 2000:195) Uji kesukaan (Setyaningsih dkk, 2010:59)



Gambar 2.8 Kerangka Konsep



28



M. Definisi operasional



Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel



Definisi Operasional



Konsentrasi Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) Eye Shadow tipe compact powder



Ekstrak kental diformulasikan ke dalam Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%



Menimbang



Neraca analitik



Nilai bobot gram



Ratio



Organoleptis



Penilaian



Observasi



Checklist



1=Putih



Nominal



a. Warna



b. Bau



visual panelis terhadap Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% Sensasi aroma



c. Tekstur



panelis melalui indra penciuman terhadap bau yang kuat atau bau yang lemah dari formulasi Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% Bentuk yang dirasakan panelis saat diaplikasikan ke jari terhadap formulasi Eye



Cara ukur



Alat ukur



Hasil ukur



Skala ukur



2=Putih keunguan 3=Ungu muda 4=Ungu 5=Ungu tua



Observasi



Checklist



1= Bau yang



Nominal



kuat 2= Bau yang lemah 3=Tidak berbau



Observasi



Checklist



1= Halus 2= Kasar



Nominal



29



Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% Homogenitas



Penampilan



Observasi



susunan partikel Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% yang diamati pada kaca objek terdispersi merata atau tidak



terhadap sediaan Eye Shadow tipe compact powder dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas berwarna putih, uji pada kaca pembesar dilihat tidak ada warna yang tidak merata



Efektivitas



Pemeriksaan



Observasi yang



(Oles)



pelepasan zat warna terhadap kuli panelis pada formulasi Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%



dilakukan panelis dengan mengoleskan Eye Shadow tipe compact powder pada kulit punggung tangan menggunakan aplikator



Kekerasan



Pemeriksaan



Observasi



sediaan Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%



yang dilakukan dengan menjatuhkan sediaan Eye Shadow tipe compact powder pada permukaan kayu 3 kali pada



Checklist



1=Homogen



Ordinal



2=Tidak Homogen



Checklist



1=Tidak baik



Ordinal



2= Baik



Checklist



1=Tidak pecah 2= Pecah



Ordinal



30



Kesukaan



memiliki kencenderungan mudah pecah atau tidak



ketinggian 8-10 inci



Penilaian terhadap



Menilai sediaan



suka atau tidaknya formula sediaan Eye Shadow tipe compact powder yang sudah memenuhi syarat evaluasi Eye Shadow terhadap panelis.



Eye Shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis



Checklist



1=Sangat suka 2=Suka 3=Agak suka 4=Tidak suka



Ordinal



BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Penelitian ini bertujuan mengetahui suatu suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan



dengan



kelompok



yang



tidak



dikenakan



perlakuan



(Notoatmodjo, 2010 : 50). Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan mengevaluasi sediaan. Membuat formulasi sediaan eye shadow tipe compact powder dengan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi konsentrasi ekstrak 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% serta menganalisa sifat organoleptis, homogenitas, efektivitas, kekerasan dan uji kesukaan. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah formulasi dan pembuatan eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). formulasi tersebut dibuat dalam 7 variasi konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret-Mei 2020 di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang serta Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Universitas Lampung.



31



32



D. Alat dan Bahan 1.



Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, kaca arloji, kertas perkamen, mortir dan stemper, rotary evaporator, corong, batang pengaduk, beaker glass, waterbath, gelas ukur, kertas saring, sudip, spatula dan wadah eye shadow tipe compact powder.



2.



Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar ungu. Bahan kimia yang digunakan antara lain : talk, zink stearat, isopropil miristat, propil paraben, metil paraben dan mika, etanol 96%, asam asetat dan aquadest. .



E. Prosedur Kerja Penelitian 1.



Identifikasi Tanaman Identifikasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).



2.



Pembuatan serbuk simplisia ubi jalar ungu



a.



Dikumpulkan bahan baku yang akan dijadikan simplisia (berupa ubi jalar ungu).



b.



Dilakukan sortasi basah dengan memilih bahan baku dari bahan baku yang sudah tak layak lagi maupun dari kotoran-kotoran.



c.



Dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih bahan baku dengan air mengalir.



d.



Dilakukan pengubahan bentuk atau perajangan dengan cara mengiris tipistipis bahan baku, kemudian letakkan pada nampan bambu.



e.



Dikeringkan dengan cara pengeringan secara tidak langsung (bahan baku ditutupi koran atau kain hitam) di bawah sinar matahari hingga mengering.



f.



Dilakukan sortasi kering dengan cara memilih ubi jalar ungu yang sudah kering dari yang rusak atau terkena kotoran.



g.



Diperhalus simplisia dengan cara menumbuk atau menggunakan blender menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi, kemudian ayak lalu masukan ke dalam wadah yang kering.



33



3.



Pembuatan ekstrak ubi jalar ungu (Winarti, Ulya, Dhini, 2008:207)



a.



Ditimbang serbuk simplisia ubi jalar ungu pada neraca analitik, masukkan ke dalam beaker glass.



b.



Diambahkan pelarut dengan perbandingan (1:2 = bahan : pelarut) pelarut yang digunakan adalah etanol 96% : asam asetat : air (25:1:5).



c.



Ditutup dan dibiarkan selama 3 hari, di tempat yang terlindung cahaya sambil sesekali diaduk.



d.



Setelah 3 hari, disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan filtrat pigmen dan ampasnya.



e.



Direndam kembali ampasnya dengan pelarut selama 2 hari sambil sesekali diaduk.



f.



Setelah 2 hari, disaring kembali hasil maserasi lalu campurkan hasil filtrat yang petama dengan yang kedua.



g.



Filtrat pigmen yang didapat lalu diuapkan dengan rotary evaporator dengan o



suhu 50 C. h.



Dilakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan waterbath hingga menjadi ekstrak kental dengan berat konstan.



4.



Identifikasi Kandungan Antosianin (Armanzah dan Hendrawati, 2016) Uji identifikasi antosianin secara kualitatif dilakukan menggunakan filtrat yang didapat sebelum dan sesudah dilakukan penguapan dengan cara :



a.



Ambil filtrat sebanyak 1 ml hasil dari ekstraksi



b.



Ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dilihat perubahan warnanya



c.



Kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes lihat warnanya Sampel positif mengadung zat antosianin jika setealah ditetesi NaOH 10% warna berubah menjadi hijau dan setelah ditetesi HCL pekat warnanya berubah menjadi merah.



34



5.



Formulasi yang digunakan Tabel 3.1 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam (%) Komponen Ekstrak ubi ungu Zink stearat Isopropil miristat Propil paraben Metil paraben Mika Talk



Fungsi Pewarna Perekat Pengikat Pengawet Pengawet Pengkilat Pengisi



Formula (%) F0 6,0 0,3 0,02 0,18 20 73,5



F1 5 6,0 0,3 0,02 0,18 20 68,5



F2 10 6,0 0,3 0,02 0,18 20 63,5



F3 15 6,0 0,3 0,02 0,18 20 58,5



F4 20 6,0 0,3 0,02 0,18 20 53,5



F5 25 6,0 0,3 0,02 0,18 20 48,5



F6 30 6,0 0,3 0,02 0,18 20 43,5



Keterangan : Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5) Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 5% Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10% Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 15% Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20% Formula 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 25% Formula 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30% Tabel 3.2 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam 5 gram Komponen Ekstrak ubi ungu Zink stearat Isopropil miristat Propil paraben Metil paraben Mika Talk



Fungsi Pewarna Perekat Pengikat Pengawet Pengawet Pengkilat Pengisi



Formula (gram) F0 0,3 0,015 0,001 0,009 1 3,675



F1 0,25 0,3 0,015 0,001 0,009 1 3,425



F2 0,5 0,3 0,015 0,001 0,009 1 3,175



F3 0,75 0,3 0,015 0,001 0,009 1 2,925



F4 1 0,3 0,015 0,001 0,009 1 2,675



F5 1,25 0,3 0,015 0,001 0,009 1 2,425



Keterangan : Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder tanpa ekstrak Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 5% Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10% Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 15% Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20% Formula 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 25% Formula 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30% 6.



Pembuatan Eye Shadow tipe compact powder



a.



Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi.



b.



Campurkan bahan-bahan serbuk seperti talk, zink stearat, mika, propil paraben dan metil paraben, gerus hingga halus dan homogen (massa I).



F6 1,5 0,3 0,015 0,001 0,009 1 2,175



35



c.



Ambil ekstrak kental ubi jalar ungu, kemudin tambahkan isopropil miristat, campurkan hingga homogen (massa II).



d.



Setelah massa II sudah homogen tambahkan pada massa I secara perlahanlahan kemudian gerus hingga semua bahan tercampur merata.



e.



Setelah homogen lalu diayak menggunakan mesh 100.



f.



Kemudian masukan sediaan kedalam wadah dan padatkan.



7.



Pengulangan Pengulangan pada eksperimen ini (Hanafiah, 2001:9) : (t – 1)(r – 1) ≥ 15 (7 – 1)(r – 1) ≥ 15 7r – 7 r



keterangan :



≥ 15 ≥3,14≈4



t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan



Pada penelitian ini dilakukan 7 (tujuh) perlakuan yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6 dan F0 sebagai kontrol pembanding dengan 4 kali pengulangan. F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder a.



Uji organoleptis Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara visual penampilan fisik dari sediaan yang dibuat. Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan dari tekstur, warna dan bau sediaan menggunakan pancaindra. Uji ini dilakukan oleh 15 panelis, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel (Setyaningsih dkk, 2010 : 7-11).



b.



Uji homogenitas Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah warna pada Eye Shadow terdispersi secara merata atau tidak.



36



Kemudian data dimasukkan kedalam tabel dengan memberi kode 1=homogen dan 2=tidak homogen (Butler, 2000 : 194). c.



Uji efektivitas Uji efektivitas (uji oles) dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak tangan dan diamati warnanya. Persyaratan uji ini adalah sediaan dapat disapukan oleh aplikator eye shadow (berujung spons) dan mudah dioles pada kulit menggunakan pembanding sediaan eye shadow yang beredar (Keihler, 1956 dalam Harahap & Sari, 2018).



d.



Uji kekerasan Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan Eye Shadow tipe compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada ketinggian 8-10 inci karena sediaan Eye Shadow tipe compact powder memiliki kecenderugan mudah pecah. Syarat kekerasan sediaan yang baik adalah sediaan Eye Shadow yang tidak boleh pecah atau retak. Uji ini untuk mengetahui kekerasan sediaan akhir sesuai dengan persyaratan sediaan compact powder (Butler, 2000 : 195).



e.



Uji kesukaan Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Tingkat kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, ”agak suka” dan “tidak suka”. Panelis yang digunakan sebanyak 15 orang. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah menilai sediaan dengan kriteria intensitas warna saat dioleskan pada punggung telapak tangan, bau dan tekstur dengan tingkat kesukaan (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).



37



G. Alur Penelitian Perizinan penelitian



Pengajuan izin penelitian di Lab. Farmakognosi & Farmasetika Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, dan Laboratorium Kimia Unila.



Persiapan sampel



Sampel ubi jalar ungu disiapkan dan diidentifikasi di Lab farmakognosi Poltekkes-Tjk.



Ekstraksi



Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact powder



Pengujian Eye Shadow tipe compact powder



Pengumpulan data



Analisa data



Dilakukan teknik penyarian maserasi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.,) menggunakan pelarut etanol 96% : asam asetat : air (25:1:5) dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:2. a. Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi. b. Campurkan bahan-bahan serbuk dalam 1 mortir hingga homogen (massa I). c. Ekstrak kental ubi ungu tambahkan isopropil miristat campurkan hingga homogen (massa II). d. Campurkan massa I kedalam massa II secara perlahan-lahan gerus hingga tercampur merata. e. Kemudian ayak sediaan menggunakan ayakan mesh 100. f. Masukan sediaan kedalam wadah dan padatkan. a. Uji Organoleptis b. Uji homogenitas c. Uji efektivitas d. Uji kekerasan e. Uji kesukaan Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil uji organoleptis, uji homogenitas, uji efektivitas, uji kekerasan dan uji kesukaan. Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan analisa univariat.



Gambat 3.1 Alur Penelitian



38



H. Pengumpulan Data Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptis, homogenitas, efektivitas, kekerasan dan uji kesukaan. Untuk uji kekerasan dan homogenitas dilakukan oleh peneliti, sedangkan untuk uji organoleptis, efektivitas dan uji kesukaan dilakukan oleh panelis. Pada pengujian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode checklist. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk uji homogenitas dan kekerasan dan mengumpulkan 15 orang panelis untuk uji organoleptis, uji efektifitas dan uji kesukaan. I.



Pengolahan dan Analisis Data



1.



Pengolahan Data



a.



Editing Pengecekan kembali data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Pengecekan dilakukan terhadap semua lembar pengujian yang meliputi, organoleptis, homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan serta kesukaan dengan memeriksa kelengkapan data untuk diproses lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010 : 176).



b.



Coding Setelah data diedit, dilakukan pengkodean yakni merubah bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka / bilangan yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan analisis. Seperti data organoleptis warna dilakukan pengkodean yaitu 1=putih, 2=Putih keunguan, 3=ungu muda, 4=ungu, dan 5=Ungu tua (Notoatmodjo, 2010 : 177).



c.



Entrying Data-data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisis. Data dimasukkan kedalam program komputer pengolah tabel dan data disesuaikan dengan kode yang sudah diberikan untuk masing-masing evaluasi seperti organoleptis, homogenitas, efektivitas (oles) , kekerasan, dan kesukaan lalu dianalisis untuk mendapatkan persentase (Notoatmodjo, 2010 : 177).



d.



Tabulasi Setelah data dianalisis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data dibuat dalam



39



bentuk tabel agar mempermudah dalam menganalisis dan disajikan dalam bentuk grafik agar lebih mudah dalam pemahaman (Notoatmodjo, 2010 : 179). 2.



Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi seperti jumlah panelis yang memilih variabel organoleptis, daya oles dan kesukaan serta persentase dari tiap variabel organoleptis, homogenitas, efektivitas (uji oles), kekerasan, dan kesukaan yang didapat dan telah diketahui jumlah distribusinya (Notoatmodjo, 2010:182)



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari pasar yang berada di Desa Merbau-Mataram Lampung Selatan. Ubi jalar ungu tersebut kemudian diidentifikasi. Sampel yang telah diidentifikasi selanjutnya dikeringkan sehingga diperoleh simplisia ubi jalar ungu. Kemudian ditumbuk dan diayak sehingga menjadi serbuk simplisia ubi jalar ungu. Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram diekstraksi dengan cara maserasi. Hasil dari ekstraksi yang diperoleh adalah ekstrak kental ubi jalar ungu sebanyak 70,65 gram. Ekstrak tersebut berwarna ungu pekat, berbau khas dengan konsistensi yang kental. Rendemen ekstrak yang diperoleh adalah 7,065%. Hasil ekstrak ubi jalar ungu dibuat formulasi eye shadow tipe compact powder dengan F0 (0%) ekstrak, F1 (5%) ekstrak, F2 (10%) ekstrak, F3 (15%) ekstrak, F4 (20%) ekstrak, F5 (25%) ekstrak dan F6 (30%) ekstrak. Setelah itu dilakukan uji organoleptik yang meliputi warna, aroma dan tekstur, kemudian dilakukan uji kesukaan dan uji efektivitas (oles) yang dilakukan oleh panelis. Uji homogenitas, dan uji kekerasan dilakukan oleh peneliti. Pada uji fitokimia ekstrak ubi jalar ungu untuk mengetahui senyawa antosianin yang terkandung didalamnya. Ekstrak yang telah didapat kemudian dilakukan uji fitokimia yaitu uji antosianin dengan hasil sebagai berikut:



40



41



Tabel 4.1 Hasil Uji Antosianin Ekstrak Ubi Jalar Ungu Identifikasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu Ungu 1.



Warna yang dihasilkan + NaOH 10%



+ NaCl (P)



Hijau



Merah



Hasil Positif



Pengujian Organoleptik Hasil pengujian organoleptik berupa warna, bau dan tekstur terhadap sediaan eye shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah sebagai berikut :



a. Warna Hasil pengujian organoleptik berupa warna terhadap sediaan eye shadow tipe compact powder adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye shadow Tipe Compact powder



No



1 2 3 4 5 6 7



Penilaian Warna (%)



Formula



F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6



Putih



Putih Keunguan



Ungu Muda



Ungu



Ungu Tua



100 33,33 0 0 0 0 0



0 66,66 100 20 0 0 0



0 0 0 80 13,33 0 0



0 0 0 0 86,66 20 0



0 0 0 0 0 80 100



42



Grafik Hasil Uji Warna Eye Shadow Tipe Compact Powder



Persentase Pengujian Warna (%)



100 80



Putih



60



Putih Keunguan



40



Ungu Muda



20



Ungu



0



Ungu Tua F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.1 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Warna) Terhadap Eye shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik warna terhadap eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 100% panelis menyatakan berwarna putih. Mulai dari formula 1 hingga formula 6 sediaan sudah menunjukkan adanya warna ungu yang bervariasi. Warnanya mulai dari putih keunguan hingga ungu tua. Hal tersebut berkaitan dengan banyaknya ekstrak yang ditambahkan. b.



Aroma Hasil pengujian organoleptik berupa bau terhadap eye shadow tipe compact powder adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik (bau) Eye shadow Tipe Compact powder No



Formulasi (%)



Bau F0



F1



F2



1 2



Bau yang Kuat Bau yang Lemah



0 40



0 0 86,66 100



3



Tidak Berbau



60



13,33



0



F3



F4



6,66 93,33



26,66 73,33



0



0



F5



F6



86,66 100 13,33 0 0



0



43



Grafik Hasil Uji Bau Eye Shadow Tipe Compact Powder Persentase Pengujian Warna (%) 100 80 60 Bau kuat Bau lemah



40 20 0



Tidak berbau F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.2 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Bau) Terhadap Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik terhadap bau eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 60% panelis menyatakan tidak berbau, formula 1 hingga formula 4 kebanyakan panelis menyatakan bau yang lemah dengan presentase tertinggi formula 2 yaitu 100% panelis menyatakan bau yang lemah. Sedangkan formula 5 dan formula 6 panelis menyatakan bau yang kuat. Terdapat panelis yang menyatakan bau yang kuat mulai dari formula 3. c.



Tekstur Hasil pengujian organoleptik berupa tekstur terhadap eye shadow tipe compact powder adalah sebagai berikut Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptik (tekstur) Eye shadow Tipe Compact powder



No



Formulasi (%)



Tekstur F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



1



Halus



100



100



100



100



100



81,66



73,33



2



Kasar



0



0



0



0



0



18,33



26,66



44



Grafik Hasil Uji Tekstur Eye Shadow Tipe Compact Powder Persentase Pengujian Warna (%)



100 80 60 Halus



40



Kasar



20 0 F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.3 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Tekstur) Terhadap Eye shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik terhadap tekstur eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0, formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 5 maupun formula 6 memiliki tekstur yang halus dengan presentase formula 0, 1, 2, 3 dan 4 sebanyak 100% panelis menyatakan halus. 2.



Pengujian Homogenitas Uji homogenitas dilakukan peneliti berdasarkan kriteria yaitu homogen dan tidak homogen. Hasil pengujian homogenitas berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :



45



Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye shadow Tipe Compact powder No 1 2 3 4 5 6 7



Persentase Pengujian Warna (%)



Formula F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6



Hasil Pengujian Homogenitas (%) Homogen 100 100 100 100 100 100 100



Tidak Homogen 0 0 0 0 0 0 0



Hasi l Uji Ho mo geni tas Eye Sha do w Tip e Co mp act



Gambar 4.4 Grafik Presentase Pengujian Homogenitas Terhadap Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian homogenitas eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa tidak ada warna yang tidak merata pada saat dilihat dengan kaca pembesar. Sehingga semua sediaan mulai dari formula 0 hingga formula 6 peneliti menyatakan 100% sediaan homogen. 3.



Pengujian Efektivitas (Oles) Hasil pengujian efektivitas (uji oles) terhadap sediaan eye shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah sebagai berikut :



46



Tabel 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye shadow Tipe Compact powder No



Formula



1 2 3 4 5 6 7



Hasil Pengujian Efektivitas (Oles) (%) Tidak Baik 0 0 0 0 0 54,99 76,66



F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6



Baik 100 100 100 100 100 44,99 23,33



Grafik Hasil Uji Efektifitas (Oles) Eye Shadow Tipe Compact Powder Persentase Pengujian Warna (%)



100 80 60 Tidak Baik 40 Baik 20 0 F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.5 Grafik Presentase Pengujian Efektivitas (Oles) Terhadap Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian efektivitas dilakukan pengolesan eye shadow tipe compact powder yang telah dibuat dibandingkan dengan produk eye shadow yang beredar di pasaran menunjukkan bahwa formula 0, formula 1, 2, 3 sebanyak 100% panelis menyatakan baik pada saat pengolesan. Sedangkan formula 5 sebanyak 54,44% panelis dan formula 6 sebanyak 76,66% panelis menyatakan tidak baik pada saat pengolesan.



47



4.



Pengujian Kekerasan Hasil pengujian kekerasan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye shadow Tipe Compact powder No



Hasil Pengujian Kekerasan (%)



Formula



1 2 3 4 5 6 7



Pecah 100% 75% 25% 0% 0% 0% 0%



F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6



Tidak Pecah 0% 25% 75% 100% 100% 100% 100%



Grafik Hasil Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder Persentase Pengujian Warna (%)



100% 80% 60%



Pecah



40% Tidak Pecah



20% 0%



F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.6 Grafik Presentase Pengujian Kekerasan Terhadap Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kekerasan eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 100% peneliti menyatakan pecah, formula 1 sebanyak 75% peneliti menyatakan pecah, formula 2 sebanyak 75% peneliti menyatakan tidak pecah dan formula 3, 4, 5, 6 sebanyak 100% peneliti menyatakan tidak pecah.



48



5.



Pengujian Kesukaan Hasil pengujian kesukaan terhadap eye shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 panelis mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Kesukaan Eye shadow Tipe Compact powder No



Hasil Pengujian Kesukaan (%)



Formula



1



F0



Sangat Suka 0



Suka 0



Agak Suka 0



Tidak Suka 100



2



F1



0



0



66,66



33,33



3



F2



0



0



86,66



13,33



4



F3



0



73,33



26,66



0



5



F4



13,33



86,66



0



0



6



F5



76,66



23,33



0



0



7



F6



81,66



18,33



0



0



Grafik Hasil Uji Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Persentase Pengujian Warna (%)



100 80



Sangat Suka



60 40



Suka Agak Suka



20



Tidak Suka



0 F0



F1



F2



F3



F4



F5



F6



Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder



Gambar 4.7 Grafik Presentase Pengujian Kesukaan Terhadap Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu



49



Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kesukaan eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula yang paling tidak disukai ialah formula 0 dengan persentase 100% panelis menyatakan tidak suka. Eye shadow tipe compact powder yang sangat disukai oleh panelis adalah formula 6 dengan 81,66% panelis menyatakan sangat suka. B. Pembahasan Eye shadow adalah kosmetik mata yang digunakan untuk memberikan aksen menarik pada kelopak mata biasanya digunakan pada kulit kelopak mata atas. Eye shadow tipe compact powder bentuknya hampir serupa dengan bedak padat. Penggunaan eye shadow ini pun cukup mudah hanya dengan mengoleskan kuas kecil pada eye shadow, lalu pulaskan perlahan pada kelopak mata (Muliyawan & Suriana, 2013:99). Sebelum dilakukan pembuatan sediaan eye shadow tipe compact powder. Bahan ubi jalar ungu yang akan digunakan terlebih dahulu dibuat menjadi ekstrak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi ini digunakan karena peralatan yang digunakan sangat sederhana, teknik pengerjaan sederhana dan mudah dilakukan, biaya operasional relatif rendah, serta proses ekstraksi lebih hemat penyari (Marjoni, 2016 :46). Proses maserasi dilakukan di tempat terlindung cahaya agar meminimalisir kerusakan zat-zat yang mudah rusak oleh cahaya. Berawal dari ubi jalar ungu dibuat serbuk simplisia terlebih dahulu. Proses pembuatan simplisia dilakukan dengan mengumpulkan bahan baku/ubi jalar ungu sebanyak 6 kg, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel (sortasi basah) dikupas lalu dicuci dengan air yang mengalir sampai bersih. Ubi jalar ungu yang telah bersih dan bebas air pencucian lalu dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung atau ditutup dengan kain hitam untuk meminimalkan kerusakan kandungan zat aktif/senyawa yang terdapat dalam tanaman (Depkes RI, 1986:2). Pengeringan/penjemuran bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dalam penyimpanan serta mengurangi kadar air sehingga memperkecil kemungkinan untuk di tumbuhi jamur dan lebih banyak



50



memperoleh ekstrak, menghentikan enzimetis yang dapat menurunkan mutu simplisia. Setelah penjemuran, dilakukan sortasi kering dengan memilih simplisia yang memiliki penampilan yang bagus lalu dilakukan penumbukan dan pengayakan agar di dapat serbuk yang halus. Tujuan dari pembuatan serbuk halus yaitu untuk memperbesar luas permukaan yang akan memperbesar kontak antara serbuk dan pelarut sehingga mempercepat proses ekstraksi. Hasil yang didapat sebanyak 2 kg serbuk simplisia ubi jalar ungu (Sa’adah & Nurhasnawati, 2015 : 149-153). Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram direndam dengan perbandingan pelarut 1:2 bagian yaitu dengan pelarut etanol, asam asetat dan air (25:1:5). Menurut Gao dan Mazza dalam Winarti dkk (2008 : 3) pelarut tersebut sangat efektif dalam mengekstraksi antosianin dari bahan tanaman. Pemilihan pelarut etanol dikarenakan antosianin merupakan senyawa polar sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol dan air (Dewi, 2009 dalam Hardiyantari, 2017). Etanol digunakan selain bersifat polar, etanol juga lebih efektif, kapang dan kuman sulit untuk tumbuh dalam 20% keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik dan dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedangkan air digunakan sebagai cairan penyari karena murah, mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap dan terbakar (Sa’adah & Nurhasnawati, 2015 : 149-153). Selain larut dalam pelarut polar, antosianin juga dapat larut dalam asam. Penambahan pelarut dalam suasana asam ditujukkan agar asam dalam etanol dan air mendegradasi membrane sel tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel dan warna antosianin biasanya lebih stabil dalam kondisi asam serta tidak stabil dalam kondisi basa atau netral sehingga pada proses ekstraksi antosianin biasanya munggunakan pelarut asam (Ginting, 2011:1-2). Maserasi dilakukan selama 3 hari setelah itu dilakukan remaserasi selama 2 hari untuk memaksimalkan jumlah senyawa yang tertarik dalam pelarut (Armanzah & Hendrawati, 2016:7). Saat perendaman dilakukan pengadukan sesekali yang bertujuan agar tidak ada bagian menstrum yang jenuh, sehingga proses perpindahan zat dalam pelarut tetap berlangsung. Kemudian dilakukan



51



penyaringan agar maserat bebas dari serbuk simplisia. Maserat 1 dan maserat 2



digabungkan



kemudian



dievaporasi



di



rotary



evaporator



untuk



mempercepat proses penguapan pelarut terutama etanol, setelah dievaporasi didapatkan ekstrak cair, lalu ekstrak diuapkan di waterbath hingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan sebanyak 70,65 gram. Dari hasil ekstrak tersebut diketahui bahwa rendemen yang diperoleh sebesar 7,065%. Menurut Marjoni (2016) beberapa hal yang mempengaruhi hasil ekstraksi adalah jumlah simplisia, derajat kehalusan simplisia, jenis pelarut, waktu ekstraksi, metode ekstraksi dan kondisi saat proses ekstraksi. Ekstrak yang di dapat dalam ekstraksi ubi jalar ungu berwarna ungu pekat. Hal ini menunjukkan bahwa pH dari ekstrak ubi jalar ungu adalah asam. Mahmudatussa’adah dkk (2014) menyatakan bahwa warna ekstrak antosianin ubi jalar ungu pada pH asam kuat 1-3 berwarna merah, pada asam lemah pH 4-6 berwarna ungu, pH 7 berwarna biru, pada pH basa lemah 8-9 berwarna hijau, dan pada pH 10-14 berwarna kuning. Ekstrak yang didapat dilakukan skrining fitokimia yaitu uji antosianin untuk mengetahui apakah masih terkandung antosianin didalam ekstrak setelah dilakukan beberapa perlakuan seperti penguapan di rotary evaporator dan pemanasan diatas waterbath. Berdasarkan uji antosianin, didapatkan hasil bahwa ekstrak ubi jalar ungu masih mengandung antosianin didalamnya. Dibuktikan ketika ekstrak ubi jalar ungu yang mulanya berwarna ungu ketika ditambahkan NaOH 10% berubah warna menjadi hijau dan ketika ditambahkan dengan HCl (p) maka warna seketika berubah menjadi merah. Hal tersebut terjadi karena prubahan pH, ketika dalam keadaan asam kuat berwarna merah sedangkan dalam keadaan basa berwarna hijau (Armanzah & Hendrawati, 2016:6). Pembuatan eye shadow tipe compact powder dilakukan dengan cara menimbang seluruh bahan serbuk maupun cairan serta ekstrak yang dibutuhkan. Setelah itu masukkan semua bahan serbuk kedalam mortir 1 dan masukkan bahan cair ditambah dengan ekstrak dalam mortir 2 digerus masing-masing bahan dalam mortir hingga homogen. Kemudian campurkan massa 1 dan massa 2 hingga homogen, ayak lalu padatkan didalam wadah.



52



Sediaan eye shadow tipe compact powder dibuat sebanyak 5 gram dengan tujuh formula dengan masing-masing variasi konsentrasi dan dilakukan empat kali pengulangan (Hanafiah, 2001:9). Masing-masing formula eye shadow tipe compact powder kemudian dilakukan evaluasi meliputi uji organoleptik yang terdiri dari warna, bau, dan tekstur, homogenitas, kekerasan, efektivitas (uji oles), serta uji kesukaan (hedonik). 1.



Organoleptik eye shadow tipe compact powder Pengujian organoleptik dilakukan oleh panelis yang terdiri dari 15 mahasiswi Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang. Berdasarkan hasil pengujian organoleptik, eye shadow tipe compact powder berwarna putih hingga ungu tua. Eye shadow tipe compact powder dengan formula F0 berwarna putih karena tidak mengandung ekstrak. eye shadow tipe compact powder yang dibuat dengan penambahan ekstrak sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% mempunyai warna yang berbeda-beda. Mulai dari penambahan ekstrak 5% eye shadow tipe compact powder sudah menunjukkan adanya warna. Peningkatan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu cenderung meningkatkan intensitas warna eye shadow dari putih keunguan hingga ungu lebih tua. Eye shadow tipe compact powder dengan bau khas ditemukan pada formula yang menggunakan ekstrak ubi jalar ungu. Bau yang diberikan adalah bau khas serbuk simplisia ubi jalar ungu, semakin besar konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu maka semakin kuat bau khas pada sediaan eye shadow tipe compact powder tersebut. Tekstur dari eye shadow tipe compact powder didapat hasil yang halus (Dwiwulandari; Dkk, 2018:5).



2.



Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder Uji homogenitas dilakukan dengan cara menyebarkan serbuk pada permukaan kertas berwarna putih kemudian dilihat pada kaca pembesar. Sediaan yang homogen adalah sediaan yang bebas dari partikel kasar dan warnanya tercampur merata (Butler, 2000 : 194). Hasil pengamatan pada eye shadow tipe compact powder menunjukan bahwa warna pada sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata saat ditaburkan pada kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Hal ini



53



terjadi karena sebagian besar komponen eye shadow tipe compact powder adalah serbuk sehingga lebih mudah untuk dihomogenkan. Serbuk lebih mudah tercampur dan terdispersi dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan lainnya (Murtini, 2016 : 28). 3.



Efektvitas (oles) Eye Shadow Tipe Compact Powder Uji efektivitas yang dilakukan adalah uji oles. Eye shadow yang dibuat kemudian di bandingkan dengan eye shadow yang beredar di pasaran setelah diaplikasikan pada punggung telapak tangan. Persyaratan uji ini adalah sediaan dapat disapukan oleh aplikator dan mudah dioles pada kulit (Barel, 2001). Sediaan eye shadow menghasilkan polesan yang baik ketika sediaan memberikan warna yang merata dan homogen saat dipoleskan pada kulit tangan. Berdasarkan uji oles yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah eye shadow tipe compact powder pada konsentrasi ekstrak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Hal ini ditandai dengan kemudahan pada saat pemolesan dan satu kali pemolesan telah memberikan warna yang jelas pada kulit punggung tangan. Sedangkan eye shadow tipe compact powder pada konsentrasi ekstrak 25% dan 30% mudah saat dioleskan namun perlu 2-3 kali pengolesan agar warna yang dihasilkan merata dan maksimal. Hal ini disebabkan karena ekstrak yang digunakan cukup tinggi atau banyak. Menurut Meyer (1982) dalam Armanzah (2016) salah satu kandungan karbohidrat yang ada dalam ubi jalar ungu adalah amilum (pati) dan gula. Dimana amilum dan gula dapat berfungsi sebagai bahan pengikat atau perekat (Santoso, 2008). Sehingga semakin banyak ekstrak yang ditambahkan pada eye shadow tipe compact powder dengan konsentrasi zat warna 25% dan 30% ini semakin mengeras (padat) dan sukar dioleskan pada kulit untuk sekali pemolesan.



4.



Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder Pengujian kekerasan dilakukan bertujuan untuk memastikan sediaan mudah pecah atau tidak karena biasanya eye shadow tipe compact powder memiliki kecenderungan yang mudah pecah. Hal tersebut berhubungan dengan ketahanan sediaan terhadap tekanan atau benturan, sehingga bentuknya tetap sama. Kekerasan yang rendah dapat menyebabkan sediaan



54



menjadi mudah pecah, dan tidak dapat mempertahankan bentuknya. Sedangkan apabila sediaan terlalu keras, maka warna akan sulit keluar pada saat diaplikasikan (Gumbara; dkk, 2015:11). Hasil pengujian yang didapat terhadap eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0 (blangko) dan formula 1 mudah retak (pecah) sedangkan untuk formula lainnya tidak. Menurunnya tingkat kerapuhan (mudah pecah) pada eye shadow tipe compact powder dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi ekstrak. Hal ini terjadi karena sifat ekstrak kental yang dapat menambahkan daya ikat partikel di dalamnya. Menurut Butler (2000), jika cake (padatan) yang dihasilkan tidak rusak, maka sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan uji kekerasan. 5.



Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Uji kesukaan bertujuan untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Pengujian dilakukan oleh panelis yang terdiri dari 15 mahasiswi Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan panelis terhadap eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 6 yang paling disukai yaitu sebanyak 81,66% panelis yang memilih sangat suka. Sedangkan formula 5 sebanyak 76,66% panelis memilih sangat suka, formula 4 sebanyak 86,66% panelis dan formula 3 sebanyak 73,33% panelis memilih suka. Untuk formula 2 sebanyak 86,66% panelis dan formula 1 sebanyak 66,66% panelis memilih agak suka. Formula 6 yang paling disukai dengan konsentrasi ekstrak 30% memiliki warna yang cukup menarik yaitu warna ungu tua (paling terang) karena memiliki konsentrasi ekstrak tertinggi dalam formula sediaan eye shadow di bandingkan dengan formula lainnya, bau yang khas dan tekstur yang halus, homogen serta pada saat dioleskan memberikan warna ungu yang paling terlihat sehingga memungkinkan paling disukai oleh panelis (Harahap, 2018 : 44).



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.



Berdasarkan penilaian panelis terhadap uji organoleptik eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu dari masing-masing sediaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:



a.



F0 (0% ekstrak) memiliki warna putih, tidak berbau, tekstur halus.



b.



F1 (5% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.



c.



F2 (10% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.



d.



F3 (15% ekstrak) memiliki warna ungu muda, berbau khas, tekstur halus.



e.



F4 (20% ekstrak) memiliki warna ungu, berbau khas, tekstur halus.



f.



F5 (25% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas, tekstur halus.



g.



F6 (30% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas, tekstur halus.



2.



Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan seluruh formula pada eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu yang dihasilkan menunjukkan susunan homogen dengan persentase sebesar 100%.



3.



Hasil uji efektivitas (oles) yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact powder yang dihasilkan menunjukkan bahwaa eye shadow tipe compact powder yang memenuhi syarat adalah F0, F1, F2, F3, dan F4. Sedangkan F5 dan F6 tidak memenuhi syarat pengolesan.



4.



Hasil uji kekerasan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact powder yang dihasilkan menunjukkan bahwa F0 dan F1 tidak memenuhi syarat kekerasan.



5.



Hasil uji kesukaan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact powder menggunakan ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan bahwa eye shadow tipe compact powder yang paling disukai adalah F6.



55



56



B. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penambahan parfum (corigen odoris) untuk memberikan aroma yang lebih enak dan menarik. 2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai pemanfaatan pewarna alami dari ekstrak ubi jalar ungu untuk formulasi sediaan kosmetika lainnya.



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Bithilo Camilan Lezat Bergizi dari Ubi Jalar Ungu [Online]. Tersedia http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/719/ [23 Agustus 2019] Armanzah, Raynaldi Syarif., dan Tri Yuni Hendrawati. 2016. Pengaruh Waktu Maserasi Zat Antosianin Sebagai Pewarna Alami Dari Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir). Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2407-1846 Barel, A. O., et all. 2001. Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York. 886 Halaman. BPOMRI. 2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika. Jakarta : Kepala BPOM RI. _________. 2018. Public Warning/Peringatan Nomor: BHM.01.01.1.44.11.18.5410 Tanggal 14 November 2018. [19 Agustus 2019] _________. 2018. Temuan Kosmetik Ilegal dan Mengandung Dilarang/Bahan Berbahaya serta Obat Tradisional Ilegal dan Mengandung Kimia Obat. [19 Agustus 2019]



Bahan



th



Butler, H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10 Edition, Kluwer Academic Publishers, London. 813 Halaman. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Ditjen POM RI. 1031 Halaman. __________________. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Ditjen POM RI. 430 Halaman. __________________. 1986. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Ditjen POM RI. 131 Halaman. __________________. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Ditjen POM RI. 1289 Halaman. __________________. 2012. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Ditjen POM RI. Dwiwulandari, Fransisca Yunita. 2018. Formulasi Sediaan Eye Shadow Ekstrak Air Buah Syzygium Cumini Dalam Bentuk Compact powder. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.



Ginting, Erlina. 2011. Potensi Ekstrak Ubijalar Ungu Sebagai Bahan Pewarna Alami Sirup. Balai Penelitian Tanaman Kcang-Kacangan dan UmibiUmbian. Gumbara, Yogaswara Twang; dkk. 2015. Optimasi Formula Sediaan Lipstick Ekstrak Etanolik Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Dengan Kombinasi Basis Carnauba Wax Dan Paraffin Wax Menggunakan Metode SLD (Simplex Lattice Design). Majalah Farmaasetik. Fakultas Farmasi, UGM. Hanafiah, Kemas Ali. 2001. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Jakarta. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya Palembang. 193 halaman Harahap dan Putri Nirmala Sari. 2018. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact PowderEkstrak Buah Seduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Pewarna. Skripsi Sarjana. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Hardiyanti, B, Erlina & Pratama, Jainuri Erik. 2017. Mutu Fisik Dan Tantangan Volunteer Sediaan Lipstick Cair Yang Mengandung Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami. Akademi Farmasi Putra Indonesia, Malang. Juanda, Dede; Cahyo, Bambang. 2000. Ubi Jalar Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. 95 Halaman Lestari, Puji. 2015. Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan Industri, 32, 1-13 Lestario Lydia Ninan. 2017. Antosianin, Sifat Kimia, Perannya Dalam Kesehatan. Dan Prospeknya Sebagai Pewarna Makanan. Univeristas Gadjah Mada. Yogyakarta. 228 halaman. Mahmudatussa’adah, Ai, dkk. 2014. Karakteristik Warna dan Aktivitas Antioksidan AntosianinUbi Jalar Ungu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Marjoni, R. 2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi .Jakarta: CV. Trans Info Media.153 halaman. Murtini, Gloria. 2016. Farmasetika Dasar. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi. Kementerian Kesehatan RI. 168 Halaman. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetik. Jakarta : Menteri Kesehatan. https://www.pom.go.id



Koswara, Sutriso. 2009. Pewarna Alami : Produksi Dan Penggunaannya. eBookPangan.com. 37 Halaman. Mitsui, T., 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Science. Amsterdam. 499 Halaman. Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Gramedia. 322 Halaman. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. 236 Halaman. Paryanto, dkk. 2012. Pembuatan Zat Warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Mendukung Industri Batik di Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses Volume 6 Nomor 1. Universitas Sebelas Maret:Surakarta Rukmana, Rahmat. 2005. Ubi Jalar Budidaya Dan Pascapanen, Kanisius, Yogyakarta. 66 Halaman. Sa’adah, Hayatun & Nurhasnawati, Henny. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air Pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr) Menggunakan Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung. Akademi Farmasi Samarinda. Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta:PT Wahyumedia. Setyaningsih, D; Apriyantono, A; & Sari, M. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:IPB Press. 180 Halaman. Stylo.ID, 2019. Prediksi Tren Makeup 2020 Menurut MUA Dhirman Putra : Warna Bold Sudah Lewat!. https://stylo.grid.id/amp/ 141904021/prediksi-tren-makeup-2020-menurutmua-dhirman-putra-warna-bold-sudah-lewat? page=all. [03 Desember 2019] Suaramerdeka, 2019. Ini Tren Warna Makeup di Tahun 2019. https://www.suaramerdeka.com/ekspresi/baca/ 157013/ini-trend-warnamakeup-di-tahun-2019 . [03 Desember 2019] Tranggono Retno Iswari, dan Latifah, Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 987 halaman. TribunPontianak, 2019. Tren makeup 2020 – dari lipstik hinggan eyeliner, tak ada lagi lipstik nude & bold di mata. https://pontianak.tribunnews.com/2019/12/02/tren-makeup-2020-darilipstik-hingga-eyeliner-tak-ada-lagi-lipstik-nude-bold-di-mata. [03 Desember 2019]



Wade, Ainley, Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Second Edition. London: The Pharmaceutical Press London. 651 Halaman. Warner, Leah M (Ed.). 2015. Handbook Of Anthocyanins Food Sources, Chemical Applications and Health Benefit. New York:Nova Science Publisher, Inc. 476 Halaman. Wasitaatmadja, Syarif M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press. 212 Halaman. Winarti, Sri, Ulya Sarofa, Dhini Anggrahini.2008. Ekstraksi Dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Sin) Sebagai Pewarna Alami, Jurnal Teknik Kimia Volume 3 Nomor 1. UPN Veteran Surabaya:Jawa Timur.



LAMPIRAN



Lampiran 1 Skema Kerja Pembuatan Serbuk Simplisia Ubi Jalar Ungu



(Ipomoea batatas L.) Ubi jalar ungu di sortasi basah dengan memilih bahan baku dari bahan baku yang sudah tak layak lagi maupun dari kotoran-kotoran.



Kupas kulit ubi jalar ungu



Cuci ubi jalar ungu dengan air yang mengalir hingga bersih



Ubi jalar ungu yang telah bersih lalu dirajang/ dipotong-potong



Kemudian dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung atau ditutup dengan kain hitam



Setelah penjemuran, dilakukan sortasi kering dengan cara memilih simplisia yang rusak atau terkena kotoran



Kemudian diperhalus simplisia dengan cara menumbuk atau menggunakan blender menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi , kemudian ayak lalu masukan ke dalam wadah yang kering



Lampiran 2 Skema Kerja Maserasi Simplisia Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram Dimaserasi dengan perbandingan (1:2 = bahan : pelarut) pelarut yang digunakan adalah etanol 96% : asam asetat : air (25:1:5), direndam selama 72 jam sesekali diaduk. Disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan corong kaca.



Ampas



Maserat



Dilakukan remaserasi dengan menambahkan pelarut yang sama dengan maserasi pertama, lalu direndam selama 48 jam dengan sesekali diaduk. Disaring menggunakan kertas saring dan bantuan corong kaca.



Ampas



Maserat Dicampur seluruh maserat



Diuapkan dengan rotary evaporator dan dipekatkan dengan waterbath



Ekstrak kental ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)



Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi



Campurkan bahan-bahan serbuk



Campurkan bahan cair



(talk, zink stearat, mika, propil



(Isopropil miristat) dan



paraben dan metil paraben)



ekstrak ubi jalar ungu



dalam mortir 1



dalam mortir 2



gerus hingga halus



campurkan (gerus)



dan homogen



hingga homogen Massa 1



Massa 2



Massa 1 dicampurkan sedikit demi sedikit kedala massa 2 secara perlahan-lahan kemudian geru hingga semua bahan tercampur merata (homogen).



Ayak menggunakan mesh 100



Masukan sediaan kedalam wadah lalu padatkan



Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu



Lampiran 4 Perhitungan Penimbangan Bahan Ekstrak kering ubi jalar ungu yang dibutuhkan :



F1 (5%)



=



0,25 gram x 4 = 1 gram



5



5 = 0,25 100



F2 (10%)



=



F3 (15%)



=



0,5 gram x 4 = 2 gram



10



5 =0,5 100



0,75 gram x 4 = 3 gram



15



5



= 0,75



5



=1



5



= 1,25



5



= 1,5



100



F4 (20%)



=



1 gram x 4



20



= 4 gram



100



F5 (25%)



=



1,25 gram x 4 = 5 gram



25



100



F6 (30%)



=



1,5 gram x 4 = 6 gram



30



100



Jadi, seluruh total ekstrak kering yang dibutuhkan 21 gram Formula Eye Shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5) Zink stearat 6,0 Isopropil miristat 0,3 Propil paraben 0,02 Metil paraben 0,18 Mika 20 Talk 73,5 Formula Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam 5 gram. Konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu yang digunakan 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Berikut perhitungan bahan-bahan yang digunakan : 1.



Ekstrak Ubi Jalar Ungu  F0 (0%)  F1 (5%)



= Tanpa ekstrak = 5



5



= 0,25 g



5



= 0,5 g



100



 F2 (10%)



=



10



100



 F3 (15%)



=



15



5 = 0,75 g 100



 F4 (20%)



=



20



5 100



=1g



 F5 (25%)



= 25 5 = 1,25 g



 F6 (30%)



=



100



30



5



= 1,5 g



5



= 0,3 g



5



= 0,015 g



100



2. Zink stearat



= 6 100



3. Isopropil miristat



=



0,3



100



4. Propil paraben



=



0,02



5 = 0,001 g 100



5. Metil paraben



=



0,18



5 = 0,09 g 100



6. Mika



=



20



5



=1g



100



7.



Talk (Berat sediaan yang ingin dibuat – Berat bahan lain)  F0 (0%)



= {5 g – (0,3 + 0,015 + 0,001 + 0,09 + 1) g} = (5 g – 1,406 g) = 3,594 g



 F1 (5%)



= {5 g – (0,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 1,656 g) = 3,344 g



 F2 (10%)



= {5 g – (0,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 1,825 g) = 3,175 g



 F3 (15%)



= {5 g – (0,75+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 2,075 g) = 2,925 g



 F4 (20%)



= {5 g – (1+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 2,325 g) = 2,675 g



 F5 (25%)



= {5 g – (1,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 2,575 g) = 2,425 g



 F6 (30%)



= {5 g – (1,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g} = (5 g – 2,825 g) = 2,175 g



Lampiran 5 Dokumentasi Pembuatan Serbuk Simplisia



Pengumpulan bahan baku (Ubi Jalar Ungu)



Cuci bersih ubi jalar ungu dengan air mengalir



Pengubahan bentuk (Perajangan) ubi jalar ungu kemudian letakkan pada nampan bambu



Sortasi basah



Dikupas kulit ubi jalar ungu



Pengeringan ubi jalar ungu ditutupi dengan kain hitam



Sortasi kering



Perhalus ubi jalar ungu kering dengan cara ditumbuk



Ayak serbuk ubi jalar ungu



Lampiran 6 Dokumentasi Pembuatan ekstrak



Penimbangan serbuk simplisia ubi jalar ungu



Pengukuran pelarut etanol 96%



Pengukuran pelarut aquadest



Tuang serbuk simplisia ke dalam wadah maserasi (Toples)



Pengukuran pelarut asam asetat



Tuang seluruh pelarut dalam toples yang berisi serbuk simplisia ubi jalar ungu



Proses Maserasi



Maserasi (Proses Pengadukan)



Proses Evaporasi menggunakan



Maserasi Rotary Evaporator (Proses Penyaringan)



Maserat yang di dapat



Proses Pemekatan ekstrak menggunakan waterbath



Ekstrak kental ubi jalar ungu



Lampiran 7 Dokumentasi Pengujian Antosianin



Ekstra k ubi jalar ungu (Warn a=ung u)



Ungu



Penambahan NaOH 10% (Warna=Hijau)



Hijau



Penambahan HCL Pekat (Warna=Merah)



Merah



Ungu



Ekstrak kental ubi jalar ungu (Warna=Ungu)



Penambahan NaOH 10%



Hasil



Penambahan HCL Pekat



Hasil



Hijau



Merah



Lampiran 8 Dokumentasi Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder



Timbang semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan eye shadow tipe compact powder yaitu talk, zink stearat, mika, isopropyl miristat, nipagin dan nipasol



Masukkan semua bahan-bahan serbuk dalam mortir (1)



Gerus hingga homogen (Massa 1)



Timbang ekstrak ubi jalar ungu sesuai dengan formulasi



Masukkan isopropil miristat dalam mortir berbeda (2)



Tambahkan ekstrak pada mortir (2)



Gerus (campur) hingga homongen (Massa 2)



Masukkan massa 1 ke dalam mortir 2 kemudian gerus ad homogen



Ayak serbuk yang sudah homogen



Masukkan serbuk yang sudah diayak ke dalam wadah compact powder



Press (padatkan) serbuk dalam wadah



Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)



Lampiran 9 Dokumentasi Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact Powder



Uji organoleptik dan uji kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap 15 orang panelis



Uji efektivitas (oles) dengan 15 orang panelis



Uji Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)



Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)



Lampiran 10 Lembar Pengumpulan Data Lembar Pengujian Organoleptik Formulasi Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda terhadap warna, aroma, tekstur, dan kesukaan. Beri tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan. Pada kolom warna : 1=putih, 2=ungu, 3=ungu tua, 4=ungu muda, 5=merah muda, 6=merah, aroma : 1=bau yg kuat, 2=bau yg lemah, 3=tidak berbau, tekstur: 1=halus, 2=kasar. Formula Eye Shadow 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28



Uji Organoleptis 1



2



Warna 3 4



5



6



Bau 1 2



3



Bandar Lampung,



Tekstur 1 2



2020



Panelis (......................................................)



Lembar Pengujian Homogenitas Formulasi Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda terhadap homogenitas eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan berdasarkan homogenitas sediaan, 1 = Homogen, 2 = Tidak Homogen Formula Eye Shadow F0



Pengulangan ke1 2 3 4 Jumlah 1



Homogenitas 1



2



2



F1



3 4 Jumlah 1



2



F2



3 4 Jumlah 1



2



F3



3 4 Jumlah 1



2



F4



3 4 Jumlah 1



2



F5



3 4 Jumlah 1



2



F6



3 4 Jumlah Bandar Lampung, Peneliti



2020



Lembar Pengujian Efektivitas (Uji Oles) Formulasi Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda terhadap efektifitas (uji oles) eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan berdasarkan daya oles sediaan, 1 = Tidak Baik, 2 = Baik. Formula Eye Shadow



Pengulangan ke-



F0



1 2 3 4



Jumlah F1 Jumlah F2 Jumlah F3 Jumlah F4 Jumlah



1



Efektifitas ( Uji Oles )



2



1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4



F5 Jumlah F6 Jumlah



1 2 3 4 Bandar Lampung, Panelis



2020



(......................................................)



Lembar Pengujian Kekerasan Formulasi Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda terhadap kekerasan eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan berdasarkan kekerasan sediaan, 1 = Tidak Pecah, 2 = Pecah. Formula Eye Shadow F0



Pengulangan ke1 2 3 4 Jumlah 1



Kekerasan 1



2



2



F1



Jumlah



3 4 1



2



F2



Jumlah



3 4 1



2



F3



Jumlah



3 4 1



2



F4



3 4 Jumlah 1



2



F5



3 4 Jumlah 1



2



F6



3 4 Jumlah 2020



Bandar Lampung, Peneliti



Lembar Pengujian Kesukaan Formulasi Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan kesukaan anda terhadap eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan berdasarkan kesukaan terhadap sediaan, 1 = Sangat Suka, 2 = Suka, 3 = Agak Suka, 4 = Tidak Suka. Formula Eye Shadow F0



Pengulangan ke1 2 3 4 Jumlah 1



1



Skala Hedonik 2 3



4



2



F1



3 4 Jumlah



1 2



F2



3 4 Jumlah



1



2



F3



3 4 Jumlah 1



2



F4



3 4 Jumlah 1



2



F5



3 4 Jumlah 1



2



F6



3 4 Jumlah Bandar Lampung, Panelis



2020



(......................................................)



Lampiran 11 Lembar Pengolahan Data Lampiran tabel panelis uji organoleptik (Warna) Formula Formula 0



1



2



3



4



Formula Formula 1



1



2



3



4



Formula Formula 2



1



2



3



4



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



4 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



3 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



5 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



Panelis 9 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



7 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



8 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



6 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



7 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



8 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



6 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



7 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



8 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



Jumlah 10 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



Panelis 9 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 Panelis 9 10 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0



11 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



12 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



13 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



14 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



11 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



12 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



13 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



14 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



15 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 Jumlah



15 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0



5 10 0 0 0 5 10 0 0 0 5 10 0 0 0 5 10 0 0 0 Jumlah



11 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



12 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



13 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



14 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



15 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0



Presentase (%) 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% Presentase (%) 33,33 66,66 0 0 0 33,33 66,66 0 0 0 33,33 66,66 0 0 0 33,33 66,66 0 0 0 Presentase (%) 0 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100 0 0 0



Rata-Rata (%) Putih 100% Putih keunguan 0% Ungu muda 0%



Ungu 0%



Ungu tua 0%



Rata-Rata (%) Putih 33.33% Putih keunguan 66,66% Ungu muda 0% Ungu 0%



Ungu tua 0%



Rata-Rata (%) Putih 0% Putih keunguan 100% Ungu muda 0%



Ungu 0%



Ungu tua 0%



Formula Formula 3



1



2



3



4



Formula Formula 4



1



2



3



4



Formula Formula 5



1



2



3



4



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



3 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



4 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



5 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



5 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



6 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



6 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



7 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



Panelis 8 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0



10 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



7 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



8 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



Panelis 9 10 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0



11 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



Panelis 9 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



Jumlah 11 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



12 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



13 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



14 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0



15 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



0 3 12 0 0 0 3 12 0 0 0 3 12 0 0 0 3 12 0 0 Jumlah



12 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



13 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



14 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0



15 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



0 0 2 13 0 0 0 2 13 0 0 0 2 13 0 0 0 2 13 0 Jumlah



10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



11 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



12 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



13 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



14 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0



15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



0 0 0 3 12 0 0 0 3 12 0 0 0 3 12 0 0 0 3 12



Presentase (%) 0 20 80 0 0 0 20 80 0 0 0 20 80 0 0 0 20 80 0 0 Presentase (%) 0 0 13,33 86,66 0 0 0 13,33 86,66 0 0 0 13,33 86,66 0 0 0 13,33 86,66 0 Presentase (%) 0 0 0 20 80 0 0 0 20 80 0 0 0 20 80 0 0 0 20 80



Rata-Rata (%) Putih 0% Putih keunguan 20% Ungu muda 80%



Ungu 0%



Ungu tua 0%



Rata-Rata (%) Putih0%



Putih keunguan 0% Ungu muda 13,33%



Ungu 86,66%



Ungu tua 0%



Rata-Rata (%) Putih 0% Putih keunguan 0% Ungu muda 0%



Ungu 20%



Ungu tua 80%



Formula Formula 6



1



2



3



4



Organoleptis Warna Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua Putih Putih keunguan Ungu muda Ungu Ungu tua



1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



Panelis 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1



Jumlah 11 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



12 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



13 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1



Presentase (%) 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100 0 0 0 0 100



0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15



Rata-Rata (%) Putih 0% Putih keunguan 0% Ungu muda 0%



Ungu 0%



Ungu tua 100%



Lampiran Tabel Panelis uji organoleptik (Bau) Formula Formula 0 1



2



3



4



Formula Formula 1 1



2



3



4



Formula Formula 2 1



2



3



4



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



2 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



2 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



4 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



4 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Panelis 9 10 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



5 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



6 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



7 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



8 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



4 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



5 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



6 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



7 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0



7 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



5 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



6 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Jumlah 11 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



12 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



13 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



14 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



15 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



10 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



11 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



13 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1



14 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



15 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Panelis 8 9 10 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0



11 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



13 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



14 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



15 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



0 6 9 0 6 9 0 6 9 0 6 9



Jumlah 0 13 2 0 13 2 0 13 2 0 13 2



Jumlah 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0



Presentase (%) 0 40 60 0 40 60 0 40 60 0 40 60



Presentase (%) 0 86,66 13,33 0 86,66 13,33 0 86,66 13,33 0 86,66 13,33



Presentase (%) 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 0% Bau yang lemah 40% Tidak berbau 60%



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 0% Bau yang lemah 86,66% Tidak berbau 13,33%



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 0% Bau yang lemah 100% Tidak berbau 0%



Formula Formula 3 1



2



3



4



Formula Formula 4 1



2



3



4



Formula Formula 5 1



2



3



4



Formula Formula 6 1



2



3



4



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



Organoleptis Bau (Aroma) Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau Bau yang kuat Bau yang lemah Tidak berbau



2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



1



1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



4 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



3 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0



5 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



4 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



6 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



7 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



5



6



1



0



0



1



0



0



1



0



0



1



0



0



1



1



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



4 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



5 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



6 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



2



3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



4 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



5



6



1



1



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



1



1



0



0



0



0



1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



Panelis 9 10 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0



8 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



Panelis 9 10 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0



Jumlah 11 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



13 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



14 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



15 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



1 14 0 1 14 0 1 14 0 1 14 0



Jumlah



7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



8 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



11 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



13 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



14 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



15 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



8 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



Panelis 9 10 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0



11 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



12 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0



13 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



14 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



15 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



8 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



Panelis 9 10 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0



11 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



12



13



14



1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



15 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0



3 12 0 3 12 0 5 10 0 5 10 0



Jumlah 13 2 0 13 2 0 13 2 0 13 2 0



Jumlah 15 0 0 15 0 0 15 0 0 15 0 0



Presentase (%) 6,66 93,33 0 6,66 93,33 0 6,66 93,33 0 6,66 93,33 0



Presentase (%) 20 80 0 20 80 0 33,33 66,66 0 33,33 66.66 0



Presentase (%) 86,66 13,33 0 86,66 13,33 0 86,66 13,33 0 86,66 13,33 0



Presentase (%) 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 6,66% Bau yang lemah 93,33% Tidak berbau 0%



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 26,66% Bau yang lemah 73,33% Tidak berbau 0%



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 86,66% Bau yang lemah 13,33% Tidak berbau 0%



Rata-Rata (%) Bau yang kuat 100% Bau yang lemah 0% Tidak berbau 0%



Lampiran Tabel Panelis Uji Organoleptis (Tekstur) Formula Formula 0 1 2 3 4



Formula Formula 1 1 2 3 4



Formula Formula 2 1 2 3 4



Formula Formula 3 1 2 3 4



Formula Formula 4 1 2 3 4



Formula Formula 5 1 2 3 4



Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Organolepti s Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar



1 1 0 1 0 1 0 1 0



2 1 0 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 0 1 0 1 0



8 1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis 9 10 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis



0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 0 1 0 1 0



8 1 0 1 0 1 0 1 0



1 1 0 1 0 1 0 1 0



2 1 0 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis 8 9 10 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0



1 0 1 0 1 0 1



9 1 0 1 0 1 0 1 0



10



1 1 0 1 0 1 0 1 0



2 1 0 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 0 1 0 1 0



Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar



1 1 0 1 0 1 0 1 0



2 1 0 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis 8 9 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0



1 0 1 0 1 1 0 0 1



2 1 0 1 0 0 1 1 0



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4



5



6



1



1



1



0



0



0



1



1



1



0



0



0



1



1



1



0



0



0



1



1



0



0



0



1



7 1 0 1 0 0 1 1 0



8 1 0 1 0 1 0 1 0



1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis 9 10 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0



8 1 0 1 0 1 0 1 0



15 0 15 0 15 0 15 0



Jumlah



2 1 0 1 0 1 0 1 0



1



Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar



Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar



Jumlah 11 1 0 1 0 1 0 1 0



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



15 0 15 0 15 0 15 0 Jumlah 15 0 15 0 15 0 15 0 Jumlah



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



15 0 15 0 15 0 15 0 Jumlah



10



1 0 1 0 1 0 1 0



Panelis 9 10 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12



13



14



1 0 1 0 1 0 1 0



1 0 1 0 1 0 1 0



1 0 1 0 1 0 1 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



15 0 15 0 15 0 15 0 Jumlah



11 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



13 2 13 2 12 3 12 3



Presentase (%) 100 0 100 0 100 0 100 0



Rata-Rata (%) Halus 100%



Kasar 0%



Presentase



Rata-Rata



(%) 100 0 100 0 100 0 100 0



(%) Halus 100%



Kasar 0%



Presentase (%) 100 0 100 0 100 0 100 0



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 100 0 100 0 100 0 100 0



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 100 0 100 0 100 0 100 0 Presentase (%) 86,66 13,33 86,66 13,33 80 20 73,33 26,66



Halus 100%



Kasar 0%



Halus 100%



Kasar 0%



Rata-Rata (%) Halus 100%



Kasar 0%



Rata-Rata (%) Halus 81,66%



Kasar 18,33%



Formula Formula 6 1 2 3 4



Organoleptis Tekstur Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar



1 1 0 1 0 0 1 0 1



2 1 0 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 1 0 0 1 0 1 0 1



Panelis 9 1 0 1 0 1 0 1 0



8 1 0 1 0 1 0 1 0



Jumlah 10



11 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



12



13



14



1 0 1 0 1 0 1 0



1 0 1 0 1 0 1 0



1 0 1 0 1 0 1 0



11 0 1 0 1 0 1 0 1



12 0 1 0 1 0 1 0 1



13 0 1 0 1 0 1 0 1



14 0 1 0 1 0 1 0 1



15 0 1 0 1 0 1 0 1



11 0 1 0 1 0 1 0 1



12 0 1 0 1 0 1 0 1



13 0 1 0 1 0 1 0 1



14 0 1 0 1 0 1 0 1



15 0 1 0 1 0 1 0 1



11 0 1 0 1 0 1 0 1



12 0 1 0 1 0 1 0 1



13 0 1 0 1 0 1 0 1



14 0 1 0 1 0 1 0 1



15 0 1 0 1 0 1 0 1



0 1 0 1 0 1 0 1



11 0 1 0 1 0 1 0 1



12 0 1 0 1 0 1 0 1



13 0 1 0 1 0 1 0 1



14 0 1 0 1 0 1 0 1



15 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 9 10 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



11 0 1 0 1 0 1 0 1



12 0 1 0 1 0 1 0 1



13 0 1 0 1 0 1 0 1



14 0 1 0 1 0 1 0 1



15 0 1 0 1 0 1 0 1



1 0 1 0 1 0 1 0



13 2 11 4 10 5 10 5



Presentase (%) 86,66 13,33 73,33 26,66 66,66 33,33 66,66 33,33



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 0 100 0 100 0 100 0 100



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 0 100 0 100 0 100 0 100



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 0 100 0 100 0 100 0 100



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 0 100 0 100 0 100 0 100



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 0 100 0 100 0 100 0 100



Rata-Rata (%)



Halus 73,33%



Kasar 26,66%



Lampiran tabel panelis uji efektifitas (oles) Formula Formula 0 1 2 3 4



Formula Formula 1 1 2 3 4



Formula Formula 2 1 2 3 4



Formula Formula 3 1 2 3 4



Formula Formula 4 1 2 3 4



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 0 1



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 0 1 0 1 0 1 0 1



5 0 1 0 1 0 1 0 1



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 0 1



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 0 1 0 1 0 1 0 1



5 0 1 0 1 0 1 0 1



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 0 1



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 0 1 0 1 0 1 0 1



5 0 1 0 1 0 1 0 1



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 0 1



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 0 1 0 1 0 1 0 1



5 0 1 0 1 0 1 0 1



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 0 1



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 0 1 0 1 0 1 0 1



5 0 1 0 1 0 1 0 1



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 0 1 0 1 0 1 0 1



8 0 1 0 1 0 1 0 1



Jumlah 10



0 1 0 1 0 1 0 1



0 15 0 15 0 15 0 15 Jumlah



10



0 1 0 1 0 1 0 1



0 15 0 15 0 15 0 15 Jumlah



10



0 1 0 1 0 1 0 1



0 15 0 15 0 15 0 15 Jumlah



10



0 15 0 15 0 15 0 15 Jumlah 0 15 0 15 0 15 0 15



Tidak baik 0%



Baik 100%



Tidak baik 0%



Baik 100%



Tidak baik 0%



Baik 100%



Tidak baik 0%



Baik 100%



Tidak baik 0%



Baik 100%



Formula Formula 5 1 2 3 4



Formula Formula 6 1 2 3 4



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 0 1 1 0



2 0 1 0 1 0 1 0 1



3 0 1 0 1 0 1 0 1



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 1 0 1 0 1 0 1 0



8 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 9 10 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12 13 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



Jumlah



Efektifitas Uji oles Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik Tidak baik Baik



1 0 1 0 1 1 0 1 0



2 1 0 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 0 1 0 1 0



4 1 0 1 0 1 0 1 0



5 1 0 1 0 1 0 1 0



6 0 1 0 1 0 1 0 1



7 1 0 1 0 1 0 1 0



8 0 1 0 1 0 1 0 1



Panelis 9 0 1 0 1 0 1 0 1



11 1 0 1 0 1 0 1 0



12 1 0 1 0 1 0 1 0



14 1 0 1 0 1 0 1 0



15 1 0 1 0 1 0 1 0



8 7 8 7 8 7 9 6 Jumlah



10



1 0 1 0 1 0 1 0



13 1 0 1 0 1 0 1 0



11 4 11 4 12 3 12 3



Presentase (%) 53,33 46,66 53,33 46,66 53,33 46,66 60 40



Rata-Rata (%)



Presentase (%) 73,33 26,66 73,33 26,66 80 20 80 20



Rata-Rata (%)



Tidak baik 54,99%



Baik 44,99%



Tidak baik 76,66%



Baik 23,33%



Lampiran tabel panelis uji kesukaan Formula Formula 0 1



2



3



4



Formula Formula 1 1



2



3



4



Kesukaan Skala hedonic Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



5 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



6 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



7 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



Panelis 8 9 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1



Kesukaan Skala hedonic Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



4 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



5 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



6 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



7 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



Panelis 8 9 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0



Jumlah 10



0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



11 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



12 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



13 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



14 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0



15 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



12



13



14



0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



15 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



0 0 0 15 0 0 0 15 0 0 0 15 0 0 0 15 Jumlah



10



0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



0 0 10 5 0 0 10 5 0 0 10 5 0 0 10 5



Presentase (%) 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 Presentase (%) 0 0 66,66 33,33 0 0 66,66 33,33 0 0 66,66 33,33 0 0 66,66 33,33



Rata-Rata (%) Sangat suka 0%



Suka 20%



Agak suka 0%



Tidak suka 80%



Rata-Rata (%) Sangat suka 0%



Suka 0%



Agak suka 66,66%



Tidak suka 33,33%



Formula Formula 2 1



2



3



4



Formula Formula 3 1



2



3



4



Formula Formula 4 1



2



3



4



Kesukaan Skala hedonik Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



4 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



5 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



6 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



7 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



Panelis 8 9 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0



Kesukaan Skala hedonik Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



4 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



5 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



6 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



7 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



Panelis 8 9 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0



Kesukaan Skala hedonik Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



4 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



5 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



6 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



7 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



Panelis 8 9 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0



Jumlah 10



0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



12 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



13 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1



14 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



15 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



11 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



12 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



13 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0



14 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



15 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



11 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



12 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



13 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



14 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



15 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



0 0 13 2 0 0 13 2 0 0 13 2 0 0 13 2



Jumlah 10



0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



0 11 4 0 0 11 4 0 0 11 4 0 0 11 4 0



Jumlah 10



0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



2 13 0 0 2 13 0 0 2 13 0 0 2 13 0 0



Presentase (%) 0 0 86,66 13,33 0 0 86,66 13,33 0 0 86,66 13,33 0 0 86,66 13,33



Presentase (%) 0 73,33 26,66 0 0 73,33 26,66 0 0 73,33 26,66 0 0 73,33 26,66 0



Presentase (%) 13,33 86,66 0 0 13,33 86,66 0 0 13,33 86,66 0 0 13,33 86,66 0 0



Rata-Rata (%) Sangat suka 0%



Suka 0%



Agak suka 86,66%



Tidak suka 13,33%



Rata-Rata (%) Sangat suka 0%



Suka 73,33%



Agak suka 26,66%



Tidak suka 0%



Rata-Rata (%) Sangat suka 13,33%



Suka 86,66%



Agak suka 0%



Tidak suka 0%



Formula Formula 5 1



2



3



4



Formula Formula 6 1



2



3



4



Kesukaan Skala hedonik Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



Kesukaan Skala hedonik Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka



1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



4 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



5 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



6 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



Panelis 8 9 10 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0



11 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



12



13



14



15



Jumlah 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



3 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



4 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



5 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



6 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



Panelis 8 9 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0



11 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



12



13



14



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



15 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



12 3 0 0 12 3 0 0 11 4 0 0 11 4 0 0



Jumlah 10



1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0



14 1 0 0 13 2 0 0 11 4 0 0 11 4 0 0



Presentase (%) 80 20 0 0 80 20 0 0 73,33 26,66 0 0 73,33 26,66 0 0



Presentase (%) 93,33 6,66 0 0 86,66 13,33 0 0 73,33 26,66 0 0 73,33 26,66 0 0



Rata-Rata (%) Sangat suka 76,66%



Suka 23,33%



Agak suka 0%



Tidak suka 0%



Rata-Rata (%) Sangat suka 81,66%



Suka 18,33%



Agak suka 0%



Tidak suka 0%