Lufthania Auliya - (18) - HIKAYAT SI MISKIN PROSA MODERN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Lufthania Auliya Putri Pane Kelas : X MIPA 6 Hikayat si Miskin Pada jaman dahulu, Mara Karamah berjalan berdua besama saudaranya. Adiknya, Tuan Puteri Nila Kesuma yang menangis karena ingin meminum susu, Mendengar rintihan saudaranya, Mara Karamah ikut menangis dan berkata, “Diamlah sebentar jangan menangis.” Akhirnya di berikanlah kepada saudaranya sepotong ketupat itu lalu dia memakannya. Setelah memakan ketupat mereka melanjutkan perjalanannya. Sudah tujuh hari tujuh malam mereka berjalan, dan tujuh ketupat itu habis sudah di makan oleh tuan Puteri Nila Kesuma. Setelah ketupat itu habis adiknya menangis kembali karena dirinya sangat kelaparan. Mara Karamah akhirnya mengambil umbut-umbut dan buah-buahan yang ada di dalam hutan dan dapat di makan oleh saudaranya. Dan mereka menemukan sumber mata air yang dapat di gunakan untuk memandikan saudaranya. Setelah beberapa lama mereka berjalan di hutan itu, kedua saudara itu bertemu dengan gunung yang tinggi dan padang yang luas. Mereka menemukan tempat dimana semua hal yang terasa seperti mimpinya. Di sana ada tempat segala dewa, peri-peri dan para raja jin. Di sanalah Mara Karamah memperoleh banyak kesaktian, yang diberikan oleh anak raja. Dia juga dapat bertemu dengan binatang buas, seperti ular naga buta raksasa. Dari hari itu, beberapa kali ia melihat kekayaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berbagai wujudnya. Bertemulah mereka dengan bukit berjentera, tempat dimana raja-raja dan dewa bertapa di tempat itu. Apabila Mara Karamah bertemu dengan raja-raja itu, tuan Puteri Nila Kesuma harus ia sembunyikam rapat-rapat. Begitupun dengan binatang buas, ia harus bisa menyembunyikan adiknya itu. Dengan demikian, mereka sampai di sebuah pohon beringin yang sangat besar, dan juga ada sebuah air terjun. Di air terjun tersebut mereka memutuskan untuk berhenti dan memandikan saudaranya. Saat memandikan adiknya tiba-tiba ada sebuah burung yang terbang dan berada di kepala Puteri Nila Kesuma. Ia terkejut lalu menangis. Adiknya meminta Mara Karamah untuk menangkap burung itu. Dia melompat dan menangkap burung itu. Burung tersebut diberikan kepada adiknya, dengan senang adiknya berkata “ Ayo kak kita bakar burung ini, lalu kita makan!”. Mara Karamah meminta untuk adiknya bersabar sedikit. Sayup-sayup terdengarlah sebuah bunyi ayam



berkokok, karena hutan tersebut dekat dengan dusun bernama negeri Palinggam Cahaya. “Sebaiknya kamu tunggu disini, biar aku saja yang pergi mencari api dan kita akan membakar burung itu” ujar Mara Karamah. Perkataan saudaranya di anggukan oleh Puteri Nila Kesuma, di berikanlah pelukan dan juga ciuman untuk kakaknya. Mara Karamah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok, ia berjalan menuju bunyi itu dengan jantungnya yang sangat berdebar-debar. Lalu ia sampai di dusun negeri Palinggam Cahaya.