MA.12.1.Adab Dalam Majelis AQ [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Adab dalam majelis Al-Qur’an



INDIKATOR CAPAIAN : Menerapkan adab dalam majelis Al-Quran.



Kisi – kisi Materi : 1. Ikhlash 2.Menjaga adab majlis 3.Bersungguh-sungguh 4.Santun dalam belajar



firman Allah pada surat at-Tahrim ayat 6, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”



al-Maraghi ketika menafsirkan surat at-Tahrim ayat 6. bahwa ayat tersebut merupakan seruan untuk melindungi keluarga dari neraka dengan cara menyerunya untuk meninggalkan maksiat. Hal tersebut bisa dicapai dengan cara menasihati dan mendidiknya (ta’dib). Hal yang senada juga disampaikan oleh Mujahid dengan tambahan untuk menyeru kepada keluarga kalian agar bertaqwa kepada Allah. Abdurrahman Nashir as-Sa’di menafsirkan ayat itu sebagai Ia menyatakan “wa wiqayah al-ahli wa al-aulad bi ta`dibihim wa ta’limihim wa ijbarihim ‘ala amrillah” [Dan penjagaan istri dan anak-anak itu dengan cara mengajari mereka “ta`dib”/ pendidikan adab dan “ta’lim” atau dengan kata lain memelihara diri dan keluarga adalah ajarilah mereka adab dan ilmu (addibuhum wa ‘allimuhum).



1. Niat Ikhlas karena Allah Karena belajar itu ibadah, maka menurut Imam Ja’far as-Shadiq, belajar itu harus dimulai dengan thaharah (pembersihan diri) dan berwudhu . Imam Syafi’i (150- 204 H) pernah “curhat” kepada gurunya, Waqi’ mengenai hafalannya yang buruk. Sang guru menasihatinya agar meninggalkan maksiat. Kata sang guru, ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat. Dengan demikian, belajar harus jauh dari perbuatan maksiat agar apa yang dipelajari menjadi “cahaya” yang dapat menerangi jalan hidup si pembelajar.



2. Menjaga Adab Majelis Diantara Menjaga Adab dalam majelis adalah a. Memberi salam Abu Hurairah ra telah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Bila salah seorang kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)



b. Tidak berbisik berduaan Dalam sebuah majelis tentu akan terdapat banyak orang di dalamnya. Maka dari itu, tidak seharusnya kita saling berbisik-bisik hanya dengan satu orang saja. Hal ini dapat melukai perasaan orang lain sehingga kurang pantas dilakukan. Ibnu Mas`ud Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Bila kamu tiga orang, maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq’alaih). c. Tidak banyak tertawa Majelis ilmu merupakan tempat kita mencari ilmu dan sudah seharusnya kita tidak banyak berbicara apalagi tertawa. Bahkan Rasul sendiri pernah memperingatkan bahwa tertawa yang berlebihan dapat menyebabkan matinya hati.



d. Saling menghormati Berkumpulnya banyak orang dalam sebuah majelis harusnya menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai. Terutama pada guru atau ustadz yang memberikan ilmu, hendaknya kita menghormati dengan mendengarkan pemaparan yang diberikan. Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama. [Riwayat Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’].



3. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu Dalam menuntut ilmu diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalasmalasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi 4. Santun : a.Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Imam Mujahid mengatakan, ‫الَ َيت َ َعلَّ ُم ْال ِع ْل َم ُم ْست َ ْح ٍى َوالَ ُم ْست َ ْك ِبر‬ “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq) b.Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hambahambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)