Makalah Agama Islam Hal-Hal Yang Merusak Keimanan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AGAMA ISLAM HAL-HAL YANG MERUSAK KEIMANAN



DI SUSUN OLEH: RIO ADITYA PRATAMA NPM: 204110168



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT,karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnyalah, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini, meski penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa, penulisan dan penyusunannya. Adapun dalam penyusunan makalah ini penulis memperoleh data/sumber dari media online “internet” dan menjelaskan tentang “HAL-HAL YANG MERUSAK KEIMANAN”. Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam makalah ini, bisa menjadi pelajaran dan menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri penulis sendiri.Kritik dan saran yang bertujuan membangun dari para pembaca, penulis akan terima dengan senang hati, untuk penulisan Makalah yang lebih baik lagi.



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................  DAFRTAR ISI ....................................................................................................... BAB I  PENDAHULUAN 1.      Latar belakang ....................................................................................................... 2.      Rumusan masalah .................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A.    Hal-hal yang merusak keimanan ............................................................................ B.     Syirik ……………................................................................................................... C. Khufur     ………………............................................................................................................... D. Nifah........................................................................................................................ E. Khufarat dan Tahayul...............................................................................................



BAB III PENUTUP A.    Kesimpulan ........................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................



BAB I PENDAHULUAN



1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan tentang adanya dzat yang Maha Kuasa, yang dalam istilah agama disebut Tuhan. Fitrah manusia tersebut adalah fitrah beragama tauhid yang dijadikan oleh Allah swt pada saat manusia itu diciptakan.1Tidak bisa disangkal lagi, bahwa keimanan merupakan inti agama, terlebih agama islam. Persoalan iman ini sangat penting, bukan hanya karena masalah tersebut berkaitan dengan esensi dan eksistensi islam sebagai agama, tetapi juga karena perbincangan mengenai konsep ini menandai titik awal dari semua pemikiran teologi di antara orang-orang Islam masa awal. Dengan memperhatikan aspek sejarah keimanan, bahwa perselisihan atas makna kata tersebut (iman) merupakan perselisihan intern pertama yang terjadi di antara orang-orang islam, yang mengakibatkan masyarakat muslim terpecah menjadi beberapa sekte, dan aliran yang berbeda-beda dalam menafsirkan term iman dalam al-Qur’an dan Sunnah, sehingga satu sama lain saling mengkafirkan. Kelompok yang mula-mula masuk ke dalam gelanggang ini adalah khawarij. Walaupun awal kemunculannya sebagai gerakan politik, namun kemudian beralih menjadi gerakan teologi. Kelompok ini menafsirkan iman yang menekankan bahwa siapa saja yang melakukan dosa besar ia telah menjadi kafir Iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguan hati. Iman berasal dari Bahasa Arab dengan kata dasar amana yu’minu imanan, artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya. Menurut Drs. Zainudin dalam bukunya Pahala Dalam Islam, iman adalah percaya dalam hati dan mengikrarkan dengan lisan, serta melaksanakan dengan anggota badan. Adapun unsur- unsur iman di sini adalah mempercayai adanya Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Kiamat, dan Qadar Allah, baik dan burukya dari Allah Ada banyak faktor pemicu tersebarnya paham Atheisme di dunia dan membuat paham komunis perusak, berkuasa di Eropa dan belahan dunia lainnya, yaitu: 1. Kesewenang-wenangan gereja nasrani, dan persekutuan antara gereja dan penguasa Nasrani untuk memperlakukan rakyat secara semena-mena, menindas dan mengeksploitasi rakyat atas nama kekuasaan berbasis agama. 2. Berseberangan dengan rasio dan kebutuhan-kebutuhan manusia. 3. Loncatan yang membuat akal tercengang dan bingung. Fakta yang mendorong banyak orang mempercayai semua teori yang muncul atas nama ilmu dan teori-teorinya, meski teori yang jelas-jelas dusta dan dibuat-buat. Ini tidak aneh, karena ketika orang tidak mampu menghadapi kekuatan materi atau rohani apapun, kekuatan akal dan



fisiknya akan lenyap, sehingga akan menerima apapun yang disukai, dan membenarkan segala yang dikatakan. 4. Kecenderungan watak manusia pada syahwat dan kenikmatan, melepaskan diri dari segala belenggu dan aturan yang membatasi kecenderunganya, atau mengarahkan instingnya, khususnya jika ada yang mendorong untuk itu, sehingga akan semakin memperkuat kecenderungan orang untuk bebas, menghalalkan apa saja,melepaskan diri dari ikatan-ikatan moral dan kewajiban-kewajiban agama. 2. RUMUSAN MASALAH A. Pengertian iman B. Apa saja hal yang merusak keimanan 1. Syirik’ 2. Khufur 3. Nifaq 4. Khufarat dan tahayul



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN IMAN Iman menurut, etimologi berarti pembenaran hati. Secara terminologi iman berarti pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Pengertian iman dari bahasa arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).[1] Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya. Al Qur-an mendefinisikan iman dengan ayat-ayat yang sangat jelas tentang ciri-ciri orang-orang beriman. Jika kita cermati ayat-ayat ini selalu menghubungkan iman sebagai aktifitas hati dengan  amal saleh (kerja yang baik atau amalan produktif) sebagai aktifitas. Orang-orang yang memiliki kecintaan kepada Allah dan Kitab Suci-Nya sehingga selalu membaca Al Qur-an, mengkaji kandungannya, dan mengamalkan isinya. Mereka juga menunaikan rukun Islam: menegakkan syahadat, mendirikan sholat, berzakat, dan lain-lain. Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur yang ada dalam definisi iman di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetaapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakaan sebagai mukmin yang sempurna, sebab unsur-unsur keimanan tersebut merupakan suatu kesatuan yang uruh dan tidak dapat dipisahkan. Firman Allah:



ْ َ‫تُلِي‬ ‫ َوإِ َذا‬ ‫قُلُوبُهُ ْم‬ ‫ت‬ ْ َ‫ َو ِجل‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫ ُذ ِك َر‬ ‫إِ َذا‬  َ‫الَّ ِذين‬  َ‫ ْال ُم ْؤ ِمنُون‬ ‫إِنَّ َما‬ { َ‫يَت ََو َّكلُون‬ ‫ َربِّ ِه ْم‬ ‫ َو َعلَ ٰى‬ ‫إِي َمانًا‬ ‫زَا َد ْتهُ ْم‬ ُ‫آيَاتُه‬ ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ ‫ت‬ َّ ‫ال‬  َ‫يُقِي ُمون‬  َ‫الَّ ِذين‬ ]3-2 : ‫[األنفال‬  َ‫يُنفِقُون‬ ‫م‬sُْ‫ َر َز ْقنَاه‬ ‫ َو ِم َّما‬ َ‫صاَل ة‬



“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Al-Anfaal: 2-3)[2] 1.    Dalil-dalil tentang iman ‫[الحجرا‬  َ‫الصَّا ِدقُون‬ ‫هُ ُم‬ ‫ك‬ َ ِ‫أُو ٰلَئ‬  ِۚ ‫هَّللا‬ ‫ َسبِي ِل‬ ‫فِي‬ ‫ َوأَنفُ ِس ِه ْم‬ ‫بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم‬ ‫ َو َجاهَدُوا‬ ‫يَرْ تَابُوا‬ ‫لَ ْم‬ ‫ثُ َّم‬ ‫ َو َرسُولِ ِه‬ ِ ‫بِاهَّلل‬ ‫آ َمنُوا‬  َ‫الَّ ِذين‬  َ‫ ْال ُم ْؤ ِمنُون‬ ‫إِنَّ َما‬ ]15 : ‫ت‬



“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orangorang yang benar.” (Al Hujarat: 15) { ‫الُوا‬OOَ‫ َوق‬  ۚ‫سلِ ِه‬ ُ ‫نُفَ ِّر‬  ‫اَل‬ ‫سلِ ِه‬ ُ ‫ ُّر‬ ‫ ِّمن‬ ‫أَ َح ٍد‬  َ‫ َبيْن‬ ‫ق‬ ُ ‫ َو ُر‬ ‫ َو ُكتُبِ ِه‬ ‫ َو َماَل ئِ َكتِ ِه‬ ِ ‫ ِباهَّلل‬  َ‫آ َمن‬ ‫ ُك ٌّل‬  ۚ َ‫ َوا ْل ُمؤْ ِمنُون‬ ‫ َّربِّ ِه‬ ‫ ِمن‬ ‫إِلَ ْي ِه‬ ‫أُن ِز َل‬ ‫ ِب َما‬ ‫سو ُل‬ ُ ‫ال َّر‬  َ‫آ َمن‬ )285 : ‫(البقرة‬ - ‫صي ُر‬ َ ِ ‫ا ْل َم‬ ‫ َوإِلَ ْي َك‬ ‫ َربَّنَا‬  َ‫ ُغ ْف َرانَك‬  ۖ‫ َوأَطَ ْعنَا‬ ‫س ِم ْعنَا‬ Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al Baqarah: 285)



B. HAL-HAL YANG MERUSAK KEIMANAN



1. Syirik



Definisi Syirik Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta. Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya. Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman “Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” [Luqman: 13]   



Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman



yang paling besar, karena ia me-nyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Contoh perbuatan syirik, di antaranya adalah orang yang memohon (berdo’a) kepada orang yang sudah mati, baik itu Nabi, wali, maupun yang lainnya. Perbuatan ini adalah syirik. Berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti berdo’a me-minta suatu hajat, isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati, baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat, atau minta rizki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan lainnya selain Allah adalah syirik akbar (syirik besar).



 Jenis-Jenis Syirik Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.



1. Syirik Besar Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang (dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah saja. Syirik besar ada banyak, sedangkan di sini akan disebutkan empat macamnya saja 1. Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selain-Nya. 2. Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. 3. Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  4. Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.  2. Syirik Keci lSyirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar. Syirik kecil ada dua macam: 1. Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucap- an dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah Subhanahu wa Ta'ala. 2. Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin men- dapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya (karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca (Al-



Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya. Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah [15]) karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.



2.Kufur a. Definisi Kufur Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara', kufur adalah tidak beriman kepada Allah Subhanahu waTa’ala dan RasulNya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.



b.Jenis Kufur Kufur ada dua jenis: Kufur Besar dan Kufur Kecil. 1. KUFUR BESAR Kufur besar bisa mengeluarkan seorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam: 1. Kufur karena mendustakan, dalilnya adalah firman Allah Subhanahu waTa’ala ,Artinya:"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang haq itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat tinggal bagi orang- orang yang kafir?" (Al-Ankabut: 68). 2. Kufur karena enggan dan sombong, padahal membenarkan, dalilnya firman Allah Subhanahu waTa’ala ,Artinya:"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Tunduklah kamu kepada Adam.' Lalu mereka tunduk kecuali Iblis; ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 34). 3. Kufur



karena



ragu,



dalilnya



adalah



firman



Allah



Subhanahu



waTa’ala,



Artinya:"Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri; ia



berkata, 'Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.' Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya, 'Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun'."(Al-Kahfi: 35-38). 4. Kufur karena berpaling, dalilnya adalah firman Allah Subhanahu waTa’ala , Artinya:"Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka." (Al- Ahqaf: 3) 5. Kufur



karena



nifaq,



dalilnya



adalah



firman



Allah



Subhanahu



waTa’ala



,Artinya:"Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara lahirnya, lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti." (Al- Munafiqun: 3).



2. KUFUR KECIL Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur 'amali. Kufur 'amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya,Artinya:"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir." (An-Nahl: 83).



3. Nifaq a. Definisi nifaq Nifaq secara bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan ُ َ‫( النَّف‬nafaq) yaitu lobang keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata ‫ق‬ tempat bersembunyi.[2] Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena



dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.” [AtTaubah: 67] Yaitu mereka adalah orang-orang yang keluar dari syari’at. Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. B. Jenis Nifaq Nifaq ada dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali. 1. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) Yaitu



nifaq



besar,



di



mana



pelakunya



menampakkan



keislaman,



tetapi



menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama ummat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-Kitab-Nya dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu: 1. Mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa. 2. Membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. 3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam. 4. Tidak senang dengan kemenangan Islam.



2. Nifaq ‘Amali (Perbuatan). Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebiasaankebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, perbuatan iman dan perbuatan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan, seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya, sehingga para Sahabat Radhiyallahu anhum begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata: “Aku bertemu dengan 30 Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka semua takut kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.”



4. Khufarat dan tahayul a. pengertian Khurafat Sumber khurafat (ejaan lama: churafat) adalah dinamisme dan animisme. Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, bendabenda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia. Khurafat diartikan sebagai cerita-cerita yang mempesonakan yang dicampuradukkan dengan perkara dusta, atau semua cerita rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adatistiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam. Khurafat adalah bid’ah dalam bidang akidah, yakni kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu perkara yang menyalahi ajaran Islam. Misalnya, meyakini kuburan orang saleh dapat memberikan berkah, memuja atau memohon kepada makhluk halus (jin), meyakini sebuah benda –tongkat, keris, batu, dll.—memikiki kekuatan ghaib yang bisa diandalkan, dan sebagainya. Khurafat adalah budaya masyarakat Jahiliyah. Di antara khurafat mereka ialah mempercayai kepada arah burung yang berterbangan, memberi kesan kepada nasib mereka. Masyarakat Jahiliah percaya, jika burung hantu menghinggapi dan berbunyi di atas sesebuah rumah, maka artinya salah seorang dari penghuni rumah itu akan meninggal dunia. Kepercayaan sebegini mengakibatkan penghuni rumah akan berdukacita.[6]



 b. Pengertian Takhayul Secara bahasa , takhayul berasal dari kata khayal yang berarti apa yang tergambar  pada seseorang mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.Takhayul diartikan juga percaya kepada sesuatu yang tidak benar (mustahil).Takhayul merupakan bagian dari Khurafat. CONTOH TAKHAYUL 1.      Percaya kepada benda- benda pusaka seperti keris , tombak dan lain-lain memiliki kesaktian dan dapat mendatangkan keberkahan 2.      Percaya bahwa air sumur tertentu yang disakralkan dapat membawa keberkahan jika meminumnya, membuat awet muda jika dipakai untuk mandi 3.      Seorang suami yang istrinya sedang hamil dilarang memancing ikan, karena dapat membuat cacat bayi yang ada di dalam kandungan 4.    Percaya jika mata kiri kedutan akan menerima rejeki 5.    Wanita yang belum menikah dilarang berdiri di depan pintu karena akan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Iman menurut, etimologi berarti pembenaran hati. Secara terminologi iman berarti pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Pengertian iman dari bahasa arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). 1. Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.



2. Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara', kufur adalah tidak beriman kepada Allah Subhanahu waTa’ala dan RasulNya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.



3. Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. 4. Sumber khurafat (ejaan lama: churafat) adalah dinamisme dan animisme. Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia.



5. Secara bahasa , takhayul berasal dari kata khayal yang berarti apa yang tergambar  pada seseorang mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.



DAFTAR PUSTAKA http://loeqmaenefendi.blogspot.com/2019/01/makalah-syirik-bidah-khurafattakhayul.html https://slideplayer.info/slide/12994917/ http://ernandablog.blogspot.com/2018/03/makalah-iman-kufur-nifaq-dansyirik.html http://eprints.walisongo.ac.id/6900/2/BAB%20I.pdf https://almanhaj.or.id/3164-nifaq-definisi-dan-jenisnya.html