Makalah Air Permukaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HIDROLOGI DAN GEOHIDROLOGI AIR PERMUKAAN (PENGUKURAN, JENIS ALIRAN, KAITAN ALIRAN DENGAN DATA HUJAN)



Disusun Oleh : Kelompok 3 Aliza Eka Yusnaini



1910024428009



Ardi Maulana Yusuf



1810024428006



Dio Hendra Insani



1810024428002



Shinta Anggraini



1810024428020



Robert Sangra Wijaya



1810024428019



Dosen Mata Kuliah : Nofriya, ST., M.Si YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt karena dengan limpahan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah Hidrologi dan Geohidrologi ini. Dan kami berterima kasih kepada Bapak Nofriya ST., M.Si selaku dosen mata kuliah Hidrologi dan Geohidrologi yang telah memberikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dan penulisan yang kurang berkenan.



Padang, Mei 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



LEMBAR JUDUL KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4 1.1 Latar Belakang............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5 1.3 Tujuan.........................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6 2.1 Pengertian Limpasan Permukaan...............................................................6 2.2 Jenis Aliran.................................................................................................6 2.3 Kaitan Aliran dengan Data Hujan.............................................................10 2.4 Pengukuran Air Permukaan......................................................................11 BAB III PENUTUP...............................................................................................15 3.1 Kesimpulan ..............................................................................................15 3.2 Saran.........................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Berbagai macam air dapat kita lihat di sekitar kita, misalnyaair sumur, air



sungai, air hujan, air rawa, air telaga, air danau, air laut, air es,dan sebagainya. Bumi sebagai tempat tinggal merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang hampir tiga perempat permukaannyatertutup oleh air, baik air yang ada di darat maupun yang ada di laut.Lapisan air yang menutupi permukaan bumi kita ini disebut hidrosfer.Lapisan air yang menutupi permukaan bumi akan membentuk samudera, laut, rawa, telaga, danau, sungai, tumpukan es, awan, uap,dan sebagainya. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan dan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, telaga, rawa,dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa air sumur, air sungai, rawa, telaga, danau, empang dan sejenisnya termasuk jenis perairan darat. Tata air yang berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut hidrologi. Air permukaan tanah dan air tanah yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat dalam proses daur/siklus hidrologi. Jika peredaran siklus hidrologi atau siklus air tidak merata (hal mana memang terjadi demikian), maka akan terjadi berbagai kesulitan. Peredaran air yang berlebih dapat mengakibatkan permasalahan banjir, untuk ini harus diupayakan segera pengendalian banjir.sementara itu jika peredaran air sedikit/kurang dapat mengakibatkan permasalahan kekeringan.



4



1.2



Rumusan Masalah



a)



Bagaimana jenis aliran air permukaan?



b)



Bagaimana kaitan aliran air permukaan dengan data hujan?



c)



Bagaimana cara pengukuran air permukaan?



1.3



Tujuan



1.



Untuk mengetahui dan memahami mengenai air permukaan.



2.



Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengukuran dan kaitan data hujan terhadap air permukaan



5



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian Limpasan Permukaan Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena



penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungancekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah. Menurut Seyhan (1990), limpasan adalah bagian presipitasi (juga kontribusikontribusi permukaan dan bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus. Limpasan permukaan adalah bagian limpasan yang melintas di atas permukaan tanah menuju saluran sungai. Limpasan berlangsung ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Air kemudian akan menjadi air limpasan ketika tanah telah tidak mampu menyerap air. 2.2



Jenis Aliran Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber, yaitu aliran permukaan,



aliran antara dan aliran air tanah. Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan akan membentuk limpasan permukaan. Hujan yang sampai ke permukaan tanah akan ditransformasikan sebagian menjadi limpasan setelah tanah menjadi jenuh dan laju perkolasi lebih rendah dari intensitas hujan. Kejadian aliran air sangat ditentukan oleh transformasi hujan dari langit kemudian sebagian mengalami abstraksi dan ditersepsi oleh tanaman penutup. 6



Hujan yang sampai di tanah mengalami infiltrasi dan menjadi jenuh. Setelah itu terjadilah aliran permukaan. Proses tranformasi ini sering disebut model transformasi hujan aliran atau dalam bentuk transformasi hydrograf hujan menjadi hidrograf aliran. Aliran air yang terjadi di permukaan tanah setelah jenuhnya tanah lapisan permukaan disebut runoff. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran permukaan (run off) setelah tanah di lapisan permukaan jenuh oleh air hujan dan proses hujan memiliki intensitas lebih besar dari laju perkolasi. Aliran permukaan kemudian saling bertemu pada jaringan pengaliran yang kecil sebagai anak-anakan sungai. Aliran tersebut terus berkumpul dan selanjutnya akan bertemu di sungai sebagai aliran air yang lebih besar dimana aliran permukaan berpadu dengan aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran dasar (base flow). Sungai sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam sungai induk pada suatu daerah aliran. Jadi daerah aliran suatu sungai yang sering disebut DAS merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara lainnya. Melalui sistem sungai yang mempunyai outlet tunggal, system aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran hulu, daerah aliran tengah, daerah aliran hilir. Di masing-masing daerah aliran ini terjadi proses geomorfik yang berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu biasanya terjadi erosi vertikal, bagian daerah tengah terjadi erosi vertikal dan lateral kira-kira sama kuat, dan di daerah aliran hilir terjadi proses erosi lateral. Kegiatan aliran air sungai biasanya adalah mengambil (mengerosi/mengikir), mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembah sungai sangat tidak tetap dalam arti selalu mengalami perubahan-perubahan tersebut dapat tejadi pada panjang, lebar atau dalamnya lembah. Air sungai dalam perjalanannya dari hulu ke hilir melakukan kegiatan mengikis, mengambil



bahan



lepas,



mengangkut



dan



mengendapkan.



Suatu



lembah



penampangnya tidak tetap dan sifatnya dinamik (mengalami perubahan-perubahan). Perubahan ini di sebabkan karena erosi, erosi tersebut bisa berupa erosi mudik 7



(menyebabkan lembah panjang kearah hulu), erosi lateral (menyebabkan pelebaran lembah), dan erosi vertikal (menyebabkan pendalaman lembah). Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral pada daerah-daerah aliran sungai pada stadium tua. Terbentuknya meander menyebabkan bertambah panjangnya lembah. Meander merupakan aliran sungai yang berliku-liku sebagai akibat dari erosi lateral, sehingga dengan berliku-likunya aliran sungai lembah sungai pun bertambah panjang. Perubahan muka air laut dimana sungai tersebut bermuara. Penurunan muka air laut ini dapat disebabkan karena terjadi pengangkatan dasar laut atau penurunan dasar laut. Terjadinya penurunan dan pendangkalan dasar laut menyebabkan aliran sungai bertambah panjang kearah laut, muara bergeser kearah laut dan garis pantai bertambah lebar. Jika hujan berlangsung terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di permukaan tanah, parit-parit, dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua dipenuhi air, dan setelah itu barulah terjadi runoff. Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan dipengaruhi pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan. Kapasitas awal (tanah yang kering) biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun hingga mencapai nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir. Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi dibawah permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah. Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut. Dalam analisis hidrologi aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelompokkan menjadi satu yang disebut aliran langsung, sedangkan aliran tanah disebut aliran tak langsung.



8



Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga aliran langsung (direct runoff). Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu singkat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Banjir merupakan bencana yang dapat mengurangi kualitas tanah untuk pertumbuhan



tanaman.



Perubahan



penggunaan



lahan



dari



daerah



pertanian/perkebunan (tegalan) atau hutan menjadi daerah pemukiman berpotensi menyebabkan banjir karena proses infiltrasi alami berkurang. Pengaruh hujan memberikan peluang untuk menjadi aliran permukaan sehingga air akan mengalir bergerak kearah yang lebih rendah menuju sungai menjadi aliran sungai. Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi air di udara, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut lalu terjadilah suatu keadaan debit air sungai melebihi aliran dasar akibat dari hujan yang jatuh di atas vegetasi/tanaman, bebatuan, permukaan air, permukaan tanah, dan saluran sungai yang membentuk limpasan air. Sungai merupakan sumber air utama bagi masyarakat yang berada didaerah beriklim monsun. Kondisi pengaliran air di sungai sangat ditentukan oleh jenis tanah yang menjadi daerah pengaliran sungai. Aliran air sungai sering kali berubah berdasarkan jenis tanah dan batuan penyusun daerah pengaliran sungai. Sungai yang berada di daerah aluvial dan endapan memiliki kecenderungan untuk berubah arah ketika energi yang dimiliki aliran sungai meningkat. Energi aliran (kinetik) ini menyebabkan penerobosan tanah oleh air dan membentuk aliran baru seperti yang terjadi di beberapa sungai di Sulawesi misalnya Sungai Larian di Provinsi Sul-Bar dan Sungai Rongkong di Provinsi Sul-Sel. Perubahan aliran sungai kerap kali dianalogikan dengan umur sungai. Sungai muda cenderung berubah arah dalam periode waktu tertentu, sementara sungai tua cenderung tetap pada aliran yang ada.



9



Gerakan air dan angin di permukaan lahan dapat membentuk pola aliran secara alamiah mengikuti arah gerakan air secara gravitasional. Meskipun demikian ada beberapa hal yang merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan pola aliran termasuk slope atau kemiringan lahan, sifat tanah dan batuan dasar penyusun DAS, dan sejarah gerakan hidraulika aktivitas batuan beku, dan transport sedimen. Tipe pola aliran limpasan : 1. Tipe pola aliran yang paling umum adalah dendritik. Pola ini dicirikan oleh banyaknya aliran-aliran kecil yang berhubungan dari orde rendah ke orde yang tinggi. 2. Pola Trellis dicirikan oleh aliran utama yang panjang yang dialiri oleh sejumlah anakan-anakan sungai pendek. 3. Pola tipe Radial banyak ditemukan di daerah pegunungan dengan tanah dan batuan yang umumnya masih berkembang. Hal ini sering menimbulkan aliran yang terpisah-pisah menuruni pegunungan dan sangat jarang ditemukan aliran yang lurus kecuali pada daarah curam dengan material dasar yang homogen. 4. Pola Braided dicirikan oleh sejumlah percabangan sungai dan saluran air pada wilayah bantaran sungai. Aliran Braided umumnya membawa banyak sedimen, namun sering memiliki debit air yang kecil diistilahkan dengan incipient forms of meandering dimana kenyataan bahwa kelokan sungai terbentuk oleh sedimen dan pengaruh kecepatan aliran air yng memasukinya. 2.3



Kaitan Aliran dengan Data Hujan Hujan yang jatuh di suatu DAS akan berubah menjadi aliran di sungai. Dengan



demikian terdapat suatu hubungan antara hujan dan debit aliran, yang tergantung pada karakteristik DAS. Stasiun pengukuran hujan bisa cukup banyak di suatu DAS, dan pengukuran juga dapat dilakukan dalam waktu yang panjang. Sementara itu pengukuran debit biasanya lebih sedikit daripada pengukuran hujan, baik dalam hal jumlah stasiun maupun waktu pengukuran. Dengan demikian jumlah data hujan 10



biasanya jauh lebih banyak daripada data debit. Untuk itu perlu dicari bentuk persamaan debit aliran sebagai fungsi curah hujan, berdasarkan kedua jenis data yang tercatat dalam waktu bersamaan. Bentuk umum dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah: Q = b (P – Pa) Keterangan: Q



= kedalaman limpasan



P



= kedalaman hujan



Pa



= kedalaman hujan di bawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan



B



= kemiringan garis.



Apabila curah hujan P lebih kecil dari Pa, berarti seluruh hujan tersebut hilang dari DAS yang berupa infiltrasi dan evapotranspirasi, dan tampungan permukaan, namun limpasan mulai terjadi setelah P lebih besar dari Pa. 2.4



Pengukuran Air Permukaan Menghitung limpasan permukaan (run off) pada suatu areal lahan penting untuk



maksud perencanaan penggunaan lahan. Dari perhitungan pendugaan runoff itu dapat dibuat perencanaan untuk berbagai hal, salah satunya adalah upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka mengendalikan runoff dan erosi tanah. Selain itu, para perencana dapat merencanakan pembuatan waduk, palung atau hanya cekdam atau embung dalam rangka melakukan konservasi air. Dengan demikian, perencanaan yang holistik dapat dibuat, dalam rangka membangun ramah lingkungan. Dengan menggunakan rumus Rasional, pendugaan debit air limpasan dapat dilakukan dengan mudah. Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu Koefisien Run Off ( C ), Data Intensitas Curah Hujan (I), dan Catchment Area (Aca). Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan 11



kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula. Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus) air sungai atau aliran air lainnya. Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (propeller type) dan tipe canting (cup type). Penggunaan alat tersebut dilakukan dengan tongkat berskala atau dengan menggunakan perahu. Bila menggunakan tongkat, ujung tongkat dipasang pada bagian alat yang telah tersedia lalu dimasukkan ke dalam air. Dan bila menggunakan perahu, alat dimasukkan ke dalam air dengan menggunakan tali berskala yang ujungnya diikatkan pada bagian alat pemberat yang tersedia. Skala pada tali atau tongkat ini berfungsi untuk menunjukkan kedalaman pengukuran yang dikehendaki. 1.



Pengukuran Tinggi Air Limpasan Permukaan Limpasan air dalam daerah aliran sungai (DAS) nampak dalam bentuk sistem yang sangat kompleks, terjadi setelah air hujan mengalami perjalanan melalui beberapa tahap mulai dari penimbunan dan pemindahan sampai masuk ke dalam saluran. Kekomplekan ini semakin bertambah sejalan dengan faktor variabel dalam DAS. Limpasan air dari suatu daerah aliran sungai (DAS) yang besar biasanya dimonitor dengan alat AWLR (Automatic Water Level Recorder). Alat ini mengukur tinggi muka air sungai secara terus menerus. Hasil pengukurannya berupa grafik hubungan antara tinggi muka air dengan waktu atau sering disebut hidrograf. Data debit merupakan salah satu data hidrologi yang sangat penting yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan bangunanbangunan keairan. Untuk mendapatkan data debit dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya dengan alat ukur AWLR (Automatic Water Level Recorder), hasil berupa output data berupa debit air. Untuk dapat mengukur besarnya debit sungai maka pada saat tertentu (biasanya pada saat musim hujan dan kemarau) dilakukan pengukuran 12



debit sungai. Hubungan antara debit dan tinggi muka air dapat dihitung dengan menggunakan stage hydrograph curve. Hidrograf adalah suatu diagram yang menggambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka air menurut waktu. Hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan. Bentuk hidrograf banjir sangat dipengaruhi oleh bentuk DAS. Jika bentuk DAS membesar di tengah maka bentuk hidrografnya adalah debit puncak berlangsung dalam waktu yang cepat. Jika berbentuk membesar di hulu maka debit puncak akan dicapai dalam waktu yang relatif lama, sedangkan jika berbentuk mengecil ditengah dan membesar dibagian hulu dan hilir maka bentuk hidrografnya mempunyai puncak dua buah. Jika DAS mempunyai bentuk panjang maka bentuk hidrografnya relatif simetris. 2.



Pengukuran Kecepatan Aliran Limpasan Permukaan Menurut Sosrodarsono dan Tekeda (1993), dari cara-cara pengukuran debit di atas cara menghitung debit dengan pengukuran kecepatan dan luas penampang melintang yang paling sering digunakan adalah metode pelampung. Cara tersebut dapat dengan mudah digunakan meskipun aliran permukaan tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan. Pelampung tangkai merupakan satu contoh pelampung yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran. Dimana pelampung tangkai terbuat dari setangkai kayu atau bambu yang diberi pemberat pada ujung bawahnya. Pelampung jenis ini memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibanding pelampung jenis lain yang tidak memiliki pemberat. Akan tetapi kedalaman pelampung tidak boleh mencapai dasar sungai sehingga tangkai tidak dipengaruhi oleh bagian kecepatan yang lambat pada lapisan



13



bawah. Jadi hasil yang didapat adalah lebih tinggi dari kecepatan rata-rata sehingga pelampung harus disesuaikan dengan sesuatu koefisien. 3.



Metode Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Perhitungan debit banjir dengan metode rasional memerlukan data intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Loebis 1992). Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa analisis IDF memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman data hujan. Jika tidak tersedia waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau disebabkan oleh karena alatnya tidak ada, dapat ditempuh cara-cara empiris dengan mempergunakan rumus-rumus eksperimental seperti rumus Talbot, Mononobe, Sherman dan Ishigura (Suyono dan Takeda 1993).



14



BAB III PENUTUP



3.1



Kesimpulan Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena



penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungancekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah. Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber, yaitu aliran permukaan, aliran antara dan aliran air tanah. Bentuk umum dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah: Q = b (P – Pa) Keterangan: Q



= kedalaman limpasan



P



= kedalaman hujan



Pa



= kedalaman hujan di bawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan



b



= kemiringan garis.



Pengukuran air permukaan terdiri dari pengukuran tinggi air limpasan permukaan, pengukuran kecepatan aliran air limpasan permukaan, dan pengukuran debit air permukaan.



15



3.2



Saran Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekeliruan dan masih jauh darikata sempurna, Oleh karena itu kami mengharapkan dari semua pihak untuk memberikan kritikdan saran yang bersifat membangun, untuk kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Namun, kami berharap makalah kami bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi kami sendiri.



16



DAFTAR PUSTAKA Bambang Triatmodjo. 2015. Hidologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta Chay Asdak. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Indarto. 2014. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Bumi Aksara. Jakarta Indarto. 2015. Hidrologi – Metode Analisis dan Tool untuk Interpretasi Hidrograf Aliran Sungai. Bumi Aksara. Jakarta Loebis, J., 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta Robert J. Kodoatie. 2009. Hidrolika Terapan. ANDI. Yogyakarta Seyhan. E.1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramitha. Jakarta Sri Harto Br.1993. Analisis Hidrologi. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta



17