Makalah Aliran-Aliran Filsafat Pendidika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN D I S U S U N OLEH : KELOMPOK IV NAMA : 1. AISYAH FITRIA SARI (4181131023) 2.CINDY FITRIA(4181131028) 3.CUT SAFRIDA RISKA(4182131003) MATKUL:FILSAFAT PENDIDIKAN DOSEN :EDIZAL HATMI



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PENDIDIKAN KIMIA KELAS A STAMBUK 2018



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke



akar-akarnya mengenal pendidikan. Para filsuf melalui karya filsafat pendidikannya, berusaha



menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar geografis, sosiologis, dan budaya suatu bangsa. Berbagai aliran filsafat pendidikan, memberi dampak terciptanya konsep-konsep atau teoriteori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah. 1.2 Rumusan Masalah 1.Bagaimana



konsep



pendidikan



aliran



filsafat



perenealisme,



esensialisme,



dan



rekonstruksionisme? 2.Bagaimana implikasi aliran filsafat perenealisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme dunia pendidikan Indonesia? 3.Apa saja contoh penerapan aliran filsafat perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme?



1.3



Tujuan 1. Dapat menjelaskan pengertian dari aliran filsafat perenealisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme. 2. Dapat mengemukakan konsep pendidikan aliran filsafat perenealisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme. 3. Dapat menjabarkan



implikasi



aliran



filsafat



perenealisme,



esensialisme,



dan



rekonstruksionisme di dunia pendidikan Indonesia. 4. Mampu menyebutkan contoh penerapan aliran filsafat perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme.



1.4 Manfaat Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat memahami tentang aliran filsafat



tentang



perelialisme,esensialisme,dan



rekontruksionisme



dan



dapat



menerapkan aliran terebut di kehidupan sehari hari dan dapat mempraktikannya dalam pelaksanaan pendidikan.



BAB II PEMBAHASAN Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Dalam filsafat pendidikan



terdapat



berbagai aliran sesuai dengan aliran yang terdapat dalam filsafat. Tinjauan filsafat dapat berwujud sebagai upaya penemuan kongruensi antara aliran-aliran filsafat pendidikan dengan filsafat pancasila. Berikut ini akan diuaraikan berbagai aliran filsafat pendidikan yang menjelaskan tentang



pengkajian terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi manusia dalam pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan lingkungannya yang tercakup dalam perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme ( Edward dan Yusnadi, 2015: 18-19 ). 2.1



Filsafat Pendidikan Perenialisme Berikut ini ada beberapa prinsip pendidikan perenialisme, sebagai berikut:



a.



Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia berada, yang walau



b.



lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan, untuk memperbaiki manusia sebagai manusia atau dengan kata lain pemuliaan manusia. Oleh



c.



karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan dimanapun. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yag paling tinggi. Karena itu manusia harus menggunakan



pikirannya



untuk



mengembangkan



bawaannya



sesuai



dengan



tujuannya.manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat mengintrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan pendekatan d.



intelektual yang sama bagi semua peserta didik. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah pelajaran bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 R’s; membaca, menulis,



e. f.



dan menghitung. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup. Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi (Edward dan Yusnadi, 2015:30). Penerapan filsafat pendidikan perenialisme terhadap praktik pelaksanaan pendidikan,



sebagai berikut ini: a.



Pendidikan Perenialisme memandang education as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah



memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan ”Pendidikan mengimplikasikan pengajaran, pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”. Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. b.



Tujuan pendidikan Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.



c.



Sekolah Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bagi perenialist merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.



d.



Kurikulum Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content” yang lebih besar.



e.



Metode Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.



f.



Peranan guru dan peserta didik



Peran guru bukan hanya sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang profesional yang qualifiet dan superior dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge. Contoh aliran perenialisme pada pendidikan di Indonesia yaitu berdirinya sekolah-sekolah yang berbasis agama seperti Muhammdiyah, Nahdatul Ulama, sekolah-sekolah Kristen, dan Pondok Pesantren. Sekolah-sekolah seperti ini biasanya memiliki kurikulum yang sedikit berbeda dan lebih mengedepankan ilmu agama karena agama dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup. 2.4



Filsafat Pendidikan Esensialisme Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah



sebagai berikut : 1.



Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang



2.



memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa



3.



balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka



4.



menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. Penerapan filsafat pendidikan perenialisme terhadap praktik pelaksanaan pendidikan,



sebagai berikut ini: a.



Pendidikan Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “Edukation as Cultural Conservation”. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teruji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban hari kini dan masa depan umat manusia.



b.



Tujuan pendidikan



Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum. c.Sekolah Fungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang (individu) kepada masyarakat. Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, “society centered school”, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat masyarakat. c.



Kurikulum Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh seorang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Hal ini sesuai dengan dasar filsafat idealisme dan realisme yang menyatakan bahwa masyarakat dan alam (relisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai peranan menentukan bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup.Dalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.



d.



Peranan guru dan peserta didik Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan perannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang dapat dipercaya. Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran. Menurut idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran seperti yang telah ditetapkan oleh yang absolut. Sedangkan menurut realisme belajar berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat dan alam. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya (Dinn Wahyudin, 2010:4.20-4.22).



2.5



Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme Brameld mengemukakan teori pendidikan rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yakni:



a.



Pendidikan berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilainilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi,



b.



dan sosial masyarakat modern. Demokrasi sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru. Lembaga utama di masyarakat ditentukan dan dikontrol oleh masyarakat itu sendiri. Segala harapan dan kepentingan/kebutuhan masyarakat menjadi tanggung jawab rakyat melalui wakil-wakil



c.



yang dipilih. Anak, sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan dan budaya sosial. Rekonstruksionisme memandang kehidupan beradab adalah hidup berkelompok, sehingga sekolah harus berlangsung dalam kelompok yang berarti bahwa kelompok memegang peran yang sangat penting di sekolah. Sekolah adalah realisasi dari sosial (social self realization); melalui sekolah akan dikembangkan bukan hanya sifat sosialnya akan tetapi kemampuan untuk



d.



melibatkan diri dalam perencanaan sosial. Guru memegang peran penting dalam pendidikan di sekolah akan tetapi dalam pelaksanaan



e.



tugasnya harus selalu memperhatikan prosedur demokratis. Tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan krisis budaya, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yaitu nilai-



f.



nilai yang universal. Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih, sebaiknya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah (Edward dan Yusnadi, 2015:32-33).



Berikut ini Power mengemukakan implikasi pendidikan aliran rekonstruksionisme, seperti berikut ini : 1.



2.



Tema Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial dan pendidikan merupakan suatu usaha sosial. Tujuan Pendidikan Pendidikan bertujuan untuk menciptkan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya dalam kegiatan pendidikan merupakan hal yang esensial terutama dalam masyarakat yang majemuk, oleh sebab itu dalam kegiatan tersebut fakta budaya yang majemuk itu harus



3.



dipahami. Kurikulum Kurikulum sekolah harus diwarnai oleh semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan dengan sekolah, tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas atau budaya yang ditentukan atau disukai.



4.



Kedudukan Siswa Nilai-nilai budaya peserta didik yang dibawa ke sekolah sangat dihargai, dan keluhuran



5.



pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan. Metode Belajar sambil bekerja (learning by doing) adalah salah satu metode yang diakui dapat



6.



digunakan disamping metode-metode yang digunakan dalam pendidikan progresif. Peranan Guru Guru menghargai dengan tulus dan ikhlas semua budaya dalam setiap interaksinya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Tim Pengajar, 2009: 98-99). Contoh penerapan aliran rekonstruksionisme yaitu pemberian tugas mandiri kepada peserta



didik secara berkelompok maupun individu. Seperti pembuatan karya ilmiah yang dapat memberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pengalaman masing-masing peserta didik. Dari tugas ini peserta didik dapat bersosialisasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat di luar lingkungan sekolahnya, dapat mengetahui masalah-masalah dan perkembagan apa saja yang terjadi di masyarakat saat ini, serta dapat memberikan ide, pendapat, atau solusi-solusi atas permasalahan sosial yang ada.



BAB III PENUTUP



3.1



Kesimpulan Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat pendidikan yang kita



gunakan dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi karakter peserta didik kedepannya. Masing-masing aliran memiliki ciri-ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Filsafat pendidikan perenialisme merupakan pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai luhur yang kekal dan dianggap kuat untuk menjadi pandangan hidup, esensialisme merupakan aliran filsafat yang mendukung perenialisme, rekonstruksionisme adalah aliran pendukung progresivisme yang memfokuskan pendidikan pada karakter serta sosialisasi. 3.2



Saran



Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam makalah ini diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat mengkritisi, memahami, mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan yang dapat membangun pendidikan yang bermutu.



DAFTAR PUSTAKA Purba, Edward & Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRES Tim Pengajar. 2009. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED