Makalah Aliran Tarikat Dalam Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Untuk mendekatkan diri pada tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar,salahsatu jalan ihtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf ,untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya,banyak dikalangan orang awam awam yang kurang mengetahui tentang



ilmu



mengenal



tuhan



(Tarekat).



Seorang penganut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau diniawi Islam. Dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk tariqah, melalui praktik spritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai haqiqah ( hakikat, atau kebenaran hakiki ). Bila ditinjau dari sisi lain, tarikat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan ( persaudaraan ), dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah.



1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan tarekat? 2. Bagaimana sejarah timbulnya tarekat? 3. Bagaimana hubungan tarekat dengan tasawuf? 4. Apa saja aliran-aliran tarekat dalam Islam? 5. Bagaimana pengaruh tarekat dalam dunia Islam?



1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui apa pengertian dari tarikat. 2. Mengetahui sejarah bagaimana munculnya tarikat. 3. Mengetahui hubungan tarikat dengan tasawuf. 4. Mengetahui aliran-aliran tarikat dalam islam. 5. Mengetahui bagaimana pengaruh tarikat dalam dunia islam.



1



BAB II PEMBAHASAN



2.1 PENGERTIAN TARIKAT Asal kata “tarekat” dalam bahsa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, lantaran, atau garis pada sesuatu.[1] Tarekat adalah jalan yanng ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa menurut anggapan para sufi, berpijak bagi setiap muslim.[2] Dalam Al-Qur’an, tarekat juga disebutkan beberapa kali, antara lain dalam Q.S. An-Nisa ayat 168: َّ ‫َللاُ ِليغ ِفرَّ ل ُهمَّ ولَّ ِليهدِيَّ ُهمَّ ط ِريقا‬ َّ ‫ن‬ َِّ ‫إِنَّ الذِينَّ كف ُرواَّ وظل ُمواَّ لمَّ ي ُك‬ َّ Artinya: “Sesungguhnya orang–orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali – kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka.”



Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan definisi: ‫َّاَّلطرَّيقةَّهيَّاَّلعملَّباَّالشرَّيعةَّوَّاَّلخذَّبعزاَّئهاَّوَّاَّلبعدَّعنَّاَّلتساَّهل فيماَّلَّينبغيَّاَّلتساَّهلَّفيه‬



Artinya: “Tariqat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah(dengan tekun ) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah”[3]



Sementara menurut Hasan Nasution, Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah.[4] Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan yang 2



diceritakan beliau dan para sahabatnva. serta para tabi'in, ulama, kyai-kyai secara bersambung hingga pada masa sekarang ini. Dari pengertian thariqat di atas dapat dipahami bila dengan berthariqat, maka sesungguhnya syaria'at yang dikerjakan dapat berjalan di atas rel yang lurus, tidak terpeleset, tidak jatuh jurang kesesatan, sehingga dapat sampai ke tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu Allah Swt.



2.2 Sejarah Timbulnya Tarekat Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti , namun De. Kamil Musthafa asySyibi dalam thesisnya mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem tariqat syaih Abdul Qasiir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di Bagdag, Sayyid Ahmad ArRifa’i di mesir denagan tariqat Rifa’iyyaah, dan Jalal ad-din ar-rumi (672 H-1273 M) di Parsi.[5] Harun Nasution menyatakan bahwa setelah al-Ghazali memenghalalkan tasawuf yang sebelumnya yang dikatakan sesat, tasawuf berkembang didunia islam, melalui tarikat. Tariqat adalah organisasi dari pengikut-pengikut sufi yang besar, yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya, tariqat memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat, ini merupakan tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya.[6] Pada awal kemunculannya, tariqat berkembang dari dua daerah yaitu, Khusaran ( Iran ) dan Mesopotamia ( Irak ) pada periode ini mulai timbul beberapa diantara tariqat Yasafiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani[7]( 9617 H.1220 M ) tariqat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhamad Badauddin anNaqsabandi al-Awisi al-Bukhari ( 1389 M ) di Turkistan, tariqat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar al-Khalwati (1397 M ).[8]



2.3 Hubungan Tarekat dengan Tasawuf Di dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditunjukkan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syeikh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syeikh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.[9] 3



Di dalam tarekat yang sudah melembaga, tarekat mencakup semua aspek ajaran islam seperti shalat, zakat, puasa, juhad, haji dan lain-lain. Ditambah pengamalan serta seorang syeikh. Akan tetapi, semua itu terikat dengan tuntunan dan bimbingan seorang syeikh melalui bai’at. Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah bimbingan seorang guru atau syeikh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya. 2.4 Aliran-aliran tarekat dalam Islam Beberapa tarekat yang ada dalam islam adalah sebagai berikut a) Tarekat Qadiriyah Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, Abd. Al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan sebutan syeikh Abd Qadir Al-Jailani (470/1077561/1166) atau quthb al-awliya’. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Meskipun struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kewafatannya, semasa hidupnya sang syeikh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran dan sikap umat islam. Ia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan kecerahan spiritual. Di antara praktik tarekat Qadiriyah adalah dzikir (terutama melatunkan asma’ Allah berulang-ulang). Dalam pelaksanaanya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada dzikir yan gterdiri atas satu, dua, tiga dan empat. Dzikir dengan satu gerakan dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma’ Allah melalui tarikan napas panjang yang kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi, diikuti penekanan dari jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga napas kembali normal. Hal ini harus diulang secara konsisten untuk waktu yang lama 4



b) Tarekat Syadziliyah Tarekat syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yakni Abu Al-Hasan Asy-Syadzili (593/1196-656/1258). Selanjutnya, nama tarekat ini dinisbahkan kepada nama Sysdziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat lainnya. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada tahun 1985. c) Tarekat Naqsabandiyah Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi AlAwisi Al-Bukhari (wafat 1389 M) di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afghanistan dan India. Ciri menonjol tarekat naqsabandiya adalah: pertama, mengikuti syari’at secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati negara pada agama. Berbeda dengan tarekat lainnya, tarekat ini tidak menganut kebijakan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan yang sedang berkuasa saat int. sebaliknya, ia melancarkan konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik agar mengubah pandangan mereka. d) Tarekat Yasafiyah dan khawajagawiyah Tarekat yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (wafat 562 H/1169 M) dan disusul oleh tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq AlGhuzdawani (wafat 617 H/ 1220 M). kedua terekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425 H/1034 M) dan Yusuf bin Ayyub AlHamadani (wafat 535 H/ 1140 M). tarekat yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki. Di sana, terekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya yang diidentikkan kepada pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy (wafat 1335 M). tarekat ini sangat populer dan pernah memegang peranan penting di Turki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisir oleh Murad I pada masa Turki Utsmani. 5



e) Tarekat Khalwatiyah Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1397 M) dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini (wafat 940 H/1534 M) f) Tarekat Syatariyah Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (wafat 1485 M) dari India. Tarekat ini dikembangkan pertama kali di Indonesia oleh Abdurrauf Singkel di Aceh yang kemudian menyebar ke Jawa Barat oleh Abdul Muhyi, salah seorang murid Abdurrauf. Dari Jawa Barat, tarekat ini kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. g) Tarekat Rifa’iyah Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’I (1106-1182).[10] Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Kemungkinan besar, hingga abad ke -15, Rifa’iyah merupakan tarekat sufi pertama yang paling tersebar luas. Setelah itu, popularitas Rifa’iyah berlanjut di Dunia Arab. Di sana, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tarekat ini mengalami jumlah tekke terbesar. Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat. Karena inilah, mereka disebut “darwis melolong”. h) Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Hanya saja menurut Martin van Bruinessen, gabungan dari duatarekat ini menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri, bukan merupakan penggabungan dari dua tarekat berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19. Tarekat ini merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.



Selain tarekat-tarekat di atas, ada pula tarekat lokal yang didirikan di Indonesia, di antaranya: 1) Tarekat Akmaliyah (Haqmiyah). Didirikan oleh kyai Nurhakim. Ia dikenal sebagai dukun dan tukang jimat. Ia pernah belajar ke Kyai Hasan Maulani di Lengkong Cirebon. Ia pergi ke Bogor dan Bantern serta masuk tarekat Rifa’iyah. Ia mempunyai banyak 6



pengikut di kawasan Cirebon dan Banyumas, tempat kebudayaan Sunda dan Jawa bertemu. Tarekat ini menganut ajaran metafisika wahdah al-wujud dan menganggap kitab Al-Insan Al-Kamil Al-Jili sebagai teks pokok ajaran mereka. Di samping itu, tarekat ini memiliki teknik meditasi khas yang tidak terdapat pada tatekat-tarekat lain. 2) Tarekat Shiddiqiyah. Didirikan oleh Kyai Mukhtar Mukti di Losari Plodo (Jombang) pada tahun 1958. Ia dikenal sebagai dukun yang sakti sehingga banyak pengikutnya dari kalangan penderita penyakit kronis, bekas pecandu minuman, dan mereka yang dibebani perasaan bersalah atau frustasi akibat kegagalan di bidang politik dan perdagangan. Di samping itu, banyak juga pengikutnya dari kalangan abangan. Ajaran-ajaran tauhid disajikannya dala bentuk yang sudah disesuaikan dengan budaya masyarakat Jawa dan amalan-amalan sufi yang diajarkannya terdiri dari ratib-ratib panjang yang diikuti dengan latihan pengaturan napas. 3) Tarekat Wahidiyah Didirikan oleh Kyai Madjid Ma’ruf dari Kedunglo (Kediri) pada tahun 1963 M. tarekat ini bersifat terbuka dan mudah diikuti oleh siapa saja tanpa prosedur yang sulit, yaitu cukup dengan mengamalkan dzikir shalawat Wahidiyah, yang menurut pengakuan pendirinya disusun berdasarkan ilham dari Allah. Shalawat ini dibaca bersama-sama yang menyebabkan para pengamalnya menangis meraung-raung dan tak bisa menguasai diri. Tarekat ini mempunyai banyak pengikut di kalangan masyarakat awam Kediri dan menyebar ke seluruh Jawa Timur. Ajaran-ajaran tarekat yang sesuai dengan doktrin Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dikelompokkan ke dalam tarekat yang Muktabarah. Sebaliknya, tarekat-tarekat yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan doktrin Islam dikelompokkan ke dalam tarekat Ghair Mu’tabarah. Menurut Syeikh H. Jalaluddin sebagaimana dikutip oleh Aboe Bakar Atjeh, ada 41 jenis tarekat yang masuk ke dalam kelompok tarekat Muktabarah, di antaranya Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syaziliyah, Rifa’iyah, Syatariyah dan lain-lain. Tarekattarekat yang tidak masuk dalam 41 jenis tarekat Muktabarah, dianggap sebagai tarekat Ghair Mu’tabarah yang tidak diakui kebenarannya seperti tarekat Akmaliyah, Siddiqiyah dan Wahidiyah. 7



Walaupun bermacam-macam, ternyata tarekat-tarekat yang beragam itu memiliki kesamaan tertentu. Dalam kaitan ini, Nicholson mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa sistem hidup bersih dan bersahaja (zuhd) adalah dasar semua tarekat yang berbeda-beda itu. Semua pengikutnya dididik dalam disiplin ilmu itu, dan pada umumnya tarekat-tarekat tersebut walaupun beragam namanya dan metodenya, ada beberapa ciri yang menyamakan: 



ada upacara khusus ketika seseorang diterima menjadi penganut (murid). Adakalanya sebelum yan gbersangkutan diterima menjadi penganut, dia harus terlebih dahulu menjalani masa persiapan yang berat.







Memakai pakaian khusus (sedikitnya ada tanda pengenal).







Menjalani Riyadhah (latihan dasar) berkhalwat. Menyepi dan berkonsentrasi dengan shalat dan puasa selama beberapa hari (kadangkadang sampai 40 hari)







Menekuni pembacaan dzikir tertentu (awrad) dalam waktu-waktu tertentu setiap hari, ada kalanya dengan alat-alat bantu seperti musik dan gerak badan yang dapat membina konsentrasi ingatan.







Memercayai adanya kekuatan gaib atau tenaga dalam pada mereka yang sudah terlatih, sehingga dapat berbuat hal-hal di luar kebiasaan.







Penghormatan dan penyerahan total kepada syekh atau pembantunya yang tidak bisa dibantah.



Dari sistem dan metode tersebut, Nicholson menyimpulkan bahwa tarekat-tarekat sufi merupakan bentuk kelembagaan yang terorganisasi untuk membina suatu pendidikan moral dan solidaritas sosial. Sasaran akhir dari pembinaan pribdi dalam pola hidup bertasawuf adalah hidup bersih, bersahaja, tekun beribadah kepada Allah, membimbing masyarakat ke arah yang diridhai Allah, dengan jalan



pengamalan



syariat



dan



penghayatan



sistem/metode thariqah untuk mencapai makrifat.[11]



8



haqiqah



dalam



2.5 Pengaruh Tarekat di Dunia Islam Dalam perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Tarekat memiliki pengaruh yang sangat kuat di dunia Islam, sehingga pengikut-pengikut tarekat ini tersebar di mana-mana. Tarekat memengaruhi dunia islam mula abad ke-13 kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik. Bahkan tentara itu juga menjadi anggota tarekat. Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan otomomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi pada saat-saat itu telah terjadi penyelewengan dalam tarekat-tarekat. Disamping itu tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia, tarekat mengandungkan banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini karena anggapan, “dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia ini adalah anjing”. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang, qadha dan qadar yang sejalan denga faham Asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat islam. Oleh karena itu pada abad ke-19 timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat. Banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat ini



2.6 Pengaruh Tasawuf dan Tarekat Terhadap Pemikiran Islam di Indonesia Seperti telah di sebutkan di atas, bahwa ajaran tasawwuf berkembang pesat karena orang- orang pribumi sangat antusias terhadap ajaran ini. Hal ini dipengaruhi oleh kekentalan kehidupan pribumi terhadap mistik sebelum Islam datang. Sehingga tidak lama setelah Islam bersama ajaran Tasawwufnya masuk ke Nusantara, banyak ulama’ nusantara yang menggeluti ajaran ini, diantaranya adalah Syaikh Yusuf Makassar, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al Sumatrani, Nuruddin Al Raniri, Abdul Ra’uf Singkel dan lain-lain.



9



Ketika itu, corak pemikiran Islam diwarnai oleh tasawwuf. Pemikiran para sufi besar Ibn Al ‘Araby dan Abu Hamid Al Ghazali sangat berpengaruh terhadap pengamalanpengamalan muslimin generasi pertama. Bahkan, kehadiran tarekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada masa penjajahan itu telah memberikan angin segar bagi rakyat jajahan yang ingin melepaskan diri dari penjajahan. Timbulnya beberapa pemberontakan di Banten pada tahun 1888, Kediri pada tahun 1888, dan Sidoarjo pada tahun 1904. Dengan hal ini, terlihat bahwa pada waktu itu tarekat berfungsi tidak hanya sebagai gerakan keagamaan, tetapi juga gerakan politik dalam menghadapi penjajahan. Saat ini, tarekat masih mendapat tempat tempat d hati kaum muslimin Indonesia. Bahkan terus berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Juga tidak hanya terbatas kalangan ekonomi menengah ke bawah, tetapi telah merambah pada kalangan ekonomi ke atas, bahkan para bangsawan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme warga setiap acara rutinan jam’iyyah tarekat tertentu.



10



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Asal kata “tarekat” dalam bahsa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, lantaran, atau garis pada sesuatu.[12] Tarekat adalah jalan yanng ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Ilahi, tempat thariq. Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tariqat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti , namun De. Kamil Musthafa asy-Syibi dalam thesisnya mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem tariqat syaih Abdul Qasiir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di Bagdag, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di mesir denagan tariqat Rifa’iyyaah, dan Jalal ad-din ar-rumi (672 H-1273 M) di Parsi. Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya. Beberapa tarekat yang ada dalam islam adalah 1. Tarekat Qadiriyah 2. Tarekat Syadziliyah 3. Tarekat Naqsabandiyah 4. Tarekat Yasafiyah dan khawajagawiyah 5. Tarekat Khalwatiyah 6. Tarekat Syatariyah 7. Tarekat Rifa’iyah 8. Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Tarekat mempunyai pengaruh yang sangat besar di dunia islam, sehingga pengikut-pengikut tarekat ini tersebar di mana-mana. Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Tarekat memiliki pengaruh yang sangat kuat di dunia Islam. 3.2 Saran Demikianlah makalah yang kami susun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khususnya, dan kita semua pada umumnya. Amin



11



DAFTAR PUSTAKA



A. Zuhdi Mudhor, kamus Al-Ashri (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996)hlm. 1231 [2]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 203 [3]A. Mustofa, Akhlak Tasawuf ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2007 ),hal.280.



[4]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 204 [5]Prof. DR. M.Sholihin dan DR. Rosihin Anwar, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm. 203 [6]Harun Nasution, Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam ( Jakarta: Depag RI, 1986 ), hal.24. [7]Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000 ), hal.167. [8]Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000 ), hlm.168. [9] Proyek pembinaan pergutan tinggi Agama Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1981/1982, hlm.273 [10] A.J. Arbery, Sufisme, George Allen & Unwin Ltd., London, 1963, hlm. 85 [11] M. Solihin, M.Ag., Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf (Bandung; CV Pustaka Setia. 2008), hlm 221 [12]A. Zuhdi Mudhor, kamus Al-Ashri (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996)hlm. 1231



http://www.makalahkuliyah.tk/2016/01/macam-macam-tarekat.html http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/11/06/30/lnlvfialiranaliran-tarekat-empat-tarekat-utama



12