10 0 313 KB
MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS (KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN PPOK)
OLEH KELOMPOK 9: NAMA-NAMA KELOMPOK: 1. YUNITA TUHALAURUW (12114201180057) 2. PRISKILIA N. G. LATUNY (12114201180071) 3. DESY I. SIWABESSY (12114201180048)
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU 2021
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ini dengan baik. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurnah untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna untuk memperbaiki makalah ini kedepannya nanti.
Penulis KelompokIX
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... Daftar isi......................................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang..................................................................................... 1.2 Rumusan masalah................................................................................ 1.3 Tujuan................................................................................................. BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Pengertian penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) .……..……….… 2.2 Patofisiolog penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) 2.3 farmakologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) …..………….... 2.4 Terapi diet pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)……. 2.5 Penatalaksanaan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) .……... 2.6 Alogaritma pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)………………… 2.7 Epidemiologi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) …..………… BAB III PEMBAHASAN 3.1 Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 saran DAFTAR PUSTAKA ………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang PPOK merupakan istilah yang sering di gunakan untuk sekelompok paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningktan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (price sylvia anderson : 2005). PPOK atau penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menunju pada sejumlah gangguan yang mempengharui pergerakan udara dari dan keluar paru. gangguan yang paling sering adalah Bronkhitis obstruktif, emphysema dan asthma bronkial. (suaryditya ; 2009 ) Pemakaian istilah obstruktif kronik (CPOD) menunjukan dua gangguan yang secara umum terjadi bersamaan – bronkitis kronik dan emfidema. Walaupun asma bronkial termasuk dalam bagian ini karena komponen asma sering kali terdapat dua gangguan tersebut, namun asma biasanya di bicarakan sebagai penyakit tersendiri karena dapat timbul sendiri. COPD adalah penyabab kematian keempat di Amerika serikat. Merokok sigaret adalah faktor resiko yang paling penting. COPD kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan cepat meningkat karena kebiasaan merokok. Badan Kesehatan Dunia WHO prefalensi PPOK
memperkirakan bahwa menjelang tahun
2020
akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering
peringkatnya meningkat dari ke 12 menjadi ke 5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke 6 menjadi ke 3. Di Eropa, tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat pada Negara negara Eropa Barat sepert Inggris dan prancis dan paling rendah pada Negara negara Eropa 'selatan seperti Italia. negara
asia Timur seperti jepang dan china memiliki kejadian terendah PPOK , dengan jarak antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belaknag di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut ; 1. Apa itu PPOK ? 2. Bagaimana dengan patofisiologi dari PPOK ? 3. Bagaimana dengan farmakologi dari PPOK ? 4. Bagaimana dengan terapi diet pada PPOK ? 5. Bagaimana penatalaksanaan PPOK ? 6. Baimana dengan alogaritma pada PPOK? 7. Bagaimana dengan epidemiologi pada PPOK?
1.3 Tujuan penulisan 1. untuk mengetahui pengertian PPOK
2. untuk mengetahuan patofisiologi dari PPOK 3. untuk mengetahui farmakologi dari PPOK 4. untuk mengetahui apa terapi diet apa saja pada PPOK 5. untuk mengetahui penatalaksanaan PPOK untuk mengetahui alogaritma pada PPOK 6. untuk mengetahui epidemiologi pada PPOK
BAB II
TINJAUAN TEORI 2.1 Defenisi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru? paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran pato(isiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah BronChitis kronis, empisema paru paru dan asthma bronkial ( S maltzer 2010"). Gangguan paru umum didiskusikan sebelumnya adalah potensial penyebab yang tak pulih kembali dari gangguan pernpasan ,tetapi banyak penyakit menyebabkan PPO K,yaitu meliputi Bronkitis kronik,em(isema,asma bronkial,dan bronkoekstasis.Hal penting utama untuk tim kesehatan adalah kenyataan bahwa PPOK adalah penyebab utama dan umun dari kegagalan pernapasan. 2.2 Patofisilogi penyakit paru obstruktif kronik saluran napas dan paru ber(ungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. "roses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV) , sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEPI), dan rasio Volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEPI) (Sherwood, 2001) Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel?sel penghasil mukus bronkus. 'elain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau dis(ungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus ber(ungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab in(eksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. "roses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD 2009) Kompone komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator
mediator
peradangan
penunjang di paru. Akibat
secara progresi merusak struktur struktur
hilangnya elastisitas saluran udara dan
kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasf, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (Gold, 2009) Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrpil. asap rokok menginduksi makrofag chemotactic factors dan
elastase, yang
untuk melepaskan neutrofil
tidak diimbangi dengan antiprotease,
sehingga terjadi kerusakan jaringa (kamangar 2010 ). selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan
adanya ketidakseimbangan ventilasi
perfusi.
Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya iflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan per(usi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2010) 2.3 Terapi Farmakology penyakit paru obstruktif kronik Terapi farmakologi pada penyakit paru obstruktif kronik pada keadaan stabil berdasarkan kelompok atau populasi yang sudah di tentukan. 1. Populasi A, menggunakan bronkodilator dengan pilihan pertama SAMA atau SABA (jika di perlukan). Pilihan kedua di gunakan LAMA atau LABA atau SAMA dan SABA. Sedangkan untuk pilihan alternative di gunakan theophylline.
2. Populasi B menggunakan pilihan pertama LAMA atau LABA, pilihan kedua digunakan LAMA dan LABA serta pilihan alternatif di gunakan SABA dan/atau SAM theophilline. 3. Populasi C dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau pilihan kedua menggunakan LAMA dan LABA sedangkan pilihan alternatif dapat menggunakan PDE4-inhibitor, SABA dan/atau SAMA serta theophilline. 4. Populasi D dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau LAMA. Pilihan kedua menggunakan beberapa pilihan obat yaitu ICS dan LAMA atau ICS+LABA dana LAMA atau ICS+LABA dan PDE4-inhibator atau LAMA dan LABA atau LAMA dan PDE4-INHIBATOR. Sedangkan untuk pilihan alternatif dapat menggunakan corbocysteine, SABA dan/atau SAMA, serta theophilline. 2.4 Terapi diet pada penyakit paru obstruktif kronik Pemberian diet pada pasien PPOK bertujuan untuk 1. Memperbaiki malnutrisi 2. Memperbaiki anoreksia 3. Mencegah asidosis respirasi dengan mengurangi kelebihan produksi C02 4. Memperbaiki hidrasi 5. Menghindari konstipasi 6. Meringankan kesulitan mengunyah dan menelan karena nafas pendek
Nutrisi pasien PPOK harus dipertimbangkan. Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapri menyebabkan terjadi hipermetabelisme. Malnutrisi dapat di evaluasi dengan mengukur berat badan, kadar albumin darah, antopometri, kekuatan otot dan hasil metabolisme. Malnutrisi dapat di atasi dengan pemberian diet kalori yang seimbangan yaitu antara kalori yang masuk dan keluar, bila perlu nutrisi dapat di berikan terus menerus atau nocturnal feedings, menggunakan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi berimbang pada pasien PPOK dapat berupa tinggi lemak, rendah hidrat. Hal ini di dasarkan pada pemikiran karbohidrat yang berlebihan dapat menimbulkan penumbukan CO2 sebagai hasil metabolisme aerob. Hal ini menambahkan keparahan PPOK kerena pada pasien PPOK terdapat kesulitan untuk mengeluarkan CO2. Kebutuhan protein seperti pda umumnya, protein dapat meningkat ventilasi semenit konsumsi oksigen dan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Gangguan elektrolit seperti hipofosfatemi, hiperkalemi, hipokalsemi kerap terjadi. Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafrakma. Di anjurkan pemberian komposisi seimbang, porsi kecil tapi sering.(Antriksa et al, 2011) 2.5 Penatalaksanaan penyakit paru obstruktif kronik
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah : 1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hnaya pada fase akut, tetapi juga fase kronik 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktifitas harian 3. Mengurangi laju progresifitas penyakit apabila penyakitnya dapat di deteksi lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut : 1. Meniadakan faktor etiologi/presifitas misalnya segera menghentikan merokok , menghindari populasi udara 2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara 3. Memberantas infeksi dengan antimicroba.apabila tidak ada infeksi antimicroba tidak perlu di berikan. Pemberian antimicroba harus tepat sesui dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai dengan hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik 4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Menggunakan kortikosteoroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih kontroversial. 5. Pengobatan sistomatik 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus di berikan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit 2.6 Alogaritma penyakit paru obstruktif kronik PPOK STABIL, SEDANG- BERAT
Vep1 15 kg yaitu DM,Gangguan ginjal, Jantung, TB, Paliatif,
4
pediatric, geriatric, Gastro, Hipertensi, HIV, SARS, Tidak
yakin Flu
Burung,
Bedah/reseksi
slauran
cerna,
2
penurunan imun, kanker dan pasien tidak sadar
2. Apakah nafsu makan anda berkurang?
dilakukan pengkajian oleh ahli gizi
Tidak *Pasien dirawat di ruang intensif dilakukan
0
pengkajian langsung oleh dr gizi klinik ✓
Ya
1 3. Sakit Berat □
Tidak
0 ✓
Ya
2
PENILAIAN RESIKO JATUH SKALA MORSE Factor resiko
Keteranga
Riwayat jatuh yang baru atau dalam satu bulan terakhir Diagnosa Medis sekunder >1 5
n Tidak Ya Tidak Ya
Nilai
Sko r
0 25 0 15
0 0
Alat bantu jalan Bed Rest atau dibantu perawat Penopang tongkat/ walker Berpegangan pada Furniture Terapi Intravena infus / Lock Heparin
Tidak Ya
Cara berjalan dan berpindah Normal / Bedrest / Immobilisasi Lemah Terganggu Status Mental Orientasi sesuai kemampuan diri Lupa / keterbatasan diri Jumlah Skor Skala Morse Kriteria Skala Morse Tingkat Resiko Tidak beresiko Resiko Rendah Resiko tinggi
0 15 30 0 20
0 20
0 10 20
10
0 15
0 30
Nilai MPS 0 – 24 25 – 50 ≥ 50
Tindakan Perawatan dasar Intervensi jatuh standar Intervensi jatuh Resiko tinggi
PENGKAJIAN PRESSURE ULCER BRADEN SCALE 1 Persepsi Keterbatasan Sensori Penuh Kelembaban Lembab Aktivitas
2 Sangat terbatas
terus Sangat lembab
menerus Ditempat tidur
Diatas kursi
Dapat Pergerakan
3 Keterbatasan
4 Tidak
ringan Kadang-kadang
keterbatasan Tidak ada 3
lembab Kadang-kadang
lembab Sering berjalan
berjalan sangat Keterbatasan
Mobilisasi
Tidak
Status
bergerak Sangat Buruk
terbatas Tidak adekuat
ringan Adekuat
Nutrisi Friksi/
Bermasalah
Potensi bermasalah
Tidak
Gesekan Total Skor
Tidak keterbatasan Baik sekali ada
Skor ada 3
1
ada 3 3 3
masalah 16 6
Kesimpulan Tingkat risiko, 19= risiko rendah/ tidak berisioko ASESSMEN FUNSIONAL N FUNGSI KETERANGAN o 1
Mengontrol
Inkontinen/tidak
BAB
teratur (perlu enema) Kadang-kadang inkontinen
Inkontinen
BAK
pakai kateter dan tak
Butuh
4
6
Berpindah
Tidak mampu
0
tempat 1
dari
tidur ke duduk
7
Mobilisasi/
orang Mandiri
3
Tidak mampu
0
berjalan Bisa berjalan dengan 1
1 0
8
orang
dalamdari WC lain Perlu pertolongan (melepas, pada beberapa memakai aktivitasterapi, dapat celana, mengerjakan sendiri menyeka, beberapa aktivitas menyiram) yang lain Mandiri Makan Tidak mampu Perlu seseorang
banyak 1
duduk (2 orang) Bantuan minimal 1 2
2
Tergantung
Perlu
bantuan untuk bisa
pertolongan 0
toilet, pegi ke pertolongan
5
OR 0
(max
diri( lap muka, orang lain Mandiri sisir rambut, sikat gigi) Penggunaan
SKOR
1
1x24 jam) Mandiri Membersihkan
KETERANGAN
atau 0
terkontrol Kadang-kadang
3
FUNGSI
2
Mengontrol
inkontinen
No
(1x
seminggu) Kontinen teratur 2
SK
kursi roda Berjalandengan
2
bantuan satu Mandiri
3
Berpakaian
Tergantung
(Memakai baju
lain
1
orang 0
Sebagian di bantu
1
( mis: mengancing baju)
2 0 1
9
Naik-turun tangga
Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan
2 0 1
menolong memotong makanan Mandiri
2 10 7
Mandi
Mandiri Tergantung
2 orang 0
lain Mandiri
1
Kesimpulan skor : 2 ( )Mandiri 20 ( )Ketergantungan ringan 12-19 (✓ )Ketergantugan sedang 9-11 ( )Ketergantungan berat 5-8 ( )Ketergantungan total 0-4
PEMERIKSAAN PENUNJANG Data penunjang Pemeriksaan diagnostic Tgl
Pemeriksaan GDP WBC LYM MID GRAN RBC HGB HCT MCV MCHC RDW 14.05 PLT
Hasil 112 11.4 k/ul 2.6 27.7 % 0.8 81% M 6.0 64%G 5.51 M/UL 16.0 45.3% 82.3 FL 35.3 g/dl 14.05 242
Nilai Normal 76-110 mg/dl 4.1 – 10.9 k/ul 0.6 - 4.1 0.0 – 1.8 2.0 – 7.8 4.20 – 6.30 M/UL 12.0 – 18.0 g.dl 37.0 – 51.0% 80.0 – 07.0 FL 31-36 g/dl 11.5 – 14.5 % 140-440 K/UL 8
Interpretasi DBN Meningkat DBN DBN DBN DBN DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Creatinin Urid acid
2.34 10.2
TERAPI OBAT No. Nama Terapi
Dosis
3.4-7.0 mg/dl
Rute
Waktu Pemberian
Meningkat
Keterangan Obat)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Allopurinol Aminophilyn Halfilyn syp ISDN Pectocyl Salbutamol Tensivask Asthin F 1x1 Paracet 1 prn Lilac SR
110 mg 100 mg 10 cc 5 mg 1 tab 1 mg 10 mg 100 mg
KEBUTUHAN EDUKASI 1. Apa yang keluarga ketahui tentang penyakit klien :
2. Informasi apa yang ingin diketahui/ diperlukan oleh keluarga :
3. Siapa dari keluarga yang akan ikut terlibat dalam perawatan anak selanjutnya :
PERENCANAAN PULANG (DISCARGE PLANING) Tempat tingal klien setelah pulang : 9
(Kegunaan
No
Kriteria pasien
Ya
1 2 3 4 5 6
Usia diatas 70 tahun Pasien tinggal sendiri Tempat tinggal klien memiliki tangga ✓ Memerlukan perawatan lanjutan di rumah ✓ Memiliki keterbatasan kemampuan merawat diri Pasien pulang dengan jumlah obat lebih dari 6 jenis/macam
7 8 9 10 11 12
obat Kesulitan gerak/ mobilitas Memerlukan alat bantu Memerlukan pelayanan medis Memerlukan pelayanan keperawatan Memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari Riwayat sering menggunakan fasilitas gawat darurat Kesimpulan :
Tida
Ket
k
Ket : jika “ya”, rujuk ke formulir edukasi ORIENTASI PASIEN BARU (diberikan penjelasa nmengenai) Lokasi ruangan : (✓) ya ( ) tidak Keamanan ruangan : Tata tertib ruangan : (✓) ya ( ) tidak
Waktu dokter visite :
Jam berkunjung :
(✓) ya ( ) tidak
Administrasi awal :
Fasilitas ruangan :
(✓) ya ( ) tidak
Rencana perawatan :
Hak dan kewajiban : (✓) ya ( ) tidak ANALISA DATA No Data Etiologi 1
DS :
✓ ✓
(✓) ya ( ) tidak (✓) ya ( ) tidak (✓) ya ( ) tidak (✓) ya ( ) tidak
Masalah
Ketidaknyamanan pada mulut
Keperawatan Ketidakefektif
pasien mengatakan sesak
an
nafas
jalan nafas b/d
dan
batuk
tidak
bersihan
sembuh-sembuh
obstruksi jalan
DO :
napas
- pasien tampak gelisah
mukus
-
terpasang
selang
O2
berlebihan
canula 3 ltr/mnt - Riak kental -
terdengar
karena
wheezing
disertai ronchi pada paru kanan dan kiri - RR : 32×/mnit
10
2
DS :
Nutrisi kurang
Pasien mengatakan tidak
dari kebutuhan
ada nafsu makan
tubuh
DO : - porsi makan habis 1/4 porsi -
kulit
dan
membran
mukosa kering - pasien tampak lemah - perut kembung - bising usus
MASALAH KEPERAWATAN (Diurutkan berdasarkan prioritas masalah) 1. 2. NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT YANG MENGKAJI DAN MENDIAGNOSIS Ambon, tgl/bln/yhn Perawat yang mendiagnosis
(nama perawat)
11
NURSING CARE PLAN No.
1
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
Tujuan dan Kriteria hasil
Kepatenan
jalan
napas
Intervensi
setelah
Rasionalisasi
1. Ajarkan klien tentang metode 1. Batuk yang tidak terkontrol adalah
bersihan jalan nafas b/d diberikan perawatan dengan kriteria
yang
obstruksi jalan napas hasil :
batuk
menyebabkan frustasi duduk tegak
Napas dalam dan perlahan
memindahkan
saat duduk setegak mungkin
abdomen menjauh dari paru-paru,
Lakukan
memungkinkan ekspansi ekspansi
karena
mukus
-
berlebihan
Klien
menunjukan
efektif
dan
-
batuk
meningkatkan -
pertukaran gas pada paru -
-
pengontrolan
pernapasan
melelahkan
dan
tidak
efektif,
organ-organ
diafragma
lebih luas, pernapasan diafragma
Tahan napas selama 3-5 detik
menurunkan frekuensi pernapasan
kekentalan sekresi
kemudian
dan
Pergerakan sputum keluar dari
sebanyak mungkin melalui
alveolar,
jalan napas
mulut (sangkar iga bawah
udara dalam paru, mempermudah
dan abdomen harus turun)
pengeluaran sekresi.
Klien mampu menyebutkan strategi
-
tepat
Bebas
untuk
dari
-
menurunkan
suara
napas -
tambahan seperti Wheezing dan ronchi
keluarkan
meningkatkan
Lakukan napas kedua, tahan, 2. Sekresi dan
batukkan
dari
dada
meningkatkan
kental
diencerkan
sulit dan
volume
untuk dapat
(bukan dari belakang mulut
menyebabkan
atau
yang mengarah pada atelektasis.
tenggorok)
dengan
melakukan dua batuk pendek 3. Pengkajian 2. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan
sumbatan ini
mukus
membantu
mengevaluasi keefektifan upaya
dan kuat.
12
ventilasi
batuk klien
vikositas 4. Hygiene
mulut
yang
baik
sekresi: dengan minum air
meningkatkan rasa sejahtera dan
panas sedikit tapi sering
mencegah bau mulut.
3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk 4. Dorong 2
Nutrisi
kurang
kebutuhan tubuh
dan
perawatan mulut yang baik. 1. Pantau kesulitan
dari Klien akan menunjukkan kemajuan / peningkatan status nutrisi.
makan/masukan.
Kriteria hasil:
BB
-
Klien
tidak
2. Berikan
mengalami
Urine tidak pekat
-
Output urine meningkat
-
Membran mukosa lembab
-
Kulit tidak kering
-
Tonus otot membaik
perawatan
oral
gas dan minuman karbonat.
meningkat
1. Pasien distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga sering
3. Hindari makanan penghasil
Masukan makanan dan cairan
-
Evaluasi
sebelum dan sesudah makan
kehilangan BB lebih lanjut -
berikan
4. Sajikan menu dalam keadaan hangat 5. Anjurkan makan sedikit tapi sering 6. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan diit
mempunyai
pola
makan yang buruk.sehingga cenderung BB menurun 2. Kebersihan menghilangkan
oral bakteri
penumbuh bau mulut dan meningkatkan rangsangan / nafsu makan 3. Makanan yang mengandung gas dan berkarbonat dapat menimbulkan
distensi
abdomen dan meningkatkan dispnea 4. Menu hangat mempengaruhi relaksasi spingkter / saluran pencernaan sehingga respon mual / muntah berkurang 5. Menegah perut penuh dan 13
menurunkan resiko mual 6. Mencukupi
kebutuhan
kalori dan nutrisi sesuai dengan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi. NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT PEMBUAT NCP Ambon, tgl/bln/yhn Perawat yang mendiagnosis
(nama perawat)
14
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No. DX. Hari, Tanggal Jam
1
Senin 07-2021
02-
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Paraf
1. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
S: pasien mengatakan dada terasa
-
Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
sesak
-
Lakukan pernapasan diafragma
O:
-
Tahan napas selama 3-5 detik kemudian keluarkan sebanyak mungkin
-
Pasien tampak lemah
melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
-
Pasien tampak gelisah
Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada (bukan dari belakang
-
Pasien
-
mulut atau tenggorok) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
tampak
batuk-
batuk
2. Menganjurkan untuk minum air hangat sedikit tapi sering
-
RR 32x/menit
3. Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
-
Tampak penggunaan otot-
4. Membantu melakukan perawatan mulut
otot bantu pernapasan
5. Mengobservasi warna dan karakterstik sputum; sputum kental warna putih A: tujuan belum tercapai kekuning-kuningan
P: Intervensi dilanjutkan -
Memberikan obat:
Membantu memposisikan
Allopurinol 100 mg TID
pasien dengan posisi semi
Halfylin syp 10 cc TID
fowler -
Pectocyl 1 tab TID Salbutamol 1 mg TID
Melakukan
auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk -
Membantu
melakukan
perawatan mulut 15
Mengobservasi warna dan
karakteristik sputum
sputum;
kental
warna
putih kekuning-kuningan 2
Senin 07-2021
02-
Memberikan obat sesuai
advis dokter 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan mual porsi
O:
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
-
3. Anjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering 4. Anjurkan untuk menghindari makanan penghasil gas dan minuman
Porsi makan habis ¼ porsi
-
karbonat
Membran
mukosa
dan
kulit kering
5. Membantu menyajikan makananan
-
Konjungtiva anemis
6. Membantu ahli gizi untuk menentukan diit: makan lunak rendah garam
-
Pasien tampak lemah
0.8
A: tujuan belum tercapai P: intervensi dilanjutkan : -
Mengobservasi
porsi
makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ porsi -
Membantu mulut
sebelum
sesudah makan 16
perawatan dan
-
Menganjurkan
makan
dalam porsi kecil sedikit tapi sering -
Menganjurkan
untuk
membawakan
makan
yang
pasien
disukai
sesuai dengan diit. 1
Selasa 07-2021
03-
Membantu
menyajikan
1. Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler
makanan S: pasien mengatakan sesak agak
2. Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
berkurang tetapi batuk masih
3. Membantu melakukan perawatan mulut
belum berkurang
4. Mengobservasi warna dan karakteristik sputum; sputum kental warna O: putih kekuning-kuningan 5. Memberikan obat : Allopurinol 100 mg TID
-
Pasien tampak lemah
-
Pasien tampak gelisah
-
Pasien
Halfylin syp 10 cc TID
tampak
batuk-
batuk -
Pectocyl 1 tab TID Salbutamol 1 mg TID
RR 28x/mnt
A: tujuan belum tercapai P: intervensi dilanjutkan -
Membantu memposisikan pasien posisi semi fowler
17
-
Melakukan
auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk -
Membantu
melakukan
perawatan mulut -
Mengobservasi warna dan karakteristik sputum
2
Selasa 07-2021
03-
Memberikan obat sesuai
dengan advis dokter 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan sudah mau porsi
makan banyak
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan 3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering
O: -
4. Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai
porsi lebih -
dengan diit
Porsi makan habis ¼
5. Membantu menyajikan makanan.
Membran
mukosa
dan
kulit kering -
Konjungtiva anemis
-
Pasien tampak lemah
A: tujuan belum tercapai P: intervensi dilanjutkan: -
Mengobservasi
porsi
makanan yang dihabiskan 18
klien -
Membantu mulut
perawatan
sebelum
dan
sesudah makan -
Menganjurkan
makan
dalm porsi kecil sedikit tapi sering -
Menganjurkan
untuk
membawakan
makan
yang
pasien
disukai
dengan diit -
Membantu makanan.
19
menyajikan
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah alira udara mengalami obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOK sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama dan bronkhitis kronis, dimana keduanya menyebabkan perubahan pola pernafasan. Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut tetapi juga fase kronik 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal B. SARAN Semoga dengan ilmu yang semakin update dan pembuatan makalah ini maka kami selaku calon NAKES dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan pasien yang terdiagnosa PPOK dan juga memahami teoritis PPOK secara menyeluruh.
20
DAFTAR PUSTAKA Baughman, diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC Hudak, Carolyn M. holistik.Jakarta: EGC
1997.
Keperawatan
Kritis
:
Pendekatan
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Johnson, M., et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby Mc Closkey, C.J., let all, 2002, Nursing Interventions Classifications (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby. NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Defenisi dan Klasifikasi Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
21