Makalah Analisa Swot [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN ANALISIS SWOT PERENCANAAN PENINGKATAN AKREDITASI PUSKESMAS “X” DI WILAYAH KERJA KOTA “A”



OLEH KELOMPOK 3 Sartika Bachmid



841422185



Dhikamawadda Dunda



841422180



Saskia F. Alulu



841422184



Juniska Rahmawaty Giu



841422176



Dandy Eko Pratama



841422152



JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan hidayah-nya kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Analisis SWOT Perencanaan Peningkatan Akreditasi Puskesmas X di Wilayah Kerja Kota A” yang menjadi salah satu syarat pada mata kuliah Manejemen Keperawatan di Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Manajemen Keperawatan yang terhormat Ibu Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep yang senantiasa membimbing dan mengajarkan kepada kami sehigga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua mengenai proses perumusan analisa SWOT dalam sebuah perencanaan yang akan dilakukan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini belum bisa dikatakan sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami memohon kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan dalam dunia pendidikan. Semoga allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada kita semua, Amiin ya Rabbal Alamin...



Gorontalo, Oktober 2022 Kelompok 3



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1 1.1



Latar Belakang............................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.......................................................................................2



1.3



Tujuan.........................................................................................................2



BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3 2.1.



Konsep Puskesmas......................................................................................3



2.2.



Konsep Akreditasi.......................................................................................6



2.3.



Konsep Perencanaan...................................................................................7



2.4.



Konsep Analisis SWOT............................................................................10



BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................16 3.1



Identifiasi Masalah....................................................................................16



3.2



Analisa SWOT..........................................................................................17



3.3



Skoring Analisa SWOT............................................................................18



3.4



Diagram SWOT........................................................................................22



3.5



Interpretasi Analisa SWOT.......................................................................23



BAB IV PENUTUP.....................................................................................................24 4.1



Kesimpulan...............................................................................................24



4.2



Saran.........................................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25 Lampiran......................................................................................................................26



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya terwujudnya suatu derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik melalui program pembangunan kesehatan. Salah satu pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada tingkat pertama yakni Puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI tahun 2022, jumlah puskesmas yang ada di seluruh Indonesia mengalami peningkatan dimana menjadi 10.292 unit Puskesmas pada tahun 2021. Peningkatan jumlah Puskesmas ini menandakan bahwa upaya Pemerintah dalam memudahkan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan cukup baik. Dalam memberikan pelayanan, pentingnya akreditasi yang dimiliki oleh puskesmas tersebut. Akreditasi Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah memenuhi standar akreditasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan kesehatan bagi sumber daya manusia, masyarakat dan lingkungan, serta meningkatkan kinerja puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat (Jadid, 2019). Dalam Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Puskesmas pasal 57 menerangkan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan puskesmas wajib dilakukan akreditasi secara berkala paling minimal selama 3 tahun sekali. Data Akreditasi Puskesmas tahun 2021 sama dengan 2020, dimana terdapat 9.153 Puskesmas yang telah terakreditasi atau sekitar 89,69% dari 10.205 Puskesmas. Melihat dari tingginya jumlah puskesmas yang sudah terakreditasi maka mencerminkan



bahwa



berjalannya



proses



pemberian



pelayanan



kepada 1



masyarakat dan melalui hal ini juga kita dapat melihat tingkat kepuasan dari masyarakat akan proses pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas. Artinya jika akreditasi suatu puskesmas meningkat maka semestinya pelayanan yang diberikan dan tingkat kepuasan yang didapatkan oleh masyarakat semakin baik sehingga derajat kesehatan masyarakat juga berada pada kategori baik (Wulandari, 2019). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakag yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yaitu “Bagaimana proses manajemen keperawatan dalam meningkatkan akreditasi puskesmas?” 1.3 Tujuan A. Tujuan Umum Untuk



meningkatkan



pengetahuan



dan



keterampilan



kepada



mahasiswa dalam melaksanakan proses manajemen keperawatan. B. Tujuan Khusus Untuk mengetahui proses analisa SWOT dalam Perencanaan Peningkatan Akreditasi Puskesmas “X” di Wilayah Kerja Kota “A”. 1.4 Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam proses pembelajaran terutama dalam bidang pembelajaran Manajemen Keperawatan. 2. Bagi Mahasiswa Sebagai wadah menambah keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran terutama dalam bidang Manajemen Keperawatan. 3. Bagi Puskesmas Sebagai bahan acuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan akreditasi puskesmas.



2



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Puskesmas 2.1.1



Definisi Puskesmas



adalah



fasilitas



pelayanan



masyarakat



yang



menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, diman alebih mengutamakan upaya preventif dan promotif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya (Putri, 2017). Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat (Kemenkes, 2018). 2.1.2



Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas Prinsip-prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan (Putri, 2017). 1. Paradigma



sehat



mengandung



makna



bahwa



Puskesmas



mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Pertanggungjawaban mengandung makna bahwa wilayah dimana Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. 3. Kemandirian mengandung makna bahwa Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 4. Pemerataan mengandung makna bahwa pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas diharapkan dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan 3



kepercayaan serta memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. 5. Keterpaduan dan Kesinambungan mengandung makna bahwa Puskesmas



mengintegrasikan



dan



mengoordinasikan



penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas. 2.1.3



Persyaratan Puskesmas 1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan (Putri, 2017). 2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas (Putri, 2017). 3. Pertimbangan



pendirian



puskesmas



meliputi



pertimbangan



akan



kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas (Putri, 2017). 4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,



peralatan



kesehatan,



ketenagaan,



kefarmasian



dan



laboratorium (Putri, 2017). 2.1.4



Kategori Puskesmas Tabel dibawah ini adalah pembagian kategori-kategori dari puskesmas (Putri, 2017).



4



2.1.5



Wewenang Puskesmas Permenkes No. 75 tahun 2014 menjelaskan wewenang Puskesmas yaitu sebagai berikut. 1.



Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.



2.



Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.



3.



Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.



4.



Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.



5.



Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.



6.



Melaksanakan



peningkatan



kompetensi



sumber



daya



manusia



puskesmas. 7.



Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.



8.



Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.



2.1.6



Struktur Organisasi Puskesmas Permenkes No. 75 tahun 2014 menjelaskan bahwa Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas: a) Kepala Puskesmas b) Kepala sub bagian tata usaha c) Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat 5



d) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium e) Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. 2.2. Konsep Akreditasi 2.2.1



Definisi Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga/institusi. Akreditasi bertujuan secara umum untuk mengevaluasi dan menilai suatu institusi sesuai standard yang telah ditetapkan (Jadid, 2019).



2.2.2



Akreditasi Pelayanan Kesehatan Proses penilaian diri dan penilaian eksternal yang digunakan oleh organisasi kesehatan untuk menilai tingkat kinerja mereka dalam kaitannya dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan caracara untuk peningkatan berkelanjutan (Jadid, 2019).



2.2.3



Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah Pengakuan yang diberikan oleh Lembaga Independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi (Jadid, 2019).



2.2.4



Tujuan dan Manfaat Akreditasi 1. Tujuan Akreditasi Standar akreditasi didasarkan pada peraturan pemerintah dan masukan dari individu dan kelompok dalam industri pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan kesehatan mencari akreditasi karena meningkatkan kepercayaan



publik,



evaluasi



obyektif



kinerja



organisasi,



dan



merangsang upaya peningkatan kualitas organisasi (Jadid, 2019). 2. Manfaat Akreditasi Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di pelayanan kesehatan, sehingga senantiasa 6



berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Melalui proses akreditasi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan (Jadid, 2019). 2.3. Konsep Perencanaan 2.3.1



Definisi Perencanaan adalah bentuk kegiatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan serta dianggap perlu untuk mencapai hasil terbaik (Taufiqurokhman, 2018).



2.3.2



Tujuan Perencanaan Tujuan



sebuah



perencanaan



dapat



diuraikan



sebagai



berikut



(Taufiqurokhman, 2018). 1. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan (a way to anticipate and offset change). 2. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administratoradministrator maupun non-administrator. 3. Perencanaan juga dapat menhindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih dan pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitasaktivitas. 4. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk memudahkan pengawasan. 2.3.3



Prinsip Perencanaan Adapun prinsip-prinsip dari sebuah perencanaan adalah sebagai berikut (Taufiqurokhman, 2018). 1) Planning harus betul-betul membantu tercapainya tujuan, maka kemungkinan tindakan yang kita lakukan tidak terjadi kekeliruan 7



sehingga tidak menimbulkan pengorbanan yang lebih besar. Itu hanya dapat terjadi jika kita memikirkan jauh-jauh sebelumnya tindakan yang akan dilakukan. 2) Planning harus merupakan kegiatan pertama dari seluruh proses manajemen (primary activity). Seperti yang telah kita ketahui, perencanaan merupakan syarat mutlak untuk dapat melaksanakan manajemen yang baik. Karena planning di sini memberikan pedoman, pegangan dan arah, di mana hal tersebut selalu menjadi kegiatan pertama untuk dilakukan. 3) Perencanaan harus mencakup seluruh kegiatan. Telah kita ketahui bersama bahwa perencanaan merupakan fungsi pokok dari manajemen. Dengan demikian berarti perencanaan harus mencakup seluruh kegiatan, yaitu organizing, directing, coordinating, dan controlling. 4) Dalam sebuah perencanaan harus ada alternatif, baik menyangkut bahan, waktu, tenaga kerja, biaya, dan sebagainya. 5) Perencanaan harus mempunyai nilai efisensi dan penghematan. 6) Perencanaan harus melihat faktor-faktor yang urgen saja sehingga harus jelas, terang tidak bertele-tele. 7) Perencanaan harus mudah disempurnakan, diperbaiki, atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sewaktu-waktu berubah. 8) Harus mempunyai strategi untuk dapat diterima oleh semua pihak, agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya. 2.3.4



Fungsi Perencanaan a. Perencanaan sebagai Pengarah Perencanaan merupakan upaya untuk meraih atau mendapatkan sesuatu secara lebih terkoordinasi. Dalam hal ini perencanaan adalah sebagai pengarah atau guide dalam usaha untuk mencapai tujuan secara lebih terkoordinasi dan terarah (Taufiqurokhman, 2018).



8



b. Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian Pada dasarnya di dunia ini tidak ada yang tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa ketidakpastian bagi organisasi. Kadang perubahan tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan akan tetapi tidak jarang perubahan tersebut tidak sesuai dengan apa



yang



kita



inginkan.



Ketidakpastian



inilah



yang



harus



diminimalisasikan, dengan adanya perencanaan ketidakpastian yang akan terjadi di kemudian hari diantisipasi sebelumnya dengan perencanaan (Taufiqurokhman, 2018). c. Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya Setiap organisasi pasti membutuhkan sumber daya. Dengan adanya perencanaan, sebuah organisasi pada awal-awal sudah melakukan perencanaan mengenai penggunaan sumber daya sehingga diharapkan tidak terjadi pemborosan dalam hal penggunaan sumber daya yang ada sehingga organisasi tersebut bisa meningkatkan tingkat efisiensinya (Taufiqurokhman, 2018). d. Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, perusahaan atau organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pengawasan perusahaan atau organisasi berusaha membandingkan antara tujuan yang telah ditetapkan dengan realita di lapangan dan mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi sehingga bisa mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan (Taufiqurokhman, 2018).



9



2.4. Konsep Analisis SWOT 2.4.1



Definisi Proses



pengambilan



keputusan



strategis



umumnya



senantiasa



dikaitkan dengan masalah misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, sebagai strategic planner dalam melakukan analisis perlu memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itu secara garis besar dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yang disebut sebagai Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang secara umum dikenal dengan sebutan Analisis KEKEPAN atau Analisis SWOT (Wardoyo, 2020). 2.4.2



Manfaat Analisis SWOT Adapun manfaat yang dapat diambil dari proses analisis SWOT adalah sebagai berikut (Wardoyo, 2020). 1. Secara jelas dapat dipakai untuk mengetahui posisi perusahaan dalam kancah persaingan dengan perusahaan sejenis. 2. Sebagai pijakan dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Sebagai upaya untuk menyempurnakan strategi yang telah ada sehingga strategi perusahaan senantiasa bisa mengakomodir setiap perubahan kondisi bisnis yang terjadi



2.4.3



Komponen Analisis SWOT Komponen analisis SWOT terdiri dari 4 komponen dasar yaitu sebagai berikut (Wardoyo, 2020). a) Strenghts (S) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. b) Weakness (W) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. 10



c) Opporttunity (O) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan. d) Threats (T) Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi dimasa depan. 2.4.4



Tahapan Analisis SWOT 1. Tahapan Pengumpulan Data Umumnya data akan dikategorikan sebagai data internal dan eksternal. Data internal meliputi laporan keuangan perusahaan, laporan tentang sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional dan pemasaran. Sedangkan data eksternal yang diperlukan antara lain meliputi analisis tentang pasar, pesaing, pemasok, pemerintah, serta kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu. Data eksternal ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan stakeholder. Untuk keperluan analisis, biasanya dipakai External Factor Analysis Summary (EFAS) dan Internal Factor Analysis Summary (IFAS). Disamping itu juga dipergunakan Matrik Profil Kompetitif (Wardoyo, 2020).



Gambar 2.1 Contoh Matrik EFAS 11



Gambar 2.2 Contoh Matrik IFAS



Gambar 2.3 Skoring Matrik EFAS dan IFAS



12



Bagian terakhir dari tahap pengumpulan data adalah membuat matrik profil kompetitif. Tujuan pembuatan matrik profil kompetitif adalah untuk mengetahui posisi relatip perusahaan terhadap pesaing. Untuk mendapatkan profil kompetitif yang realistis, maka dalam membandingkan perusahaan yang dianalisis perlu dicari perusahaan pesaing yang seimbang (Wardoyo, 2020). 2. Tahapan Analisis Setelah berhasil menyusun matrik EFAS, IFAS dan Profil Kompetitif, langkah berikutnya adalah melakukan analisis. Untuk keperluan ini akan dipergunakan



Diagram



manggambarkan



faktor



SWOT. IFAS



Sumbu



dan



mendatar



sumbu



vertikal



atau



sumbu



X



atau



sumbu



Y



menggambarkan faktor EFAS. Bagian positif dari masing-masing sumbu X dan sumbu Y akan ditempati Kekuatan dan Peluang, sedangkan bagian negatif dari masing-masing sumbu X dan sumbu Y akan ditempati Kelemahan dan Ancaman (Wardoyo, 2020).



Cara



menganalisis



melalui



diagram



SWOT



yakni



dengan



memasukkan total skor ke dalam interpretasi berikut. 1. Nilai total skor yang mencerminkan Peluang (Opportunity) dari matrik EFAS diplot ke dalam sumbu Y pada bagian yang positif. 2. Nilai total skor yang mencerminkan Ancaman (Threat) dari matrik EFAS di plot ke sumbu Y pada bagian yang negatif. 3. Nilai total skor yang mencerminkan Kekuatan (Strenght) dari matrik IFAS di plot ke sumbu X pada bagian yang positif. 4. Hal yang sama dilakukan terhadap Nilai total Skor yang mencerminkan Kelemahan (Weaknesses) dari matrik IFAS di sumbu X pada bagian yang negatif. 5. Selanjutnya lakukan positioning. Posisi yang ideal adalah posisi yang memiliki tingkat kelemahan dan tingkat ancaman yang mendekati nol. Dengan mengetahui posisi yang terakhir,



13



diharapakan dapat diperoleh berbagai strategi yang sangat bermanfaat bagi perusahaan. 6. Hitung luas area dari setiap kuadran dan kemudian di rangking berdasarkan urutan luas yang paling tinggi.



Gambar 2.4 Contoh Diagram SWOT Keterangan : 1) Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. 14



2) Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga



diperkirakan



roda



organisasi



akan



mengalami



kesulitan untuk terusberputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karennya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. 3) Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. 4) Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.



15



BAB III PEMBAHASAN ANALISIS SWOT PERENCANAAN PENINGKATAN AKREDITASI PUSKESMAS “X” DI WILAYAH KERJA KOTA “A” 3.1



Identifiasi Masalah A. Man : Tenaga Kerja 1. Di Puskesmas “X” memiliki tenaga kerja yang terdiri dari dokter umum dan belum ada dokter spesialis, perawat (sebagian besar advokasi dan hanya beberapa yang sudah lulusan ners), bidan, apoteker, dan gizi, serta bagian administrasi. 2. Puskesmas “X” juga sudah menyebar beberapa kader kesehatan di desadesa wilayah kerja Puskesmas “X” B. Material 1. Sarana prasarana puskesmas sudah sebagian besar sesuai standar yang ditetapkan. 2. Ruangan-ruangan yang ada di Puskesmas “X” yakni ruang pendaftaran, ruang layanan tindakan, ruang KIA/KB, ruang bersalin, ruang poli umum, ruang apotik, ruang laboratorium, ruang kepala puskesmas, ruang promkes, ruang sterilisasi, ruang administrasi, aula puskesmas, toilet dan dapur. 3. Alat-alat kesehatan sebagian belum lengkap dan masih menggunakan alat-alat yang sederhana. C. Methode Pemberian pelayanan kesehatan di Puskesmas “X” belum dilakukan selama 24 jam dan dilakukan hanya sesuai hari kerja yakni Senin-Jumat. D. Money Anggaran Puskesmas “X” bersumber dari Pemerintah Daerah (PEMDA) dan BPJS.



16



E. Market Sasaran pemberian pelayanan oleh Puskesmas “X” adalah seluruh masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas “X” yang meliputi beberapa program seperti program Ibu Hamil dan Anak, Program Lansia, Program Imunisasi, Program TB/HIV dsb. 3.2



Analisa SWOT A. Ekternal Faktor (EFAS) Puskesmas “X” dalam meningkatkan akreditasi 1. Opportunity (O) : Peluang a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang penyelenggaraan Puskesmas di Wilayah “A”. b. Adanya anggaran dari PEMDA dan BPJS yang dapat dimanfaatkan sebagai operasional Puskesmas. c. Adanya dukungan dan kerjasama dari lintas sektor setempat. d. Masyarakat wilayah kota “A” yang cukup kooperatif dalam menggunakan faskes. e. Adanya dukungan dari Dinas Kesehatan setempat. 2. Threat (T) : Ancaman a. Adanya klinik swasta yang memiliki tenaga kerja yang lebih profesional dan sarana prasarana yang lebih. b. Asumsi masyarakat yang buruk tentang pelayanan puskesmas yang tidak ramah. c. Klinik swasta yang beroperasi selama 24 jam sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan 24 jam. d. Asumsi masyarakat bahwa obat yang diberikan dari Puskesmas adalah obat murah yang tidak berkualitas dibanding obat-obatan di klinik swasta. B. Internal Faktor (IFAS) Puskesmas “X” dalam meningkatkan akreditasi 1. Strength (S) : Kekuatan a. Puskesmas memiliki wilayah kerja 17



b. Jumlah Sumber Daya Manusia di Puskesmas dalam kategori cukup c. Pendidikan pemberi pelayanan yakni Dokter Umum, Perawat yang terdiri dari Advokasi dan Ners, Bidan, Gizi, Apoteker dan Administrasi. d. Sarana dan prasaran Puskesmas cukup e. Sudah memiliki kerangka acuan kegiatan (KAK) dan standar operasional prosedur (SOP) f. Beberapa kerjasama lintar program sudah dijalankan g. Anggaran yang tersedia cukup h. Jangkauan tempat Puskesmas cukup terjangkau yakni terletak di dekat jalan raya dan di pertengahan antar semua desa yang ada diwilayah kota “A” 2. Weakness (W) : Kelemahan a. Pelayanan puskesmas yang bersifat rawat jalan. b. Kurangnya komintmen semua pegawai dalam meningkatkan mutu pelayanan c. Belum semua pegawai memberikan pelayanan sesuai dengan SOP d. Pengelolaan keuangan belum menggunakan BLUD. 3.3 No . 1



Skoring Analisa SWOT Analisa SWOT Strength (S): a. Puskesmas memiliki wilayah kerja b. Jumlah Sumber Daya Manusia di Puskesmas dalam kategori cukup c. Pendidikan pemberi pelayanan yakni Dokter Umum, Perawat yang terdiri dari Advokasi dan



Bobot



Rating



Jumlah



0,5



3



1,5



0,4



3



1,2



0,5



4



2



18



2



Ners, Bidan, Gizi, Apoteker dan Administrasi. d. Sarana dan prasaran Puskesmas cukup e. Sudah memiliki kerangka acuan kegiatan (KAK) dan standar operasional prosedur (SOP) f. Beberapa kerjasama lintar program sudah dijalankan g. Anggaran yang tersedia cukup h. Jangkauan tempat Puskesmas cukup terjangkau yakni terletak di dekat jalan raya dan di pertengahan antar semua desa yang ada diwilayah kota “A” Total Weakness (W) : a. Pelayanan puskesmas yang bersifat rawat jalan. b. Kurangnya komintmen semua pegawai dalam meningkatkan mutu pelayanan c. Belum semua pegawai memberikan pelayanan sesuai dengan SOP. d. Pengelolaan keuangan belum menggunakan BLUD.



0,3



3



0,9



0,4



3



1,2



0,4



3



1,2



0,4



4



1,6



0,5



4



2



11,6 0,5



3



1,5



0,5



4



2



0,5



4



2



0,3



2



0,6



19



3



4



Total Opportunity (O) : a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang penyelenggaraan Puskesmas di Wilayah “A”. b. Adanya anggaran dari PEMDA dan BPJS yang dapat dimanfaatkan sebagai operasional Puskesmas. c. Adanya dukungan dan kerjasama dari lintas sektor setempat. d. Masyarakat wilayah kota “A” yang cukup kooperatif dalam menggunakan faskes. e. Adanya dukungan dari Dinas Kesehatan setempat. Total Threat (T) : a. Adanya klinik swasta yang memiliki tenaga kerja yang lebih profesional dan sarana prasarana yang lebih. b. Asumsi masyarakat yang buruk tentang pelayanan puskesmas yang tidak ramah. c. Klinik swasta yang beroperasi selama 24 jam sehingga lebih memudahkan



6,1 0,5



3



1,5



0,5



4



2



0,4



2



0,8



0,5



4



2



0,4



3



1,2



7,5 0,6



3



1,8



0,5



3



1,5



0,4



2



0,8



20



masyarakat dalam mendapatkan pelayanan 24 jam. d. Asumsi masyarakat bahwa obat yang diberikan dari Puskesmas adalah obat murah yang tidak berkualitas dibanding obat-obatan di klinik swasta. Total



0,5



3



1,5



5,6



21



3.4



Diagram SWOT Nilai IFAS : S – W = 11,6 – 6,1 = 5,5 Nilai EFAS : O – T = 7,5 – 5,6 = 1,9



22



3.5



Interpretasi Analisa SWOT Berdasarkan diagram layang analisa SWOT dari PERENCANAAN PENINGKATAN AKREDITAS PUSKESMAS “X” DI WILAYAH KERJA KOTA “A” didapatkan bahwa posisi grafik analisa SWOT berada dalam kuadran I (positif, positif) yang artinya dalam situasi yang menguntungkan. Dimana Puskesmas “X” memiliki kekuatan dan peluang dalam meningkatkan akreditasi Puskesmas “X” dengan rekomendasi strategi yang diberikan yakni progresif yang maksudnya perencanaan peingkatan akreditasi Puskesmas “X” dalam kondisi mantap sehingga memungkinkan Puskesmas “X” terus meningkatkan pemberian pelayanan dan peningkatan akreditasi yang jauh lebih baik untuk mendukung pertumbuhan derajat kesehatan masyarakat dan perorangan.



23



BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan Proses Perencanaan Peningkatan Akreditasi Puskesmas “X” di Wilayah Kerja Kota “A” dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan atau mengidentifikasi masalah Puskesmas “X” melalui prinsip 5M. Selanjutnya menyusun analisa SWOT dengan menentukan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang ada dalam meningkatkan akreditasi Puskesmas “X”. Setelah data-data tersebut ditemukan, kemudian memberikan skoring analisa SWOT dan memasukkan skoring tersebut ke dalam diagram layang analisa SWOT. Hasil interpretasi yang didapatkan bahwa Perencanaan Peningkatan Akreditasi Puskesmas “X” di Wilayah Kerja Kota “A” berada dalam kuadran I yakni artinya berada dalam situasi menguntung yang artinya Puskesmas “X” dapat terus memberikan pelayanan dan dapat meningkatkan akreditasi jauh lebih baik.



4.2



Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Laporan analisa SWOT ini dijadikan acuan dalam proses pemberian pembelajaran bagi mahasiswa terutama dalam bidang manajemen. 2. Bagi Mahasiswa Laporan analisa SWOT ini lebih dikembangkan lagi guna membantu proses belajar. 3. Bagi Puskesmas Laporan analisa SWOT ini dijadikan gambaran ketika sewaktu-waktu suatu puskesmas melakukan proses peningkatan akreditasi.



24



DAFTAR PUSTAKA Jadid, I. 2019. Strategi Peningkatan Akreditasi di UPTD Puskesmas Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Simplex Vol. 2 No. 3 Hal. 1-12 Kementerian Kesehatan RI. 2018. Standar Akreditasi Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2022. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Putri, W.C., dkk. 2017. Dasar-Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Bali: Universitas Udayana Taufiqurokhman. 2018. Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Wardoyo, P. 2020. Enam Alat Analisis Manajemen. Semarang: University Press Wulandari, D.R., dkk. 2019. Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien. Jurnal MKMI Vol.15 No.3 Hal. 228-236



25



Lampiran Alat Bantu Perencanaan Peningkatan Akreditasi Puskesmas “X” No



PEKERJAAN



1



Meningkatkan Jam Operasional Puskesmas Menambah Sarana dan Prasarana Puskesmas Memberikan Kesempatan Kepada Tenaga Kerja Untuk Melanjutkan Studi Melakukan PenyuluhanPenyuluhan Langsung Di Desa-Desa Menjalankan ProgramProgram Kerja



2



3



4



5



Bulan 1 Mg Mg M I II g III



Mg IV



M gI



Bulan II Mg Mg II III



M g IV



Bulan III Mg Mg M I II g III



Mg Mg IV I



BUlan IV M Mg Mg g III IV II



M gI



Bulan V Mg Mg II III



M g IV



Bulan VI Mg Mg M I II g III



26



Mg IV