Makalah Anemia Dalam Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia No.4Tahun 2019 mengatur tentang bidan dan pelayanan kebidanan sebagai tenaga profesional. Dalam melakukan pelayanan kebidanannya, bidan memiliki wewenang, yang terdiri atas kewenangan mandiri, kewenangan kolaborasi dan kewenangan rujukan.(1) Bidan wajib menerapkan asuhan kebidanan yang merupakan serangkaian kegiatan, mulai dari proses pengambilan data dan pemeriksaan, sampai pada penegakan diagnosa dan pengambilan keputusan yang sesuai dengan wewenangnya.(1) Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal dan pada ibu hamil di bawah 11 gr/dl. (2) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organorgan vital pada ibu dan janin berkurang.(3) Salah satu upaya deteksi dini dan pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan cara melakukan ANC terintegrasi dan berkualitas dengan penerapan 10 T. Tujuannya adalah untuk mencegah dan menangani keadaan anemia secara dini dalam kehamilan, serta mempersiapkan ibu menuju masa persalinan dan nifas yang sehat dan terbebas dari anemia, sehingga bayi juga bias terbebas dari keadaan kegawatdaruratan yang mungkin dapat terjadi, sehingga angka morbiditas dan mortalitas dapat ditekan.(4) Sebagai upaya dalam meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit rujukan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, upaya peningkatan kesehatan bersifat



promotif, preventif,



maupun kuratif dan rehabilitatif. Beberapa upaya tersebut berupa pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinanoleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi, pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Setiap ibu hamil dapat



1



2



dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatanibu dan janin yang dikandungnya.(5) 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan anemia dalam kehamilan ? 1.2.2 Bagaimana peran bidan dalam penanganan anemia dalam kehamilan.? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca sehingga mampu memahami dan menerapkan penanganan masalah anemia dalam kehamilan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Memahami defenisi, penyebab, pathofisiologis hingga pengelolaan anemia dalam kehamilan sesuai dengan wewenang kebidanan. b. Menerapkan upaya pencegahan dan deteksi dini pada masalah anemia dalam kehamilan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan.



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ANEMIA DALAM KEHAMILAN 2.1.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal dan pada ibu hamil di bawah 11 gr/dl. (2) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organorgan vital pada ibu dan janin berkurang. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena bertambahnya kebutuhan zat-at gizi serta terjadi perubahan hematologi pada ibu hamil.(3) Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal, dan cerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.(6) WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, seperti terlihat dalam tabel 2.1 :(7) Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin Kelompok Anak Dewasa



Umur 6 bulan - 6 tahun 6 tahun – 14 tahun Pria Wanita Ibu Hamil



Batas Kadar Hemoglobin gr/dl) 11,0 12,0 13,0 12,0 11,0



2.1.2 Tingkatan Anemia Konsentrasi hemoglobin pada ibu hamil berbeda dengan wanita yang tidak hamil. Pada wanita hamil konsentrasi hemoglobin mencapai titik terendah pada trimester kedua dan mulai naik lagi pada trimester ketiga. Belum ada rekomendasi dari WHO tetang kadar hemoglobin yang berbeda atau cut-off poin untuk anemia setiap trimester. Namun diakui bahwa pada trimester kedua kehamilan konsentrasi hemoglobin berkurang sekitar 0,5 gr/dl, hal ini disebabkan oleh peristiwa hemodilusi.(8)



3



4



Menurut WHO tingkatan anemia pada ibu hamil diklasifikasikan dalam tabel 2.2 (9) Tabel 2.2 Tingkatan Anemia Menurut WHO No 1 2 3



Level Hemoglobin (g/dl) ≥ 11 7-11



30 kali permenit, kadar hemoglobin 35 tahun. Wanita dikatakan mulai masuk masa subur dan dapat bereproduksi di usia menarche atau haid pertama (usia 35 tahun dimana pada usia tersebut sering terjadi defisiensi zat-zat nutrisi karena asupan yang tidak cukup, absorbsi yang menurun dan kurang adekuat, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoetik. 5) Indeks Masa Tubuh (IMT) Status



Gizi



mempunyai



korelasi



positif



dengan



konsentrasi



hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar hemoglobin orang tersebut. 2.1.8 Pencegahan Anemia dalam Kehamilan Program pemerintah dalam mencegah anemia adalah pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil segera setelah mual muntah berkurang. Tablet tambah darah yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg setara dengan 60 mg zat besi dan 400 µg asam folat. Tablet tambah darah untuk ibu hamil secara teknis diberikan setiap bulan sebanyak 30 tablet, sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melalui puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu dan bidan desa. Agar penyerapan tablet tambah darah dapat maksimal, dianjurkan minum tablet dengan air minum yang sudah dimasak dan bersama vitamin C.(16) Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berwarna hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjadi pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil 49 dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia. (17)



11



2.1.9 Diagnosis Anemia pada Ibu Hamil Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan memeriksa kadar hemoglobin. Alat yang digunakan dalam menegakkan anemia menggunakan sahli, hemoglobin color scale, direct cyanmentohemoglobin, Automate Hematology Analyser (AHA) hemocue dan hemocromae.(13,18) 2.1.10 Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi, asam folat, vitamin B12, serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak 500 µg dan zat besi sebanyak 120 mg. Pemberian zat besi sebanyak 30 gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari. (19) Penatalaksanaan anemia ringan yaitu : (19) 1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe) perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus. 2) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah) sebanyak 120 mg dalam sehari atau 2 kali sehari. Pemberian zat besi tersebut akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari.



12



3) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam. Untuk mengurangi efek samping, minum tablet besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dan lain-lain. 2.2 PERAN BIDAN DALAM MENGATASI ANEMIA KEHAMILAN Peran bidan dalam mengatasi anemia yaitu harus memberikan pendidikan kesehatan tentang : (19) 1) Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makan-makanan yang bergizi dan mengandung zat besi yang cukup seperti mengkonsumsi sayuran hijau yaitu bayam, kacang kedelai, dan makanan lainnya yang mengandung zat besi. 2) Memberi pasien tablet penambah darah yaitu pada ibu hamil normal tablet Fe dengan dosis 60 mg (1x1 perhari) dan pada kasus anemia ringan dengan dosis 120 mg (2x1 perhari). 3) Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari anggapan bahwa makanan yang memiliki zat besi dapat mempercepat kegemukan. 4) Menganjurkan pasien untuk selalu menjaga kondisi dan selalu minum vitamin yang dapat menambah darah. 5) Menganjurkan kepada pasien untuk berolah raga secara teratur 6)



Menganjurkan kepada pasien untuk menghindari aktifitas yang dapat menguras tenaga berlebih karena dapat menimbulkan kelelahan.



BAB III PENUTUP



1.1 Kesimpulan Kejadian anemia pada ibu hamil harus diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seseorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh anemia pada masa kehamilan dan persalinan, sangat beragam, sesuai tingkat keparahan anemia, dan umur kehamilan ataupun saat persalinan. Anemia yang terjadi pada ibu hamil trimester I akan dapat mengakibatkan abortus, missed abortion dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dan III dapat menyebabkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan peningkatan risiko terkena infeksi. anemia juga dapat meningkatkan risiko ibu dalam masa persalinan, yang dapat mengakibatkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan atonia uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan dan berakhir dengan kematian, retensio plasenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi infeksi nifas dan gangguan dalam pemulihan setelah persalinan. 1.2 Saran 1. Kepada mahasiswa megister kebidanan untuk selalu meningkatkan wawasan dan pencegahan pada kejadian anemia dalam kehamilan yang dapat menyebabkan komplikasi yang fatal bagi ibu maupun bayinya.



13



14



2. Meningkatkan pelayanan pada ibu hamil dengan anemia. Kepada para pembaca dan masyarakat agar bekerja sama dan mendukung program kesehatan Indonesia dalam mengurangi kejadian anemia dalam kehamilan.



DAFTAR PUSTAKA



1.



Undang-undang no 4 tahun 2019 tentang kebidanan. [Diakses pada 09 April 2019]. Tersedia dalam file:///C:/Users/HP/Downloads/Salinan% 20UU %20Nomor%204%20Tahun%202019%20(1).pdf.



2.



World Health Organization (WHO). Haemoglobin Concentration For The Diagnosis of Anemia and Assessment of Severity. 2011.



3.



Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Edisi Revisi): Gramedia Pustaka Utama. Jakarta; 2009.



4.



Dinengsih S, Indrayani T. Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kebidanan. Sidoarjo: Indomedia Pustaka. 2017.



5.



Academia Edu. Indonesia. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. [Diakses pada 09 April 2019]. Tersedia dalam https://www.academia.edu/23978701/PEDOMAN_PELAYANAN_ANTEN ATAL_TERPADU.



6.



Sue J. Farmakologi Kebidanan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta;2004.



7.



World Health Organization (WHO). Daily Supplementation in Pregnant women; 2012.



8.



Handayani L. Peran Petugas Kesehatan dan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Besi. Kesehatan Masyarakat 2013; 7 (2) 55-112.



9.



World Health Organization (WHO). Pregnancy, Childirth, Postpartum and Newborn care; Aguide for Essential Practice. Geneva; 2015.



Iron



and



Folic



Acid



10. EC Erugwu BM, CO Chigbu, HE Onah. Anemia in Pregnancy : A Public Health Problem In Enugu, South East Nigeria Journal Of Obstetrics And Gynaecology, 2013; 33 : 451-4. 11. J. Lenovo K, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et al. Obstetri Williams, 21, editor Jakarta: 2009. 12. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-tiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. 13. Manuaba I. Anemia Pada Kehamilan, Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Dalam Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KEluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta; 2010.



15



16



14. Mariza A. Hubungan Pendidikan dan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Holistik. 2016; 10 (1); 5-8. 15. Ariyani R, Dwi SabriniS. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016. 16. Khaskhelli MN, Baloch S, Sheeba A, Baloch S, Khaskheli FK. Iron Deficiency Anemia is Still A Major Killer of Pregnant Women. Pak J Med Sci, 2016;32(3):630-4, doi: 10.12669/pjmsa.323.9557. 17. Proverawati A. Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika; Yogyakarta. 2011. 18. Sant R, Parischa, SCF-B, Peter R G, Et al, Gibbon PR. Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia; A Clinical Update. MJA. 2010; 139 (9): 525-32. 19. Sulistyawati A. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Salemba Medika;



Jakarta. 2012.