Makalah Anxiety [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SIMULASI ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN ATAU ANSIETAS Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I Dosen Pengampu: Tria Monja Mandira, S. Kep., M. Kep.



Disusun Oleh, Kelompok 3 Kelas 4i Lis Nurhayati



(201030100272)



Nurina Tyagita



(201030100258)



Lisa Adaty



(201030100286)



Nurul Aeni



(201030100259)



M. Iqbal Rizkullah



(201030100260)



Oktavia Dyah S.



(201030100339)



Novita Sari



(201030100287)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG SELATAN 2022



2



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Simulasi Askep Klien dengan Gangguan Kecemasan atau Ansietas” ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan jiwa I, dengan dosen pengampu yaitu Ns. Tria Monja Mandira, S. Kep., M. Kep. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, sistematika, maupun cara penyajiannya. Oleh karena ini kami sangat senang dan terbuka untuk menerima umpan balik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama. Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.



Tangerang Selatan, 26 Mei 2022



Penulis



2



3



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL..............................................................................................1 KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................2 C. Tujuan...........................................................................................................3 BAB II.....................................................................................................................4 PEMBAHASAN.....................................................................................................4 A. Definisi Ansietas...........................................................................................4 B. Proses Terjadinya Ansietas...........................................................................5 C. Faktor Predisposisi Ansietas.........................................................................7 D. Faktor Presipitasi Ansietas............................................................................9 E. Tanda dan Gejala Ansietas............................................................................9 F. Proses Keperawatan....................................................................................10 1. Pengkajian...............................................................................................10 2. Diagnosa Keperawatan............................................................................12 3. Rencana Keperawatan.............................................................................12 4. Tindakan Keperawatan............................................................................15 5. Evaluasi...................................................................................................17 BAB III..................................................................................................................19 PENUTUP.............................................................................................................19 A. Kesimpulan.................................................................................................19



3



4



B. Saran............................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20



4



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Gangguan kecemasan/ ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Menurut NANDA (2015), ansietas merupakan bentuk respon terhadap stimulus tertentu yang tidak diinginkan oleh siapapun yang terdapat dimanapun dan kapanpun karena dalam hal ini ansietas tidak mengenal jenis kelamin, suku atau ras dan batas usia. Kecemasan atau ansietas adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2010). Ansietas yang dialami akan menentukan bagaimana mekanisme koping seseorang dalam mengatasi masalah tersebut baik mekanisme koping adaptif atau maladaptif, individu yang memiliki mekanisme koping adaptif akan lebih efektif untuk mengurangi atau meredam ansietas sebaliknya jika individu menggunakan mekanisme koping maladaptif bisa memperburuk keadaan atau individu tersebut mempunyai potensi untuk terjadinya sakit (Sholeh (2012)). Menurut Carole-carol (2008) bahwa gejala kecemasan dapat meliputi kesulitan untuk dapat beristirahat atau sering merasa gelisah, kesulitan untuk berkonsentrasi, irritability, perasaan tegang yang berlebihan, gangguan tidur, semuanya dapat diakibatkan karena kecemasan yang berlebihan Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum terjadi dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di



2



Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejalagejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Masalah ansietas dapat dicegah dengan pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada individu tersebut. Tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan mulai dari pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Ayuningtyas, 2018). Salah satu pendekatan preventif yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian terapi generalis untuk mengontrol kecemasan yang dialami klien, seperti teknik relaksai nafas dalam, relaksasi otot progresif, distraksi, hipnotis lima jari dan pendekatan spiritual (Sulistyarini, 2013). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menjelaskan lebih dalam mengenai kecemasan atau ansietas dan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan kecemasan atau ansietas



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari ansietas? 2. Bagaimana proses terjadinya ansietas? 3. Apa saja faktor predisposisi ansietas? 4. Apa saja faktor presipitasi ansietas? 5. Apa saja tanda dan gejala ansietas?



3



6. Bagaimana proses keperawatann pada klien dengan ansietas?



C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari ansietas 2. Mengetahui proses terjadinya ansietas 3. Mengetahui faktor predisposisi ansietas 4. Mengetahui faktor presipitasi ansietas 5. Mengetahui tanda dan gejala ansietas 6. Mengetahui proses keperawatan pada klien dengan ansietas



4



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Ansietas Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman and Kamitsuru, 2018). American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan ansietas sebagai keadaan psikologis dan fisiologis yang ditandai oleh komponen kognitif, fisiologi dan perilaku yang digambarkan sebagai antisipasi terhadap bahaya di masa depan dan disertai dengan gejala disforia. International Classification of Disease (ICD-10) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan khawatir, ketegangan motoric yang dimanifestasikan dengan gelisah atau ketegangan otot, dan aktivitas otonom yang berlebih seperti sakit kepala atau berkeringat (Septadina, dkk, 2021). Ansietas adalah suatu keadaan aprehensif atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagainya. Ansietas bermanfaat bila hal tersebut mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi untuk belajar menjelang ujian. Ansietas adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi ansietas bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, dkk (2005) dalam Annisa dan Ifdil (2016))



5



Gangguan ansietas diklasifikasikan sebagai neurosis hampir sepanjang abad ke-19. Istilah neurosis diambil dari akar kata yang berarti suatu kondisi abnormal atau sakit dari sistem saraf dan ditemukan oleh Cullen (Nevid, dkk, 2005) pada abad ke-18. Neurosis dilihat sebagai suatu penyakit pada sistem saraf. Kemudian berganti dengan pengertian dari Freud pada abad ke-20. Freud mengatakan bahwa tingkah laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide pembangkit ansietas yang tidak dapat diterima akan muncul ke dalam alam sadar. Semua gangguan ini mencerminkan usaha ego untuk mempertahankan dirinya sendiri melawan ansietas. Saat ini beberapa klinis mengelompokkan masalah tingkah laku yang lebih ringan di mana orang-orang yang dikelompokkan di neurosis relatif masih mempunyai kontak yang baik dengan realitas sedangkan psikosis mempunyai ciri kehilangan kontak dengan realitas. Ansietas berbeda dengan takut. Ansietas adalah respon terhadap sesuatu yang tidak diketahui, berasal dari dalam diri individu, samar-samar dan konfliktual.



Ansietas



merupakan



respon



normal



dan



adaptif



yang



menyelamatkan kehidupan dengan memberi peringatan kepada individu terhadap sesuatu yang mengancam kerusakan tubuh, nyeri, ketidakberdayaan, kebutuhan jasmani dan sosial. Tubuh memberi sinyal terhadap ancaman tersebut dengan meningkatkan aktivitas syaraf simpatis dan parasimpatis yang meningkatkan aktivitas somatis dan otonom. Namun respon ini dapat dikategorikan sebagai gangguan ansietas bila gejala yang ditimbulkan melebihi normal (Sadock dan Ruiz (2007) dalam Septadina, dkk (2021)).



B. Proses Terjadinya Ansietas Menurut Blackburn dan Davidson (dalam Safaria & Saputra, 2009) mengemukakan proses terjadinya kecemasan melalui model kognitif kecemasan, yang dapat dilihat pada bagan berikut.



6



Stimulus (situasi yang menimbulkan kecemasan)



Perantara (Skemata)



Proses Kognitif



Hasil Kognitif (penilaian primer dan sekunder)



Respon (pengalaman kecemasan subjektif otomatis, kesiagaan hambatan dalam bertindak)



Gambar 2.1 Skema Proses Terjadinya Kecemasan (Adaptasi Blackburn dan Davidson, 1994) Menurut Blackburn dan davidson (dalam Safaria & Saputra, 2009), secara teoretis terjadinya kecemasan diawali oleh pertemuan individu dengan stimulus yang berupa situasi yang berpengaruh dalam membentuk kecemasan (situasi mengancam), yang secara langsung atau tidak langsung hasil pengalaman tersebut diolah melalui proses kognitif dengan menggunakan skemata (pengetahuan yang telah dimiliki individu terhadap situasi tersebut yang sebenarnya mengancam atau tidak mengancam dan pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan diri dan situasi). Setiap pengetahuan dapat terbentuk dari keyakinan pendapat orang lain, maupun pendapat individu sendiri serta dunia luar. Pengetahuan tersebut tentunya akan mempengaruhi individu untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif), sehingga respons yang akan ditimbulkan tergantung seberapa baik individu yang mengenali situasi dan mengendalikan dirinya. Jadi, terjadinya kecemasan melalui proses yang telah disebutkan adalah bagaimana individu dapat mengevaluasi tindakan apa saja yang harus dilakukan apabila merasakan kecemasan. Selain harus memahami tentang keadaan apa saja yang menyebabkan seseorang merasakan cemas, tentunya setelah itu individu harus dapat mengendalikan diri untuk dapat mengelola emosi dan mengelola permasalahan yang menyebabkan kecemasan tersebut



7



C. Faktor Predisposisi Ansietas Menurut Stuart dan Laraia (2005) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Faktor Biologis Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. 2. Faktor Psikologis a. Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa akan bahaya. b. Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap



penerimaan



dan



penolakan



interpersonal.



Ansietas



berhubungan dengan kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan maupun orang yang berarti bagi pasien. Individu dengan harga diri rendah sangat mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat. c. Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas



sebagai dorongan belajar dari dalam diri unntuk



menghindari kepedihan. Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi ketakutan dalam kehidupannya.



8



3. Sosial budaya Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas. Pendapat lain disampaikan oleh Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman & Stricker, 1994) dalam (Canisti, 2013) bahwa dari sudut pandang kognitif (cognitive model), terdapat lima kemungkinan faktor predisposisi atau faktor yang secara potensial dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan, diantaranya adalah: 1. Generative inheritability (pewarisan genetik) Faktor hereditas mempengaruhi mudah tidaknya saraf otonom menerima rangsang. Dengan kata lain, seseorang dengan sejarah keluarga atau keturunan yang memiliki gangguan dalam kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang mencemaskan. 2. Physical disease states (penyakit fisik) Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit fisik dapat membuat individu mengalami kecemasan. 3. Phychological trauma/ mental trauma (trauma mental) Individu akan lebih mudah cemas ketika ia dihadapkan pada situasi yang serupa dengan pengalaman terdahulu yang menimbulkan trauma, dimana situasi tersebut seperti skema yang telah dipelajari. 4. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian diri) Individu yang mengalami kecemasan akan sering menunjukkan defisit dalam respon penyesuaian diri terhadap kecemasan itu sendiri. Mereka merasa tidak berdaya untuk menemukan strategi dalam mengatasi



kecemasannya



tersebut.



Akibatnya



individu



tersebut



9



membiarkan diri mereka berada dalam situasi yang secara potensial yang dapat membuat mereka cemas. 5. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors (pikiran-pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi) Pada individu yang memiliki gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak realistik atau keyakinan semu mengenai suatu ancaman atau bahaya dianggap dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang mirip dengan situasi ketika keyakinan semu tersebut dipelajari. Jika skema keyakinan semu tersebut teraktifkan, maka skema ini akan mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi orang tersebut untuk masuk dalam keadaan cemas.



D. Faktor Presipitasi Ansietas Faktor presipitasi dari kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut (Jaya, 2015): 1. Ancaman terhadap integritas diri Ancaman ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dapat menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 2. Ancaman terhadap sistem diri Ancaman ini dapat membahayakan fungsi sosial, identitas dan harga diri. Sedangkan kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan dengan kecemasan sangat tergantung pada usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman, sistem pendukung, intensitas stresor dan tahap perkembangan.



10



E. Tanda dan Gejala Ansietas Menurut Nursalam (2008), tanda dan gejala kecemasan terdiri dari beberapa fase: 1. Fase protes (Phase of protest) Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif. Seperti menendang, mengigit, memukul, mencubit, mecoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Perilaku protes tersebut seperti perilaku menangis, penderita terus berlanjut dan hanya akan berhenti bila penderita merasa kelelahan. 2. Fase putus asa (Phase of despair) Pada tahap ini penderita tampak tegang, tensinya terkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis dan regresi (misalnya mengompol atau menghisap jari). Pada tahap ini kondisi penderita mengkhawatirkan karena penderita menolak untuk makan atau bergerak. 3. Fase Menolak (Phase of denial) Pada tahap ini penderita akan samar-samar menerima perpisahan, mulai tertarik pada apa yang ada sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dangan orang lain. Penderita mulai kelihatan gembira. Fase ini terjadi biasanya setelah perpisahan lama dengan orang tua.



F. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifi akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk



11



menghadapi ancaman. Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut (Nurhalimah, 2016). a. Coba ibu/ bapak ceritakan masalah yang menghantui pikiran ibu/ bapak setelah operasi? b. Coba ibu/ bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan masalah yang dialami terutama setelah operasi? c. Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan? d. Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan seharihari? Menurut PPNI (2016), gejala dan tanda yang muncul pada pasien dengan ansietas adalah sebagai berikut. a. Gejala dan Tanda Mayor 1) Data subjektif



: merasa bingung, merasa khawatir dengan



akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi. 2) Data objektif



: tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.



b. Gejala dan Tanda Minor 1) Data subjektif



: mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi,



merasa tidak berdaya. 2) Data objektif



: frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi



meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu No. 1



Data Ds: -



Kecemasan Ringan Pasien merasa tegang dalam melakukan aktivitas sehari-hari



Do: -



Masalah



Tampak motivasi dan kreatifitas



12



meningkat -



Tampak



terpacu



untuk



menyelesaikan masalah 2



Ds: -



Kecemasan Berat Pasien



merasa



tidak



dapat



memikirkan hal lain, selain dirinya Do: -



Pasien mengatakan minta tolong untuk



menyelesaikan



masalahnya -



Perlu



pengarahan



untuk



melakukan tugas yang lain Tabel 2.1 Format Analisa Data dan Masalah 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,2016). Menurut PPNI (2016), rumusan diagnosa keperawatannya adalah: Diagnosa Keperawatan: Ansietas 3. Rencana Keperawatan Menurut Prabowo (2014), rencana asuhan keperawatan gangguan kecemasan atau ansietas adalah sebagai berikut. Tujuan Umum (TUM): Cemas berkurang atau hilang



13



a. Tujuan Khusus (TUK) 1: Pasien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya Intervensi: 1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsif 2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon 3) Beri dukungan pada pasien untk mengekspresikan perasaannya 4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif 5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang b. TUK 2: Pasien dapat mengenal ansietas Intervensi: 1) Bantu



pasien



untuk



mengidentifikasi



dan



menguraikan



perasaannya 2) Hubungan perilaku dan perasaannya 3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien 4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik 5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaannya 6) Mendengarkan



penyebab



ansietas



pasien



dengan



penuh



perhatian 7) Observasi tanda verbal dan nonverbal dari ansietas pasien c. TUK 3: Pasien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas Intervensi:



14



1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas 2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik 3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan 4) Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi pasien. 5) Mengurangi



atau



menghilangkan



rangsangan



yang



menyebabkan ansietas pada pasien. d. TUK 4: Pasien dapat menggunakan mekanisme koping Intervensi: 1) Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu 2) Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif 3) Dorong pasien untuk menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya 4) Bantu



pasien



untuk



menyusun



kembali



tujuan



hidup,



memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan koping yang baru 5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang 6) Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya 7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru e. TUK 5: Pasien dapat memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas Intervensi: 1) Ajarkan pasien terapi masase untuk mengurangi ansietas



15



2) Dorong pasien untuk menggunakan terapi masase dan menurunkan tingkat ansietas f. TUK 6: Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan ansietas Intervensi: 1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. 2) Diskusikan tentang ansietas, proses terjadinya ansietas, serta tanda dan gejala ansietas. 3) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas. 4. Tindakan Keperawatan Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter dan Perry, 2005). Berikut adalah tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kecemasan atau ansietas. 1) Membina hubungan saling percaya 2) Membantu klien mengenal ansietas 3) Mengajarkan teknik nafas dalam Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk mengurangi stress, baik stress secara fisik maupun emosional (Smeltzer & Bare, 2002).



16



Prosedur teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut a. Ciptakan lingkungan yang tenang b. Usahakan tetap rileks dan tenang c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3 d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks h. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang 4) Mengajarkan relaksasi otot Prosedur teknik relaksasi otot adalah sebagai berikut: a. Identifikasi tingkat cemas b. Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien c. Siapkan ruangan yang sejuk, tidak gaduh dan alami d. Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien e. Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan f. Pasien berbaring atau duduk bersAndar (ada sAndaran untuk kaki dan bahu) g. Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut h. Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing untuk mengidentifikasi) daerah-daerah ototyang sering tegang misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis



17



i. Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30 detik. j. Kencangkan



dahi



detik,kemudian



(kerutkan



relakskan



dahi



20-30



keatas) detik.



selama



Pasien



5-7



disuruh



merasakan rileksnya. k. Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancer l. Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar. m. Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar. n. Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot. 5) Melatih pasien prosedur hipnosis 5 jari Prosedur hipnosis 5 jari adalah sebagai berikut: a. Atur posisi klien senyaman mungkin b. Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali. Minta pasien untuk relaks c. Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasiun untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat d. Tautkan



ibu



jqri



dengan



jari



tengah



minta



pasien



membayangkan ketika mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai



18



e. Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia f. Tautkan ibu jari dengan jari kelingkng, bayangkan ketika Anda mendapat suatu penghargaan g. Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali h. Buka mata kembali. 6) Memasukkan ke jadwal kegiatan harian klien 5. Evaluasi Menurut PPNI (2016) evaluasi terakhir dalam pemberian asuhan keperawatan psikososial adalah tahap evaluasi. Ditahap evaluasi akan dinilai sejauh mana tujuan tercapai dari rencana yang telah dibuat. Berikut adalah evaluasi pada pasien dengan kecemasan. a. Subjektif 1) Pasien merasa tenang 2) Pasien tidak lagi merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi 3) Pasien sudah dapat berkonsentrasi 4) Pasien tidak lagi mengeluh tidak merasa berdaya 5) Pasien tidak lagi mengeluh pusing b. Objektif 1) Pasien tampak tenang 2) Pasien dapat tidur dengan nyenyak 3) Frekuensi napas dalam rentang normal 16-24 x/menit 4) Frekuensi nadi dalam rentang normal 60-100 x/menit



19



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Kecemasan



atau



ansietas



adalah



perasaan



tidak



nyaman



atau



kekhawatiran sebagai bentuk antisipasi terhadap suatu hal yang buruk yang mungkin akan segera terjadi. Gejalanya meliputi kesulitan untuk beristirahat, sering merasa gelisah, kesulitan untuk berkonsentrasi, irritability, perasaan tegang yang berlebihan, gangguan tidur, dan lain sebagainya. Masalah ansietas dapat dicegah dengan pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada individu yang dilakukan secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan mulai dari pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.



B. Saran Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat membangun awareness terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan khususnya gangguan ansietas atau anxiety.



20



DAFTAR PUSTAKA



Annisa, D. F. and Ifdil, I. (2016) ‘Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia)’, Konselor, 5(2), p. 93. doi: 10.24036/02016526480-0-00. Canisti, I. (2013) ‘Kecemasan dan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terap Hemodialisa’, Jurnal Psikologi Ulayat, 1(2), pp. 207– 222. Herdman, T. H. and Kamitsuru (2018) NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC. Jaya, K. (2015) Keperawatan Jiwa. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara. Katz, C., Stein, M.B., Sareen, J., 2013. Anxiety Disorders in the DSM-5 New Rules on Diagnosis and Treatment. Mood and Anxiety Disorders Rounds. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments. 2:1-4 NANDA (2015) Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Kalsifikasi. Jakarta: EGC. Nurhalimah (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan. Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Septadina, I. S. et al. (2021) Terapi Murrotal Al-Quran untuk Menurunkan Ansietas dan Memperbaiki Kualitas Tidur. Pekalongan: Penerbit NEM. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI