Makalah Aplikasi Teori Roy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN APLIKASI TEORI ROY DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT



Oleh : KELOMPOK 3 1.



ANNISA ALZURA FATIHAH ( 203310683 )



2.



ANNISA SURURI ( 203310684 )



3.



AQILAH KHAIRIFKA ZAIN ( 203310685 )



4.



CHYNTIA RAMADHANA FAHIRA ( 203310690 )



5.



INDAH NOVIA HENDRA ( 203310698 )



6.



MOCHAMAD FADLI ( 183310815 )



7.



NABILLA SETIA NINGRUM ( 203310702 )



8.



RISMA LAILATUL RAHMI ( 203310710 )



9.



SIVA RAHMATUL ILLAHI ( 203310714 )



10. ZUL HUDA ( 193310808 ) DOSEN : EFITRA, M. Kep



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG PADANG 2020



KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah falsafah dan teori keperawatan. Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun, berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.



Padang, November 2020



Penulis



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1 1.1.



Latar Belakang………………………………………………………………………..1



1.2.



Rumusan Masalah…………………………………………………………………. …1



1.3.



Tujuan……………………………………………………………………………… ...2



1.4.



Manfaat……………………………………………………………………………. …2



BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3 2.1. Sejarah Atau Riwayat Calista Roy……………………………………………...……3 2.2. Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy……………….4 2.3. Teori Adaptasi Sister Calista Roy…………………………………………………...6 2.4. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy………………………………11 2.5. Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit………………...13 2.6. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy……………………………………………..16 BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………….18 A. Kesimpulan………………………………………………………………………….18 B. Saran………………………………………………………………………………...18 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………19



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi- profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat- perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy. Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan.



4



1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sejarah Atau Riwayat Calista Roy? 2. Apa saja Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy? 3. Jelaskan Teori Adaptasi Sister Calista Roy? 4. Apa saja Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy? 5. Apa saja Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit? 6. Apa saja Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy? 1.3. Tujuan 1.



Untuk mengetahui Sejarah Atau Riwayat Calista Roy



2.



Untuk mengatahui Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy



3.



Untuk mengetahui Teori Adaptasi Sister Calista Roy



4.



Untuk mengetahui Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy



5.



Untuk mengetahui Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit



6.



Untuk mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy



1.4. Manfaat 1. Sebagai sarana ilmu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman 2. Sebagai penambah wawasan dalam memahami tentang aplikasi teori Roy dalam asuhan keperawatan



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Atau Riwayat Calista Roy Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis- psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus(1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa- mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek 6



juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model. Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roydan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan. 2.2. Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy Sister Calista Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Roy mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu : 1.



Asumsi dari Teori Sistem a.



Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke bagian lain



b.



Sistem



adalah



bagian dari berfungsinya



bagian yang satu dan saling



ketergantungan dengan yang lain c.



Sistem mempunyai input, out put, proses control,dan umpan balik



d.



Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi



e.



Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard dan umpan balik langsung terhadap fungsinya.



2.



Asumsi dari Teori Heson a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organisme b. Perilaku yang dapat



adaptif



adalah



berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi,



berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan



stimulus residual. c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan d. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus 3.



Asumsi dari Humanism a.



Individu mempunyai kekuatan kreatif 7



b.



Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab akibat



c.



Manusia merupakan makhluk holistik



d.



Opini manusia dan nilai yang akan datang



e.



mobilisasi antar manusia bermakna



Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi dasar model teori ini adalah : 1.



Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu ; penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi.



2.



Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi. Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan



menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini. Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya; 1.



Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.



2.



Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subyektif.



3.



Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.



Proses adaptasi yang dikemukakan Roy: 1.



Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang 8



otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana coping tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya 2.



Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.



3.



Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi. Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap



respon adaptasi diantaranya, sbb: 1.



Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.



2.



Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.



3.



Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.



4.



Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.



Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu: 1.



Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.



2.



Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan diraih.



2.3. Teori Adaptasi Sister Calista Roy Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. Sistem 9



adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian- bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut : 1.



Input Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan- bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual. a. Stimulus fokal yaitu



stimulus



yang



langsung



berhadapan



dengan



seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi. b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi social. c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. 2.



Kontrol Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem. a. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output menjadi proses



stimulus



umpan



berhubungan dengan



dari



balik fungsi



subsistem



regulator



untuk subsistem. Kognator kontrol otak dalam memproses informasi,



penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan proses



internal



dalam



memilih 10



dapat



atensi,



mencatat



dengan



dan mengingat.



Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight



(pengertian



yang



mendalam).



Penyelesaian



masalah



dan



pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang. b. Subsistem



regulator.



Subsistem



regulator



mempunyai



komponen-



komponen: input- proses dan output. Input sebagai stimulus dapat berupa internal atau eksternal. Transmiter subsistem regulator adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari subsistem regulator. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku subsistem regulator. 3.



Output Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang maladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini. Roy



telah



menggunakan



bentuk



mekanisme



koping



untuk



menjelaskan



proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri



yang



menyerang



tubuh.



Mekanisme lain yang dapat dipelajari seperti



penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognatordan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi. Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. 11



Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan



dari



konsep



adaptasi



Roy.



Selanjutnya



Roy



mengembangkan



proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. 1) Mode Fungsi Fisiologi Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu : a.



Oksigenasi: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).



b.



Nutrisi: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).



c.



Eliminasi: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)



d.



Aktivitas dan istirahat: Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang



digunakan



untuk



mengoptimalkan



fungsi



fisiologis



dalam



memperbaiki dan memulihkan semua komponen- komponen tubuh. (Cho 1984 dalam Roy, 1991). e.



Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).



f. The sense / perasaan: Penglihatan,



pendengaran,



perkataan,



rasa



dan



bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi



12



nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991). g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.(Parly, 1984, dalam Roy 1991). h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan- hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk



mengendalikan



dan



mengkoordinasi



pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991). i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis,



untuk



menyatukan



dan



mengkoordinasi



fungsi



tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991). 2) Mode Konsep Diri Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas. b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moraletik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini. 3) Mode Fungsi Peran



13



Mode fungsi peran mengenal pola- pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya . 4) Mode Interdependensi Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima. 2.4. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhankeperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem. 1.



Manusia Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusia lah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi. a) Konsep Sistem Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana diantara keduanya akan terjadi pertukaran informasi, “matter” dan energi. Adapun karakteristik sistem menurut Roy adalah input, output, kontrol dan feed back. b) Konsep Adaptasi



14



Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu. Roy menggunakan menggambarkan proses



kontrol



istilah



individu



mekanisme



dalam



sistem



koping



untuk



adaptasi



ini.



Beberapa koping ada yang bersifat genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti : menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam mekanisme kontrol ini, Roy menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan“Cognator”. Transmitter dari sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem saraf dan



endokrin, yang



dapat berespon secara otomatis terhadap adanya perubahan pada diri individu. Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan umpan balik terhadap sistem cognator. Proses kontrol cognator ini sangat berhubungan dengan fungsi otak dalam hal fungsi persepsi atau memproses informasi, pengambilan keputusan dan emosi. 2.



Lingkungan Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari lingkungan,



menurut



Roy.



Lingkungan



didefinisikan



oleh



Roy



adalah







Semua kondisi, keadaan dan pengaruh- pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok“ (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau



meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya



perubahan. 3.



Sehat Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 261). 15



Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya. 4.



Keperawatan Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,



keperawatan



juga



meninggal dengan damai. Untuk



bertujuan



untuk



mengantarkan



individu



mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat



mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi. 2.5. Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 1. Fungsi Fisiologis Contohnya : oksigenasi yaitu kebutuhan tubuh terhadap oksigen seperti ventilasi peertukaran gas dan transport gas memenuhi kebutuhan integritas kulit dengan memandikan pasien yang tidak sadar atau kondisinya lemah Konsep diri; Contohnya : memenuhi kebutuhan spiritual maksudnya melaksanakan orientasi, membantu pasien beribadah, memperhatikan setiap keluhan pasien 2. Fungsi peran; Contoh : meyakinkan pada pasien bahwa ia adlah tetap sebagai individu yang berguna bagi masyarakat dan keluarga, bersifat terbuka dan komunikatif pada pasien. 3. Interdependen; Contoh : membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum membantu pasien memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Calista Roy berpendapat bahwa ada empat elemen yang sangat penting dalam teori Roy yang dapat diterapkan di rumah sakit yaitu: a.



Eleman Keperawatan, Keperawatan adalah sesuatu ilmu yang disiplin menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan. Roy (dalam Roy dan Andrews, 1991) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam 16



meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif. Melalui elemen keperawatan perawat dapat meningkatkan interaksi individu denagn lingkungan sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat. b.



Elemen Manusia, Manusia adalah suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses control, keluaran dan umpan balik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai penerima asuhan keperawatan.



c.



Elemen Lingkungan, Perawat harus mengatasi lingkungan klien yang meliputi privasi klien, kondisi, keadaan, dan faktor yang lainnya.



d.



Elemen Sehat, Kesehatan adalah hal yang utama diinginkan semua orang begitu pula dengan klien yang ingin sehat seperti semula, perawat dalam elemen ini harus berpikir kedepannya bagaimana cara klien mendapatkan kesehatan tersebut perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan



proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum. a) Pengkajian Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masingmasing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic. Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, 17



fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik. b) Perumusan diagnosa keperawatan Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :  Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode adaptif. Dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.  Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.  Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas” c) Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat. Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual. d) Implementasi Implementasi



keperawatan



direncanakan



dengan



tujuan



merubah



atau



memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas



18



kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat. e) Evaluasi Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan reproduksi perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistim pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Residen keperawatan maternitas dalam melaksanakan perannya dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan, residen mengelola tujuh pasien dengan kista ovarium di dua rumah sakit yang berbeda dengan menggunakan pendekatan teori Adaptasi Roy. Dari ketujuh kasus tersebut, lima kasus jenis kista coklat dengan karakteristik munculnya keluhan dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan dua kasus lain berjenis kista denoma. Dengan adanya berbagai perubahan dalam diri penderita kista ovarium, maka teori keperawatan Adaptasi Roy dianggap tepat diterapkan pada pasien dengan kista ovarium. Laporan akhir residensi juga memaparkan capaian 100% untuk target kompetensi pada tiga lahan praktek dan berusaha memodifikasi setiap hambatan yang ada selama pelaksanaan praktik residensi. 2.6. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy 1.



Kelebihan: Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.



19



Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. 2.



Kelemahan: Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.



20



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual. 3.2 Saran 1.



Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan.



2.



Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.



21



DAFTAR PUSTAKA Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Kozier, B and Erb,G, (1993). Fundamental of nursing: Concepts and procedure, (Thirdedition). California. Addition Wesley Publishing Company. Kozier, B, Erb, G. and Blais, K., (1997). Professional nursing practice; Concepts andperspective. (Third edition). California. Addison Wesley. Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven Publisher Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William Heinemann Medical Books Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.



22