MAKALAH Kelompok 1 - Teori Keperawatan Calista Roy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI KEPERAWATAN ADAPTATION MODEL (Sister Calista Roy)



FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN (Dr Rika Sabri,SKp.,Sp.Kom) KELOMPOK 1 : PUTRI GHINA HANISA



NIM.2011316001



ARSIL RASYID AMANDA



NIM.2011316002



NADYA PUTRI



NIM.2011316003



CHYNTIA FULMI YOLANDA



NIM.2011316004



AULIYA FAIZAH LIHAYATI



NIM.2011316005



PUTERI NABILLA



NIM.2011316006



RADA PUTRI AGUSTI



NIM.2011316049



ANITA RAHAYU



NIM.2011316050



S1 KEPERAWATAN PROGRAM B FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2020



i



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di dalam makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Insya Allah makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Teori Keperawatan Adaptation Model (Sister Calista Roy) Padang, 3 November 2020



Kelompok 1



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



1



B. Tujuan Penulisan Makalah



2



C. Manfaat Penulisan Makalah



2



BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Teori Adaptasi Callista Roy



3



B. Sumber Teori Adaptasi Callista Roy



5



C. Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy



6



D. Model Konsep Keperawatan Callista Roy



7



E. Mekanisme Konsep Keperawatan Callista Roy



8



F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy



11



BAB III APLIKASI DI BERBAGAI TATANAN PELAYANAN A. Pelayanan Klien Anak



12



B. Pelayanan Maternitas (khusus ruang bersalin)



13



C. Pelayanan orang dewasa (penderita DM)



16



D. Pelayanan Lansia (PSTW)



18



BAB IV REKOMENDASI SOAL UJIAN



20



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan



23



B. Saran



23



DAFTAR PUSTAKA



24



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk  sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh faktafakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung. Keperawatan sebagai profesi memenuhi syarat sebagai profesi keilmuan karena mempunyai body of knowledge yang jelas. Paradigma keperawatan dijadikan dasar pembentukkan model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori keperawatan. Teori keperawatan berkembang dan diterapkan dalam praktek klinik keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Salah satu konseptual model keperawatan yang dimaksud adalah konseptual model dari Sister Callista Roy tentang Adaptation model. Teori adaptasi menurut Roy merupakan salah satu teori tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien. Teori ini termasuk salah satu teori yang mudah diaplikasikan sehingga banyak digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan. Teori Roy dalam pelaksanaannya menyentuh hampir semua aspek kehidupan baik secara fisik, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. (Roy, 1991). Roy menganggap klien mempunyai daya adaptasi dalam mengatasi masalahnya. Perawat dalam teori Roy dituntut untuk mengkaji kemampuan adaptasi klien dan perawat membantu klien untuk beradaptasi terhadap perubahan termasuk perubahan yang terjadi dalam tubuh klien. Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy diilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan. 1



A. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui teori keperawatan Adaptation Model (Sister Calista Roy) 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui teori/latar belakang teori Sister Calista Roy b. Untuk mengetahui sumber teori untuk pengembangan teori Sister Calista Roy c. Untuk mengetahui konsep umum dan defenisi teori Sister Calista Roy d. Untuk mengetahui penggunaan temuan empiris teori Sister Calista Roy e. Untuk mengetahui paradigma teori Sister Calista Roy f. Untuk mengetahui aplikasi teori Sister Calista Roy B. Manfaat Bermanfaat untuk lebih memahami Teori Keperawatan Adaptation Model (Sister Calista Roy) serta mampu menerapkan Teori Keperawatan Adaptation Model (Sister Calista Roy) dalam asuhan keperawatan



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Teori Adaptasi Callista Roy Teori keperawatan menurut barnum 1990 merupakan asuhan asuhan untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktifitas lainnya. Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini memgandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya. System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik 1. Input Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi. b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.



3



c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. 2. Kontrol Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem a. Subsistem regulator Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem b. Subsistem kognator Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang. Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme



koping.



Penggunaan 4



mekanisme



koping



yang



maksimal



mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat t erbuka untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy. B. Sumber Teori Adaptasi Callista Roy Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari Harry Helson (1964) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : 1. Focal stimuli                 : Individu segera menghadap 2. Konsektual stimuli   



 :semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek dari focal stimuli.



3. Residual stimuli            : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya    keadaan. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode. Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model. Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan



5



dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya. C. Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity. Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain. Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah : 1. Tujuan eksistensi manusia 2. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia 3. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum. 4. Nilai dan arti kehidupan. Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa  definisi dari konsep mayor Callista Roy. a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik. b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual. c. Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan   kebutuhan. d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif. e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan  kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.



6



f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi. g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin. h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar. i. Model



efektor



adaptif



adalah



kognator



yaitu



fisiological,



fungsi



peran,



interdependensi dan konsep diri. j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam  mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan. k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan   bagaimana proses adaptasi dilakukan. l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan. m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial. n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem. D. Model Konsep Keperawatan Callista Roy Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan. Definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy : 1. Keperawatan : menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan



proses



yang



berpengaruh



terhadap



kesehatan.



Keperawatan



menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan 7



lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan. 2. Manusia : Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan. 3. Kesehatan : Didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif. 4. Lingkungan : Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif. E. Mekanisme Konsep Keperawatan Callista Roy 1. Fisiologi Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk 8



mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 9 bagian yaitu : a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme



9



2. Konsep diri Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya     berhubungan    dengan    sensasi   tubuhnya   dan



gambaran



tubuhnya.



Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini. 3. Fungsi peran Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya. 4. Interpendensi Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian



dan



saling



antaraketergantungan



dan



menghargai



Interdependensi yaitu



keseimbangan



kemandirian



dalam menerima sesuatu untuk dirinya.



Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima. Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Responrespon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses 10



umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem. Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy 1. Kelebihan: Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat. Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. 2. Kelemahan: Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.



11



BAB III APLIKASI DI BERBAGAI TATANAN PELAYANAN A. Pelayanan Klien Anak Contoh: Cedera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas. Manifestasi cidera kepala dapat berupa kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma / kecelakaan yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan. Masalah keperawatan yang khas pada klien dengan cidera kepala dan fraktur femur adalah gangguan perfusi jaringan cerebral dan nyeri, hal ini diakibatkan baik oleh edema cerebri dan fraktur maupun oleh karena prosedur perawatan tindakan. Demikian juga pada klien An A. H. dengan cidera kepala dan fraktur femur. Asuhan keperawatan ditujukan untuk membantu beradaptasi terhadap perubahan fisologisnya yaitu membantu secara keseluruhan (total care) maupun sebagian (partial care) dengan mendorong klien untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan hubungan interpendensi. An. A. H berusia 9 tahun dengan COS, fraktur Femur Sinistra 1/3 proximal dalam masa perawatannya merupakan masa yang cenderung susah beradaptasi terhadap perubahan fisiologisnya, karena pada masa ini selain timbulnya rasa nyeri akibat fraktur dan cidera otak sedang, dari pemeriksaan dan observasi yang dilakukan didapatkan gangguan penglihatan dan kelemahan pada ekstremitas kiri bawah, sehingga klien tidak mampu bergerak sebagaimana selayaknya karena itu mobilisasi klien hanya diatas tempat tidur. Oleh karena itu kondisi ini memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan untuk mengarahkan kedalam proses adaptasi sesuai dengan konsep sehat dan sakit yang dianjurkan. Melalui asuhan keperawatan model keperawatansister calista roy menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mapu merubah perilaku yang mal adaptif. Sister Calista Roy 12



ini mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahun 1964. model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan. Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya : 1. Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yangn utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, dan sosialnya. 2. Setiap orang selalu menggunakan koping,baik yang bersifat positif maupun negatif untuk dapat beradaptasi. 3. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimaluntuk memelihara integritas diri. 4. Individu selalu berada pada rentang sehat-sakit yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi Dari hasil analisa pengkajian pada An A. H didapatkan bahwa klien mempunyai masalah keperawatan yaitu:Gangguan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kerusakan integritas jaringan. Setelah diketahui masalah yang terjadi pada An A. H. maka langkah selanjutnya adalah dengan menetapkan tujuan dan intervensi sesuai dengan kondisi klien. B. Pelayanan Maternitas (khusus ruang bersalin) Contoh: langkah penerapan konsep model adaptasi Roy pada kasus ibu hamil dengan asma bronchiale. 1. Pengkajian a.



Tahap I: Pengkajian Perilaku Tahap pengkajian perilaku bertujuan mengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis.Pengkajian tersebut meliputi: perubahan-perubahan fisiologis seperti terjadi sesak,kesulitan bernapas, batuk, wheezing, tachicardi pada janin, aktivitas terbatas. Adaptasikonsep diri meliputi pandangan klien terhadap kondisinya saat ini, harapan klien terhadap janin dan kehamilan, kecemasan akan keselamatan diri dan janin, perasaantidak berdaya, tidak mampu menjalani proses kehamilan dengan normal, kehilangankemampuan menjadi 13



wanita yang sempurna yang mampu melahirkan bayi dengan selamat.Konsep Model Dan Teori Adaptasi “Roy” 17 Adaptasi fungsi peran berhubungan dengan peran yang terganggu saat ini karenaibu hamil yang menderita asma harus banyak istirahat, perubahan sebagai seorang istri yang harus hamil dan melahirkan anak yang sehat dan selamat, mengurus anakdan melaksanakan kegiatan rumah tangga, dan



kesiapan



menghadapi



peran



baru.Adaptasi



interdependensi



seperti



ketergantungan dan keterkaitan klien dengan orang terdekat seperti suami, keluarga atau lingkungan sosial selama dirawat. b. Tahap II: Pengkajian faktor-faktor yang BerpengaruhPengkajian tahap kedua, merupakan pengkajian yang berusaha mengenali penyebabperilaku dengan mengidentifikasi stimulus yang menyebabkan gangguan adaptasi.Tahap ini sangat penting karena memberi arah pemberian tindakan keperawatanberdasarkan informasi yang dikumpulkan. Stimulus yang mempengaruhi perilakuklien yaitu stimulus fokal, kontekstual, dan residual. 1) Identifikasi Stimulus FokalStimulus fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat dapatmelakukan pengkajian dengan menggunakan keterampilan melakukan observasi,melakukan pengukuran dan wawancara, misalnya stimulus fokal pada ibu hamildengan ketuban pecah dini meliputi keluhan keluarnya air-air dari kemaluan dan tidakdapat dihentikan, perut terasa kencang, kecemasan atau ketakutan yang diungkapkanklien. 2) Identifikasi Stimulus Kontekstual Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui observasi, pengukuran,wawancara dan validasi. Perawat juga perlu memahami faktor kontekstual yangmempengaruhi mode adaptif adalah genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol,tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik. stimulus kontekstual digali penyebab dari keluhan utama sepertiadanya keputihan saat hamil, perasaan sakit yang dirasakan seperti demam, kebiasaanselama hamil seperti kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan, kelelahan yang dialamiselama hamil, dan ekspresi kecemasan atau kegelisahan yang dapat 14



diobservasi.c. Identifikasi Stimulus Residual. Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy(1989) menjelaskan



bahwa



beberapa



faktor



dari



pengalaman



lalu



dapat



mengidentifikasistimuli residual. Tetapi sikap, kepercayaan, karakter adalah faktor residual yang sulitdiukur dan dapat memberikan efek pada situasi sekarang 2. Diagnosa Keperawatan Merupakan proses penyesuaian terhadap masalah yang muncul dengan merujukpada status adaptasi klien. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, Roy (1991) menyampaikan tipologidiagnosa



tiga



alternatif



yang



yang



berhubungan



digunakan, dengan



yaitu



empat



pertama, model



menggunakan



adaptasi;



kedua,



mengobservasitingkah laku yang berhubungan dengan stimuli; dan ketiga, sebagai kesimpulan satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan stimuli. Contoh,diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan asma yaitu: 1)Bersihan jalan napastidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret; 2)Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2, dekstruksialveoli, kompliance paru tidak maksimal; 3)Risiko tinggi kegawatan pada janin seperti tachycardia, kelahiran premature, pertumbuhan janin terhambat berhubungandengan suplai O2 yang tidak maksimal, terjadinya eksaserbasi dan serangan asmayang berulang; 4)Cemas berhubungan dengan perubahan terhadap status kesehatan 5)Antisipasi kehilangan janin, proses berduka berhubungan dengan risiko atauaktual kehilangan janin atau cacat kongenital 6)Potensial peningkatan kemampuanberadaptasi klien, pasangan dan keluarga terhadap kondisi ibu hamil dengan penyakitpernapasan kronis/asma bronchiale 3. Penentuan tujuan Roy (1991) penetapan yang jelas tentang gambaran perilaku klien yang ingin dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan yang menunjukkan solusi dari masalah adaptasi. Tujuan 15



keperawatan pada ibu hamil dengan asma bronchial adalah adaptasi positif terhadap perubahan fisik maupun psikologis dalam menghadapi proses kehamilannya. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah tindakan untuk meningkatkan mekanisme koping dan adaptasiklien terhadap perubahan baik fisik maupun psikologis. 4. Intervensi dilakukan dengan tujuan mengubah atau memanipulasistimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untukberadaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilakuadaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selamapengkajian tahap II. Sebagai contoh intervensi pada ketuban pecah dini antara lain observasi tanda vital ibu dan monitor terhadap nilai leukosit untuk mendeteksi adanya infeksi, mempertahankan tirah baring, atur posisi, observasi terhadap kontraksi uterus,Konsep Model Dan Teori Adaptasi “Roy” 19 tingkatkan kenyamanan dan pengetahuan untuk mengurangi kecemasan.E. EvaluasiTahap akhir dari proses keperawatan menurut Roy adalah penilaian yang efektif terhadappelaksanaan rencana keperawatan berhubungan dengan tujuan yang direncanakandengan mengobservasi tingkah laku klien (Roy, 1991). Evaluasi dilakukandengan melihat pencapaian kriteria hasil. Kriteria hasil secara umum adalah ibu dapat



beradaptasi



secara



adaptif



dengan



mekanisme



koping



yang



positif



terhadapkehamilannya dengan penyakit asma bronchial, mampu memenuhi kebutuhan oksigen pada ibu dan janin, yang ditandai dengan respiratory rate, irama napas dalambatas normal, pergerakan sputum maksimal dan keluar dari jalan napas, bebas darisuara wheezing. Tidak ada tanda dan gejala atau komplikasi yang mengarah kepadakegawatan ibu dan janin, seperti gagal napas, tachicardia, hipoksia, pre eklampsia,perdarahan, pertumbuhan janin terhambat. Hasil observasi janin, irama dan pergerakandalam batas normal C. Pelayanan orang dewasa (penderita DM) Contoh : Kasus pada pasien dewasa yang menderita DM A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas klien 16



Klien berinisial Ny.S, jenis kelamin perempuan, usia 37 tahun, status pernikahan menikah, beragama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir SMP, bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan saat ini ibu rumah tangga, alamat jalan Rusun Damkar Blok F Lt1/8 kelurahan cengkareng barat, sumber biaya jaminan perusahaan, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, tim perawat ruangan dan status klien. 2. Resume Pada tanggal 20 mei 2017 jam 21:55 wib, Ny.S klien datang ke UGD dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu, mata berkunang kunang, mual, muntah 3kali. Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat Diabetes Melitus sudah 3 tahun dan saat di rumah jam 16:00 klien menyuntikan insulin 8 unit dan meminum obat metformin 500mg. Klien datang dengan kesadaran composmentis, GCS E:4 M:6 V:5, dan hasil 52 TTV TD: 160/80mmHg, Nadi: 128x/menit, Pernafasan: 24x/menit, Suhu: 37,4°C. Saat diugd klien dilakukan tindakan pemeriksaan hematologi rutin, aseton dan gula darah sewaktu. Dan diberikan tindakan pemasangan infus dengan cairan Asering 500cc (loading250cc) dan exstra captropil 12,5mg pada jam 22:15. 3. 21 mei 2017 : SC/ 6 jam dan terapi insulin sesuai hasil Hasil SC 1 : Glukosa jam 06:00 = 274 mg/dL Glukosa jam 11:00 = 175 mg/dL Glukosa jam 17:00 = 190 mg/dL Glukosa jam 23:00 = 199 mg/dL B. Diagnosa Keperawatan



a. Kekurangan volume cairan b/d Diuresis osmotic b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolic C. Perencanaan Keperawatan Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan masalah pada pasien berdasarkan kasus diatas. Namun jika berdasarkan analisis teori Callista Roy, maka pasien diberikan intervensi berdasarkan kemampuannya dalam beradaptasi menghadapi 17



masalah. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan. Ketika pasien mampu beradaptasi, didukung juga dengan lingkungan yang berespon, dan pasien mampu memahami tentang penyakitnya serta dapat menerima secara holistik atau keseluruhan maka diharapkan terjadinya peningkatan dalam penyembuhan kondisi pasien. D. Pelayanan Lansia (PSTW) Contoh : Kasus pada pasien lansia A.Pengkajian Klien mengatakan datang ke panti di antar oleh anaknya sekitar ± 5 bulan yang lalu namun klien tidak dapat mengingat pada tanggal dan bulan apa diantar kepanti dan sampai saat ini klien tidak pernah menjenguk oleh dikunjungi oleh anaknya atau yang lainnya. Klien mengatakan ingin diantarkan kepanti karena dia sudah tidak kuat dengan suaminya yang menikah lagi dan mengambil semua hartanya dan kalien merasa sudah tua. Klien tidak merasakan sakit atau tidak punya keluhan apapun. Dilakukan pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmHg , Nadi : 80x/menit , RR : 20x/menit Suhu : 36ºC. B. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori/ingatan b. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat c. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan perubahan kognitif C.Perencanaan Keperawatan Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan masalah pada pasien berdasarkan kasus diatas. Namun jika berdasarkan analisis teori Callista Roy, maka pasien diberikan intervensi berdasarkan kemampuannya dalam beradaptasi menghadapi masalah. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan. Ketika pasien mampu beradaptasi, didukung juga dengan lingkungan yang berespon, dan pasien mampu memahami tentang penyakitnya serta dapat menerima



18



secara holistik atau keseluruhan maka diharapkan terjadinya peningkatan dalam penyembuhan kondisi pasien. Namun hal ini menjadi terhambat pada pasien dengan usia lanjut, karena terjadinya penurunan fungsi pada pasien. Pasien akan sulit beradaptasi sehingga dibutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama atau bahkan bisa saja pasien mengalami ketergantungan pada penyakitnya. Pada pasien lanjut usia, juga diharapkan pendekatan yang lebih efekif dari ligkungan dan juga perawat untuk mendukung pasien dalam meningkatkan kesehatannya.



19



BAB IV REKOMENDASI SOAL UJIAN 1.



Apa tujuan keperawatan menurut Callista Roy ? a.



Meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi



b.



Melakukan



intervensi



keperawatan



serta



membina



hubungan



terapetik,



intervensikeperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan dan mencegah penyakit serta memperbaiki status kesehatan c.



Membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain bertujuan menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan dan pelayanan keperawatan yang dilakukan



d.



Membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalahyang dilakukan ketika sakit



e.



Mengidentifikasi adanya stresor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanyastresor serta mendukung koping pasien yang konstruktif



2.



Pengertian manusia menurut teori Callista Roy, kecuali… a.



Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus menerus berinteraksi dengan lingkungan



b. Manusia adalah keseluruhan dari sosiologi yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan c.



Manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, output dan proses umpan balik



d.



Didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi



e.



Dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi



20



3.



Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan Callista Roy adalah kecuali



4.



a.



Manusia



b.



Lingkungan



c.



Kebutuhan Dasar



d.



Kesehatan



e.



Keperawatan



Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang mau mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar kamar dan merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Keputusan membawa tuan B ke RSJ karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan B yang sering berbicara sendiri jika sudah malam hari. Tuan B mengatakan bahwa yang sering datang pada malam hari tersebut adalah pamannya, dan hanya pamannya yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B pendidikannya tamat SMA, pernah bekerja di perusahaan tetapikeluar karena tidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang tidak menghargai dirinya, merasa tidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-mana dan tidak akan bertemu dengan orang. Menurut Teori Callista Roy, hal apa yang harus ditingkatkan oleh Tuan B?



5.



a.



Aktivitas, Konsep diri dan Fungsi Peran



b.



Kebutuhan istirahat dan tidur



c.



Meningkatkan sosialisasi diri



d.



Isolasi sosial



e.



Koping diri



Apa yang dimaksud dengan focal stimuli menurut Callista Roy? a.



Semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal, yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur secara objektif dilaporkan



b. Stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptiff



21



c.



Stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasidalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi



d. Bentuk mekanisme koping yang di gunakan untuk observasi e.



Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal



22



BAB V PENUTUP



A.



Kesimpulan Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.



B.



Saran Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan.



23



DAFTAR PUSTAKA Kozier, B. Et al. (1995). Fundamentals of nursing; concepts, process, and practice. Fifth Edition, California; Addison Wesley. Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large. 1991. Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptualKeperawatan, Semarang: AkperDep.Kes. 1987. A.    Aziz Alimul Hidayat (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,Selemba Medika,Jakarta Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta



xxiv