Makalah Apresiasi Drama Kel. 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH DRAMA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Drama Dosen Pengampu: Dian Risdiawati, M.Pd.



Disusun Oleh: Kelompok 1 TBIN 5-A 1.



Alfi Lailatur Rizki



(12210183011)



2.



Nur Aidha Rochmah S. (12210183021)



3.



Fitriana Muniswatin



(12210183032)



4.



Fi’liyatul Husna



(12210183046)



JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG September 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., teladan bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Dengan segenap usaha, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Drama”. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Drama dan meningkatkan kemantapan literasi ilmiah bagi para pembaca. Doa dan dorongan dari berbagai pihak telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Hj. Binti Maunah, sebagai dekan FTIK IAIN Tulungagung. 2. Dr. Erna Iftanti, S.S., M.Pd., sebagai kajur Tadris Bahasa Indonesia. 3. Dian Risdiawati, M.Pd., sebagai dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Drama. 4. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah Swt. Selain itu, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.



Tulungagung, 21 September 2020 Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................2 C. Tujuan Pembahasan.......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Drama di Dunia....................................................................3 B. Sejarah Drama di Indonesia...............................................................9 BAB III PENUTUP A. Simpulan...........................................................................................14 B. Saran.................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16



ii



BAB I PENDAHULUAN



Pada bab 1 ini akan diuraikan mengenai: a. latar belakang masalah, b. rumusan masalah, dan c. tujuan pembahasan. A. Latar Belakang Masalah Karya sastra pada hakikatnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi dan bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai suatu bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, yang merupakan suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi atas dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensinya. Salah satu karya sastra hasil ciptaan kreasi manusia yaitu drama. Ketika membicarakan drama, alangkah baiknya mengenal dan mempelajari sejarah drama terlebih dahulu. Sebagaimana bentuk karya lainnya, drama lahir melalui proses kreativitas yang cukup panjang. Sejak berabad-abad, para penggiat drama terus melakukan eksplorasi hingga melahirkan berbagai jenis dan bentuk pementasan drama. Drama adalah karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan. Drama sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, drama telah ada di seluruh dunia. Pertunjukan drama pertama kali digelar di Kota Roma pada tahun 240 SM dikenalkan oleh seniman Yunani Livius Andronicus. Kemudian drama berkembang pada abad pertengahan, terjadi pada tahun antara tahun 1.4001.500 M, pada zaman ini, pengaruh Gereja Katolik terhadap drama sangat besar. Perkembangan karya sastra drama terus terjadi di dunia, setelah perkembangan abad pertengahan yaitu zaman italia, spanyol, dan prancis pada abad ke-17, zaman Elizabeth pada tahun 1576, zaman jerman awal abad ke-19, sampai perkembangan pada drama modern abad ke-20. Sejarah Drama di Indonesia dimulai pada tahun 1891, dengan hadirnya Komedie Stamboel yaitu pada masa sastra drama melayu rendah. Kemudian



1



berkembang pada sastra drama poejangga baroe pada tahun 1926-1939. Perkembangan drama juga berlanjut pada tahun 1941-1945 pada sastra drama zaman Jepang. Sesudah kemerdekaan pada dasawarsa 1950-an dan dasawarsa 1960-an sastra drama terus berkembang sangat baik sampai pada sastra drama mutakhir. Pada zaman sastra drama mutakhir penggiat drama sudah mulai menulis naskah yang konvensional, seperti yang bisa kita nikmati sekarang. Pada makalah ini penulis mengulas secara jelas sejarah drama dari pertama kali muncul dan dipertunjukkan di dunia serta kemunculannya di Indonesia. Hal ini bertujuan menambah wawasan pembaca tentang sejarah drama tersebut. Tidak hanya bisa dalam membuat naskah drama serta memperagakannya saja. Akan tetapi, pengetahuan tentang asal mula drama juga dapat diketahui dengan baik. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah drama di dunia? 2. Bagaimana sejarah drama di Indonesia? C. Tujuan Pembahasan 1. Mendeskripsikan sejarah drama di dunia 2. Mendeskripsikan sejarah drama di Indonesia



2



BAB II PEMBAHASAN



Pada bab 2 ini, akan diuraikan mengenai: a. Sejarah drama di dunia, b. Sejarah drama di Indonesia A. Sejarah Drama di Dunia 1. Drama Klasik Drama klasik adalah drama yang berlangsung pada zaman Yunani dan Romawi, pada masa ini banyak sekali karya yang bersifat abadi terkenal hingga saat ini.Awal mula drama yaitu Kultus Dyonisius yang pada saat itu drama dikaitkan dengan ritual penyembahan kepada dewa domba atau lembu.1Lakon drama yang terkenal pada masa Yunani umumnya seputar kisah tragedi dan komedi. Drama tragedi cenderung menyajikan kisah yang membuat penonton takut, tegang, dan sedih. Sementara itu drama komedi sering menyajikan kisah lucu, kasar, dan sering mengeritik tokoh terkenal pada masa itu. Drama pertama kali dipertunjukkan di Kota Roma pada tahun 240 SM dikenalkan oleh seniman Yunani Livius Andronicus. Menurut Jakob Soemardjo. Panggung drama di bangun berbentuk setengah lingkaran tanpa atap dengan tempat duduk penonton yang melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater. Naskah lakon drama zaman Yunani merupakan naskah lakon pertama yang menciptakan dialog antara para karakternya. Adapun tokoh paling terkenal pada zaman Yunani antara lain Plato, menurutnya keindahan bersifat relatif, karya seni merupakan imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Aristoteles mengemukakan bahwa karya seni bukanlah imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebijakan dalam dirinya. Selain Plato dan Aristoteles masih ada lagi yaitu Sopholches merupakan tokoh drama terbesar pada zaman Yunani dengan karyanya “Oedipus di Kolonus” dan “Atigone”. Ika Setyaningsih, Ensiklopedia Bahasa dan Sastra Indonesia, (Klaten: Intan Pariwara, 2014), hlm. 02. 1



3



Drama Romawi merupakan hasil adaptasi bentuk drama Yunani. Hampir di setiap unsur panggungnya terdapat unsur pemanggungan drama Yunani, namun drama Romawi memiliki pembaruan penggarapan dan penikmatan yang asli yang dimiliki oleh masyarakat Romawi. Tokoh yang terkenal pada zaman romawi antara lain Plutus, Terence atau Publius Afer, dan Lucius Saneca. Ciri-ciri drama Yunani sebagai berikut.2 



Ciri-ciri drama tragedi a.



Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau protagonis.



b.



Lamanya lakon sekira satu jam.



c.



Kor sebagai selingan dan pengiring sangat berperanan.



d.



Tujuan pementasan sebagai penyuci jiwa melalui kasih dan rasa takut.



e.



Lakon terdiri atas 3-5 bagian, diselingi kor. Kelompok kor biasanya keluar paling akhir.



f. 



Menggunakan prolog cukup panjang.



Ciri-ciri bentuk komedi sebagai berikut. a.



Komedi tidak mengikuti satire individual dan satire politis.



b.



Peran aktor dalam komedi tidak begitu menonjol.



c.



Kisah lakon dititikberatkan pada kisah cinta, yaitu pengejaran gadis oleh pria yang cintanya ditolak orang tua.



d.



Tidak menggunakan stock karakter yang memberikan kejutan.



e.



Lakon menunjukkan ciri kebijaksanaan, tetapi kadang-kadang berisi sindiran atau sikap pasrah.







Ciri-ciri drama Romawi sebagai berikut:3 a.



Kor tidak lagi berfungsi mengisi setiap adegan.



b.



Musik menjadi pelengkap seluruh adegan.



c.



Tema berkisar pada masalah kesenjangan hidup golongan menengah



2 3



Ika Setyaningsih, Drama Pengetahuan dan Apresiasi, (Klaten: Intan Pariwara, 2015), hlm. 04. Ibid. hlm. 05



4



d.



Karakteristik tokoh tergantung kelas, yaitu orang tua bermasalah dengan anak-anaknya atau kekayaan dan anak muda melawan kekuasaan orang tua.



e.



Seluruh adegan terjadi di rumah, di jalan, dan di halaman.



2. Drama Abad Pertengahan Drama abad pertengahan, terjadi pada tahun antara tahun 1.4001.500 M, pada zaman ini, pengaruh Gereja Katolik terhadap drama sangat besar.4Pementasan



ini



banyak



ditampilkan



dengan



tujuan



untuk



memperingati hari besar umat. Drama yang dibawakan bertema dengan salah satu kisah yang terdapat di dalam Alkitab dan dipertunjukkan di atas kereta, yang disebut pageant, dan ditarik keliling kota. Drama yang dimainkan diambil dari salah satu kisah di Alkitab bahasa yang digunakan juga bahasa yang bersifat sehari-hari. Sekitar tahun 1.600 M muncul reformasi yang menyebabkan kemunduran drama ini hingga lenyap. Ciri-ciri drama pada zaman ini sebagai berikut. a.



Pentas kereta



b.



Dekor bersifat sederhana dan simbolis,



c.



Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama modern.



3. Zaman Italia Drama zaman Italia terjadi antara abad ke-17, drama ini memiliki struktur-struktur



bangunan



dan



panggung-panggung



arsitektural.Panggung-panggung itu dihiasi setting-setting perspektif yang dilukis. Letak panggung dipisahkan dengan auditorium oleh lengkung proscenium. Hingga tahun 1587 M terdapat sebuah tradisi di Inggris dan Spanyol yaitu tidak terdapat pemain wanita dalam pementasan drama mereka. Ada tiga jenis drama yang dikembangkan, yaitu tragedi, komedi, dan pastoral atau drama yang membawakan kisah-kisah percintaan antara dewa-dewa dengan para gembala di daerah pedesaan. Namun nilai seni ketiganya masih rendah.



4



Toto Nuryanto, Apresiasi Drama, (Depok: Rajawali Pers, 2017) hlm. 16.



5



Drama dilangsungkan dengan mengikuti struktur yang ada. Meskipun demikian gerakan mereka memiliki arti penting karena Eropa menjadi mengenal drama yang jelas struktur dan bentuknya. Tokoh yang terkenal pada pada zaman Italia ini adalah Dante, Torquato Tasso, dan Niccolo Machiavelli. Ciri-ciri drama pada zaman ini sebagai berikut:5 a.



Improvisatoris alau tanpa naskah.



b.



Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dahulu, setelah itu pemain berimprovisasi



c.



Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi serta tidak berusaha mendekati kenyataan.



d.



Gejala akting: pantomime, gila-gilaan, adegan, dan urutan tidak diperhatikan.



4. Zaman Elizabeth Pada tahun 1576, selama pemerintahan Ratu Elizabeth I drama berkembang sangat pesat. Ratu Elizabet memprakarsai langsung drama pada masa itu. William Shakespeare, penulis drama terkenal dari Inggris yang hidup dari tahun 1564 sampai tahun 1616. Ia adalah seorang aktor dan penyair, selain penulis drama. la biasanya menulis dalam bentuk puisi atau sajak. Beberapa ceritanya berisi monolog panjang.vang disebut solilokui, dan menceritakan gagasan-gagasan mereka kepada penonton. Ia menulis 37 (tiga puluh tujuh) drama dengan berbagai tema, mulai dari pembunuhan dan perang sampai cinta dan kecemburuan. Tokoh yang paling terkenal pada zaman ini adalah Shakespeare.6 ciri-ciri naskah Zaman Elizabeth: a.



Naskah puitis.



b.



Dialognya panjang-panjang.



c.



Penyusunan naskah lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada



d. 5 6



Laku bersifat simultan, berganda, dan rangkap serta campuran.



Ibid. hlm. 17 Ibid. hlm. 18



6



5. Drama abad ke-17 Spanyol dan Prancis, drama-drama agama hanya berkembang di Spanyol Utara dan Barat karena sebagian besar Spanyol dikuasai Islam. Ketika kekuasaan Arab dapat diusir dari Spanyol kira-kira tahun 1400, maka drama dijadikan salah satu media untuk "menghistorikan" kembali bekas jajahan Arab. Drama berkembang sebagai media dakwah agama. Inilah sebabnya drama agama berkembang di Spanyol. Gereja sangat berperan dalam pengembangan drama. Drama di luar gereja yaitu drama sekuler juga berkembang pesat Pada tahun 1579 telah berdiri gedung permanen di Madrid. Bentuk gedung drama ini mirip dengan Elizabethan di Inggris. Pelopor drama sekuler đi Spanyol ialah Lope de Rueda (15101565). Ia dramawan, actor dan produsen yang mendirikan gedung teater permanen di Spanyol. Tetapi profesionalisme dalam drama baru berkembang setelah kematiannya tahun 1580-an. Apresiasi Drama pada abad ke-17, drama di Prancis menjadi penerus drama abad pertengahan, yaitu teater yang mementingkan pertunjukan dramatik, bersifat seremonial dan ritual kemasyarakatan. Terdapat kecenderungan menulis naskah yang menggabungkan dramadrama klasik dengan tema-tema sosial yang dikaitkan dengan budaya piker kaum terpelajar. Dramawan Prancis bergerak lebih ekstrim dalam mengembangkan bentuk baru tragedy klasik yang melampaui tragedi Yunani yang padat. cermat, dan santun. Di abad ke-17. Perusahaanperusahaan seni peran Prancis dan Inggris mulai menambahkan wanita ke dalam rombongan-rombongan pertunjukan mereka. Di Amerika, drama colonial baru mulai muncul. Mereka menggunakan sandiwara-sandiwara dan aktor-aktor Inggris. Abad ke-18 adalah masa agung pertama drama untuk kaum bangsawan. Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Pierre Corneille (1606-1684). Jean Racine (1639-1699), Moliere, Jean Babtista



7



Poquelin (1622-1673), Voltaire (1694-1778). Denis Diderot (1713-1784). Beaumarchais.7 6. Zaman Jerman Drama awal abad ke-19, drama romantik berkembang antara tahun 1800-1850 karena memudarnya gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa revolusi Prancis. Revolusi Prancis yang berhasil mengubah struktur dan pola kehidupan rakyat Prancis menghadirkan gerakan baru di dunia drama yang mendorong terciptanya formula penulisan tema dan penokohan dalam naskah lakon. Pada awal abad ke-19, sebuah pergerakan drama besar dengan romantic mulai berlangsung di Jerman. August Wilhelm Schlegel adalah seorang penulis Roman Jerman yang menganggap Shakespeare adalah salah satu dari pengarang naskah lakonter besar dan menerjemahkan



dari naskah lakonnya. Penggemar



besar Shakespeare lain adalah Ludwig Tiecky yang sangat berperan dalam memperkenalkan karya-karya Shakespeare kepada orang-orang Jerman. Tokoh yang terkenal pad a zaman ini adalah Gotthold Ephraim Lessing (1729-1781), Wolfgang Von Goethe (1749-1832), Christhop Friedrich Von Schiller (1759-1805).8 7. Drama Modern Pada abad ke-18, drama di Prancis di monopoli oleh pemerintah dengan comediefrancaise-nya. Secara tetap mereka mementaskan komedi dan tragedi, sedangkan bentuk opera, drama pendek dan burlesque dipentaskan oleh rombongan drama Italia Comedie Italienne yang biasanya pentas di pasar- pasar malam. Sampai akhir abad ke-17 Prancis menjadi pusat kebudayaan Eropa. Drama Prancis yang neoklasik menjadi model di seluruh Eropa. Kecenderungan neoklasik menjalar keseluruh Eropa. Drama abad ke-19 dan realisme banyak perubahan terjadi di Eropa pada abad ke-19 karena revolusi industri. Orang-orang berkelas pindah ke kota dan drama pun mulai berubah.



7 8



Toto Nuryanto, Apresiasi Drama, (Depok: Rajawali Pers, 2017) hal 18-19 Ibid hal 19



8



Bentuk-bentuk baru drama diciptakan untuk pekerja industri seperti Vaudeville (aksi-aksi seperti rutinitas lagu dan tari), Berlesque (karya-karya drama yang membuat subjek tampak menggelikan), dan melodrama (melebih-lebihkan karakter dalam konflik pahlawan versus penjahat).



Sandiwara-sandiwara



romantik



dan



kebangkitan



klasik



dimainkan di gedung teater yang megah pada masa itu. Amerika Serikat masih mengandalkan gaya teater dan lakon Eropa. Pada tahun 1820, lilinlilin dan lampu-lampu minyak digantikan oleh lampu-lampu gas di gedung-gedung teater abad ke-19. Gedung Teater Savoy di London (1881) yang mementaskan drama-drama Shakespeare adalah gedung teater pertama yang panggungnya diterangi lampu listrik. Drama pada abad ke20, memang telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung pertunjukan modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. Orang datang ke gedung pertunjukan tidak hanya untuk menyaksikan drama melainkan juga untuk menikmati musik, hiburan. pendidikan, dan mempelajari hal-hal baru. Rancangan-rancangan panggung termasuk pengaturan panggung arena, atau yang disebut saat ini, Teater di Tengahtengah Gedung. Dewasa ini, beberapa cara untuk mengekspresikan karakter-karakter berbeda dalam pertunjukan-pertunjukan (di samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek elektronik. Gaya-gaya pertunjukan realistis dan eksperimental ditemukan dalam drama Amerika saat ini. Tokoh yang terkenal dalam drama ini adalah Ibsen (Norwegia). Strindberg (Swedia), Bernard Shaw (Inggris), dan tokoh-tokoh dari Irlandia, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan perkermbangan pesat.9 B. Sejarah Drama di Indonesia 1. Sastra Drama Melayu Rendah (1891-1940) Drama di Indonesia dimulai pada tahun 1891, dengan hadirnya Komedie Stamboel. Rombongan drama modern pertama tersebut dibentuk oleh August Mahieu dan Yap Goan Tay. Keduanya merupakan orang9



Ibid hal 20



9



orang Cina peranakan Tionghoa yang telah terputus kulturnya dengan Cina, namun belum berakar betul dengan budaya pribumi. Mereka mencari budaya baru dalam hiburan hingga hadirnya Komedie Stamboel tersebut. Sampai tahun 1901, Komedie Stamboel belum juga melahirkan sastra drama, dalam arti belum memiliki cerita yang diungkapkan secara tertulis lewat dialog. Setiap pementasan, cerita masih dituturkan oleh progammameester (semacam sutradara) dan setiap pemain harus menciptakan dialognya sendiri. Baru pada tahun 1901, seorang pengarang bernama F. Wiggers menulis sebuah naskah drama yang berjudul Lelakon Beij Soerio Retna dalam bentuk satu babak. Sastra drama asli yang benar-benar modern dalam bentuknya adalah karya pengarang roman Melayu Rendah yang terkenal bernama Kwee Tek Hoay berjudul Allah jang Palsoe terbit 1919. Buku drama tersebut dicetak 2.000 eksemplar, dan sejak saat itu berkembang sastra drama Melayu Rendang golongan Tionghoa ini. 2. Sastra Drama Poejangga Baroe (1926-1939) Bebasari merupakan karya sastra drama pertama yang ditulis dengan bahasa Indonesia standar dan ditulis oleh orang Indonesia, yaitu pengarang Roestam Effendi pada tahun 1926. Berbeda dengan sastra drama orang-orang Tionghoa yang kebanyakan dialognya ditulis dalam bentuk prosa, maka Bebasari ditulis dalam bentuk sajak. Selain naskah drama tersebut, terdapat pula beberapa naskah drama yang hadir pada angkatan ini. Mulai dari naskah drama berjudul Ken Arok dan Ken Dedes (1934) yang ditulis oleh Mohamad Yamin, Kalau Dewi Tara Sudah Berkata. Selain itu, Sanusi Pane juga menulis beberapa judul naskah, yaitu Airlangga (1928), Enzame Garudaflucht (Garuda Tervang Sendirian, 1932), keduanya ditulis dengan bahasa Belanda, Kertajaya (1932). Arminj Pane menulis Lukisan Masa (1937). Setahun di Bedahulu (1938), dan Nyai Lenggang Kencana (1939). Pengarang Ajirabas juga menulis Bangsacara dan Ragapadmi. 3. Sastra Drama Zaman Jepang (1941-1945)



10



Mula-mula



berkembang



rombongan



sandiwara



profesional.



Namun, karena Jepang sangat anti terhadap budaya Barat sehingga melenyapkan semua bentuk hiburan yang berbau Belanda. Tetapi menjelang penduduk Jepang muncullah rombongan sandiwara amatir (sandiwara penggemar) Maya dibawa Usmar Ismail dan D. Djajakusuma. Beberapa penulis drama yang penting pada masa ini yakni El Hakim atau Dr. Abu Hanifah yang telah menulis drama sejak tahun 1943 yang berjudul Taufan di atas Asia, Intelek Istimewa, Dewi Reni, Insan Kamil, Rogaya dan Bambang Laut. Usmar Ismail menulis Citra (1943), Liburan Seniman (1944). Api (1945), Mutiara dari Nusa Laut (1943), Mekar Melati (1945) Tempat yang Kosong dan Pamanku. Sedangkan Armijn Pane menulis Kami Perempuan (1943), Antara Bumi dan Langit (1944), Hantu Perempuan (Jinak-jinak merpati, 1945), Barang Tiada Berharga (1945), Idrus menulis Kejahatan Membalas Dendam, Jibaku Aceh (1945), dan Dokter Bisma (1945). Amal Hamzah menulis komedi berjudul Tuan Amin (1945). 4. Sastra Drama Sesudah Kemerdekaan (1945-1970) a.



Dasawarsa 1950-an Pada tahun 1950-an penulis drama yang muncul antara lain novelis ternama Achdiat Kartamihardja menulis Bentrokan dalam Asmara (1952), Keluarga Raden Sastro (1954), Pakaian dan Kepalsuan (1954), Pak Dullah in Extremis (1959), dan Puncak Kesepian. Aoh K. Hadimadja menulis Lakbok dan Kapten Sjap. Sri Martono menulis Genderang Bratayudha (1953), Tjendera Kirana (1953). Rustandi Kartakusumah menulis Prabu dan Puteri (1951), Heddie dan Tuti (1951), dan Bunga Merah, Merah Semwa, Bunga Putih yang Putih Semwa (1958). Sitor Situmorang menulis Jalan Mutiara (1954), Pertahanan Terakhir (1954), dan Pulo Batu (1954). Slamet Muljana menulis dalam tradisi Pujangga Baru (seperti halnya Sri Murtono) yakni drama-drama Tunjung Sari, Chang Fu Tang, Kusuma Negara, Wonobojo, Ken Dedes, Sri Tanjung yang semuanya ditulis pada tahun 50-an.



11



Tokoh penulis drama paling produktif pada masa ini ialah Utuy Tatang Sontany yang telah menulis sejak masa revolusi. Dramadramanya sangat banyak, antara lain Awal Mira (1951), Di Langit Ada Bintang (1955), Sangkuriang Dayang Sumbi (1953), Sayang Ada Orang Lain (1954), Sangkuriang (1955), Si Kabayan (1959), Segumpal Daging Bernyawa (1961), Tak Pernah Menjadi Tua (1963). b. Dasarwarsa 1960-an Kecuali Utuy Tatang Sontany, penulis drama pada tahun 1950an mulai banyak yang mengundurkan diri, atau tidak menulis lagi. Sedangkan banyak juga penulis baru yang hadir yaitu Motinggo Busje yang menulis Sejuta Matahari (1960), Barabah (1961), Langit Kedelapan (1962), Malam Pengantin di Bukit Kera (1963), Nyonya dan Nyonya (1963). Pada tahun ini ada tiga kota yang terkenal dengan perkembangan dramanya, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Di Jakarta terdapat penulis drama Asrul Sani dan Steve Liem, di Bandung terdapat penulis Jim Lim dan Suyatna Anirun, sedangkan di Yogyakarta terdapat banyak teater, mulai Teater Muslim, Teater Kristen, dengan para penulis naskah Arifin C. Noer, Harymawan, Moh, Dipenegoro, dan Ws Rendra. 5. Sastra Drama Mutakhir Berdirinya Dewan Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki sangat berpengaruh dengan perkembangan drama mutakhir. Dewan ini diawali dengan pembentukan akademi Jakarta tahun 1968.  Tokoh yang sangat menonjol dan memperlihatkan sastra drama mutakhir adalah Putu Wijaya. Jauh sebelum tahun 1970-an, Putu Wijaya sudah mulai menulis naskah yang konvensional. Beliau pernah bergabung dengan Bengkel Teater Rendra tahun 1967, juga Teater Kecil-nya Arifin C Noer, dan Teater Populer-nya Teguh Karya. Namun akhirnya, Putu Wijaya mendirikan Teater Mandiri. Drama-drama yang dikenal konvesional karya Putu Wijaya antara lain Dalam Cahaya Bulan (1964), Bila Malam Bertambah  Malam (1965), Burung Gagak (1966), Almarhumah (1969).



12



Adapun naskah-naskahnya yang termasuk mutakhir dan banyak diikuti penulis-penulis lain adalah: Aduh (1973), Dag Dig Dug (1974), Edan, Anu, Awas, Blong, Dor, Dapdap, dan Sandiwara.10



10



Toto Nuryanto, Apresiasi Drama, (Depok: Rajawali Pers, 2017). Hal 21-23



13



BAB III PENUTUP



Pada bab 3 ini, akan diuraikan mengenai: a. simpulan, dan b. saran. A. Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Sejarah drama di dunia antara lain: a. Drama klasik adalah drama yang berlangsung pada zaman Yunani dan Romawi, Drama pertama kali dipertunjukkan di Kota Roma pada tahun 240 SM dikenalkan oleh seniman Yunani Livius Andronicus. b. Drama abad pertengahan, terjadi pada tahun antara tahun 1.400-1.500 M. Pada zaman ini, pengaruh Gereja Katolik terhadap drama sangat besar. Sehigga drama yang dimainkan diambil dari alkitab dan menggunakan bahasa yang bersifat sehari-hari, pementasan ini banyak ditampilkan dengan tujuan untuk memperingati hari besar umat. c. Drama zaman Italia terjadi antara abad ke-17, drama ini memiliki struktur-struktur bangunan dan panggung-panggung arsitektural. d. Zaman Elizabeth, Pada tahun 1576, selama pemerintahan Ratu Elizabeth



I



drama



berkembang



sangat



pesat.Ratu



Elizabet



memprakarsai langsung drama pada masa itu e. Drama abad ke-17, apresiasi drama pada abad ke-17, drama di Prancis menjadi penerus drama abad pertengahan, yaitu teater yang mementingkan pertunjukan dramatik, bersifat seremonial dan ritual kemasyarakatan. f. Zaman Jerman, drama awal abad ke-19, drama romantic berkembang antara tahun 1800-1850 karena memudarnya gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa revolusi Prancis. g. Drama modern, drama pada abad ke-20, memang telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung pertunjukan modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. 2. Sejarah drama di Indonesia antara lain:



14



a. Sastra drama melayu rendah (1891-1940), drama di Indonesia dimulai pada tahun 1891, dengan hadirnya Komedie Stamboel. b. Sastra drama poejangga baroe (1926-1939), Bebasari merupakan karya sastra drama pertama yang ditulis dengan bahasa Indonesia standar dan ditulis oleh orang Indonesia, yaitu pengarang Roestam Effendi pada tahun 1926 c. Sastra drama zaman jepang (1941-1945), sastra drama ini berkembang di Indonesia mulai tahun 1941 M. d. Sastra drama sesudah kemerdekaan (1945-1970), 



Dasawarsa 1950-an, pada tahun 1950-an penulis drama yang muncul antara lain novelis ternama Achdiat Kartamihardja menulis Bentrokan dalam Asmara (1952).







Dasawarsa 1960-an, pada tahun ini ada tiga kota yang terkenal dengan perkembangan dramanya, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.



e. Sastra drama mutakhir, berdirinya Dewan Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki sangat berpengaruh dengan perkembangan drama mutakhir. Dewan ini diawali dengan pembentukan akademi Jakarta tahun 1968.  Tokoh yang menonjol adalah Putu Wijaya. B. Saran Sebagai mahasiswa dan calon pendidik hendaknya mampu memahami sejarah karya sastra terutama sejarah karya sastra drama sesuai yang dibahas pada makalah ini. Selain mahir dalam membuat naskah drama serta memperagakannya, pemahaman terhadap sejarah juga sangat penting sebagai pengetahuan bagi pendidik dan anak didiknya kelak. Dengan adanya makalah ini, pembaca, mahasiswa dan calon pendidik diharapkan dapat menularkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan sejarah drama ini kepada calon anak didiknya.



15



DAFTAR PUSTAKA Setyaningsih, Ika. 2014. Ensiklopedia Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. Setyaningsih, Ika. 2015. Drama Pengetahuan dan Apresiasi. Klaten: Intan Pariwara. Nuryanto, Toto. 2017. Apresiasi Drama. Depok: Rajawali Pers.



16