Makalah Kel. 1-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH EVALUASI BELAJAR RANAH TAKSONOMI HASIL BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR EVALUASI (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Belajar) Dosen Pengampu : Deny Andriani, S.Pd.. M.Pd



Oleh: Kelompok 1 Priadi Simanjuntak



(7183341008)



Sabra Sadriya



(7183141037)



Vini Alvionita Br Sitepu



(7182141011)



Zephirkia Cicilia Sinaga



(7183141048)



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FEBRUARI 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga Makalah yang berisikan tentang “Ranah Taksonomi Hasil Belajar dan Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi” ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Belajar. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih. Medan, 24 Februari 2021  



Kelompok 1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….......1 1.1.Latar Belakang ……………………………………………………………..…………………1 1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………….……………….1 1.3. Tujuan ……………………………………………………………………….……………….2 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3 2.1 Pronsip Evaluasi......................................….......…......…………………………………..……3 2.2 Taksonomi.................………….................................................……….............………......….4



BAB III PENUTUP......................................................................................................................12 3.1.Kesimpulan……………………………………………………………………………......…12 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat setrategis dalam meningkatkan sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Usaha untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan perlu mendapat perhatian khusus. Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan peka terhadap tantangan zaman. Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20/ 2003. Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana pencapaian taksonomi pendidikan yang dialami siswa yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat di lihat juga dari prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Pendapat ini diungkapkan Fatimah (2011: 95) dalam majalah ilmiah mengatakan dalam konteks pembelajaran ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah satu tolak ukur yang digunakan adalah prestasi belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang mencangkup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik. Salah satu upaya yang menjadikan seseorang berprestasi adalah melakukan kegiatan yang berkelanjutan. Artinya, setelah seseorang menyadari potensi dirinya disuatu bidang maka ia akan terus menerus berusaha untuk mengembangkannya menjadi kemampuan utama. Seperti yang dikemukakan Dahlan (2008: 59) menyatakan prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara terus menerus. Hasil



belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran disekolah akan terwujud dari keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu. Menurut Ahmadi (2004: 138) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis, diantaranya adalah minat siswa. Minat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara tetap dalam melakukan proses belajar. Sesuia dengan pendapat Menurut Slameto (2010: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat terhadap kegiatan tertentu cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan tersebut. Tentunya dalam melaksanakan kegiatan dan usaha pencapaian tujuan perlu adanya pendorong untuk menumbuhkan minat yang dilakukan oleh guru, semangat pendidik dalam mengajar siswa berhubungan erat dengan minat siswa yang belajar. Apabila guru mempunyai semangat untuk memperhatikan dan memengenang kegiatan mengajar akan sangat mempengaruhi minat siswa terhadap materi yang diajarkan. Seorang guru tidak dapat membangkitkan minat siswa, jika guru tersebut tidak memiliki minat dalam memberikan materi pelajaran. 1.2 RumusanMasalah 1. Apa itu Prinsip Evaluasi? 2. Apa itu Taksonomi? 1.2 TujuanMakalah 1. Untuk mengetahui ipa itu Prinsip Evaluasi Belajar 2. Untuk mengetahui apa itu Taksonomi



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Prinsip evaluasi Ada 1 prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu antara lain: 1. Tujuan pembelajaran; 2. Kegiatan pembelajaran atau KBM; dan 3. Evaluasi



Gambar 1. Bagan Triangulasi Penjelasan dari bagan triangulasi diatas adalah demikian. 2.1.1



Hubungan antara tujuan dengan KBM



Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM. 2.1.2



Hubungan antara tujuan dengan evaluasi



Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna Demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju tujuan. Di sisi lain, Jika dilihat dari langkah dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan. 2.1.3



Hubungan antara KBM dengan evaluasi



Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, Jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan



menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan. 2.2 Taksonomi 2.2.1



Arti dan letak taksonomi dalam pendidikan



Sejak lahirnya kurikulum PPSP atau proyek Perintis Sekolah pembangunan yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, setelah mulai tertanam kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses belajar mengajar berlangsung dan harus diberitahu kepada para siswa agar siswa tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan untuk mengetahui perlu dan tidaknya suatu program diadakan atau di dalam sekolah sering disebut sebagai tujuan instruksional umum(TIU). Kedua tujuan yang didasarkan atas tingkah laku yang yang digunakan untuk keberhasilan pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang sering disebut sebagai taksonomi (taxsonomy). Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum yaitu kognitif afektif dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavior berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Lagi praktik memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci. Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebutkan tiga tingkatan tujuan ini yang akhirnya oleh Viviane de landsheere disimpulkan bahwa Ada tiga tingkat tujuan termasuk taksonomi, yaitu: 1) Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan; 2) Taksonomi; 3) Tujuan yang operasional 2.2.2



Taksonomi Bloom



Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu: 1) Prinsip metodologi Perbedaan-perbedaan yang besar dalam refleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar 2) Prinsip psikologis Penulisan konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang 3) Prinsip logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten 4) Prinsip tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal lebih mudah daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dalam proses belajar dan mengajar. Secara garis besar, belum bersama kawan-kawan merumuskan tujuan tujuan pendidikan pada tiga tingkatan: 1) Kategori tingkah laku Yang masih verbal; 2) Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan; 3) Tingkah laku concrete yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal. Ada tiga Ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan kedua yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu: 1. Ranah kognitif 1) Mengenal (recognition) Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.



Mengungkap/mengingat kembali (recall) Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana Mengenal dan mengungkap kembali, pada umumnya dikategorikan menjadi 1 jenis yakni Ingatan. Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatannya karena tidak terlalu banyak meminta energi. 2) Pemahaman (Comprehension) Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. 3) penerapan atau aplikasi ( application) Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu cara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. 4) Analisis ( analysis) Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. 5) Sintesis ( synthesis) Apabila penyusun soal.tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali/ reorganize hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. 6) Evaluasi (Evaluation) Apabila penyusun soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswamampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki utnuk menlai sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal.



Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah benar atau salah yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip, pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah baik atau buruk berdasarkan nilai atau norma yang diakui subjek yang bersangkutan. b. Ranah afektif pandangan atau pendapat apabila guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal hal yang relatif sederhana tapi bukan fakta. Contoh : Bagaimanakah pendapat anda tentang keputusan yang diambil oleh bapak lurah dalam situasi diatas? Bagaimana tindakan anda jika seandainya yang menjadi lurah itu anda? Sikap atau nilai Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanayi mengenai respon nya yang meliatkan sikap atau nilai telah mendalam disanubarinya, dan guru meminta dia untuk memertahankan pendapatnya. Contoh : “bagaimana pendapat anda seandainya semua penjahat yang merugikan masyarakat dan negara, baik yang proletar maupun yang elite diberi hukuman mati saja? Mengapa pendapat anda demikian?” c. ranah psikomotor perkataan psikomotor berhubungan dengan kata motor, sensori motor atau perceptual motor. Jadi, ranah psikomotor berhubungan dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.



Contoh : “seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat.” “seberapa terampil para siswa menggunakan alat-alat.” Taksonomi untuk para psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow (1972). Menurut Harrow kebanyakan para gruu tidak dapat menuntut pencapaian 100 dari tijuan yang dirumuskan kecuali hanya erharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakan gerakan yang lebih kompleks sifatnya. Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut :



Tingkat 1. Gerakan Refleks



Uraian dan contoh respon gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak lahir



1.1 segmental reflexes 1.2 intersegmental reflexes



kesemuanya berhubungan dengan gerakan yang dikoordinasikan



1.3 suprasegmental reflexes oleh otak dan bagian sumsum tulang belakang



2. dasar gerakan-gerakan



gerakan yang menuntun kepada keterampi;an yang sifatnya kompleks



2.1 locomotor movement



gerakan yang mendahului kemampuan berjalan



2.2 nonlocomotor movemnet gerakan dinamis didalam suatu ruangan yang bertumpu pada tumpu



tertentu



2.3 manipulative movements gerakan yang terkoordinasikan seprti dalam keadaan bermain piano,



menggambar, dll



3. perceptual abilities



kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan



3.1 kinethetic discrimination menyadari akan gerakan tubuh seseorang 3.1a body awareness



menyadari gerakan pada dua sisi pada tubuhnya



3.1b body image



perasaan tentang adanya gerakan yang berhubungan dengan badannya sendiri



3.1c body realitionship



Surrounding objects in space konsep tentang arah dan kesadaran dalam hubungan dengan lingkungan sekitar



3.2 visual discrimination



kemampuan membedakan bentuk dan bagian



3.3 auditory discrimination



meliputi auditory acuity, tracking dan memory



3.4 tactile discrimination



kemampuan membedakan dengan sentuhan



3.5 coordinated activities



koordinasi anata mata dengan tangan dan mata dengan kaki



4. physical abilities



kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan keterampilan tingkat tinggi



4.1 ketahanan



kemampuan untuk melanjutkan aktivitas



4.2 kekuatan



kemampuan menggunakan otot untuk mengadakan perlawanan



4.3 flexibility



rentanagn gerakan dan sendi



4.4 kecerdasan otak



kemampuan untuk bergerak cepat



5. skilled movements



gerakan yang memerlukan belajar



5.1 simple adaptive skill



setiap adaptasi yag berhubungan dengan dasar gerakan



5.2 compound adaptive skill gerakan kombinasi untuk menggunakan alat seperti raket dll



5.3 complex adaptive skill



menguasai mekanisme seluruh tubuh seperti dalam senam



6. nondiscoursive



kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan



6.1 expressive movemnets



gerakan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari



6.2 interpritive movements



gerakan seagai bagian dari bentuk seni termasuk gerakan estetis dll



Lain-lain taksonomi a. Me Guire (1963), Klickmann (1963) telah emnyusun taksonomi untuk bidang bioogi, Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk IPA. b. Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan stuktur intelek dalam bentuk kubus. c. Gagne dan Merril, didalam bukunya the conditions of learning (1965). Gagne menyebutkan adanya 8 buah kategori, yang oleh Merril (1971) ditamba 2 buah lagi, yaitu : 1. signal learning 2. stimulus response 3. chaining 4. verbal association 5. discrimination learning 6. concept learning 7. rule learning 8. problem solving



d. Garlach dan Sullivan beranggapan bahwa taksonomi Bloom mempunyai kegunaan yang tebatas sebagai alat utnuk perencanaan dan pengembangan kurikulum. Kategori yang diajukan adalah : 1. identify 2. name 3. describe 4. consctruct 5. order 6. demonstrate e. De Block mengatakan bahwa taksonomi Bloom diilhami oleh masalah evaluasi. Jika Gagne dan Merril bertitik tolak pada kondisi belajar maka De Block (1972) mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar. Ia mengajukan 3 arah dalam kegiatan mengajar 1. from partial to more integral learning 2. from limited to fundamental learning 3. from special to general learning Gagasan De Block juga digambarkan dalam bentuk kubus.



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Ada 1 prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu antara lain: 1) Tujuan pembelajaran; 2) Kegiatan pembelajaran atau KBM; dan 3) Evaluasi Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu: 1) Prinsip metodologi Perbedaan-perbedaan yang besar dalam refleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar 2) Prinsip psikologis Penulisan konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang 3) Prinsip logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten 4) Prinsip tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara