Makalah Kep Anak Kel 11 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak



Dosen pembimbing : Dwi Retno Wulan,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.,Kep.,Anak Disusun Oleh kelompok 11 Amalia Fatma Anis Fitriani Pridiya Hamdilah Putri Audia Salwa Maulida P.A



32722001d19006 32722001d19008 32722001d19080 32722001d19082 32722001d19092



Kelas : 2B D-III Keperawatan



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada suatu halangan apapun, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirit. Makalah ini kami susun dengan mengenai “Makalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi “. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak” Kelompok menyampaikan terima kasih kepada semua pihak dan dosen pembimbing dan rekan-rekan sekalian. Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi peningkatan makalah ini penulis. Berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok khususnya dan pembaca pada umumnya.



Sukabumi,02 April 2021



Kelompok 11



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1 C. Tujuan .................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASA 1. Pengertian ............................................................................................. 3 2. Klasifikasi Bayi Resiko Tinggi ............................................................ 3 3. Resiko Tinggi Pada Neonatus .............................................................. 4 a. BBLR ............................................................................................. 4 b. Hiperbilirubinemia ......................................................................... 7 c. Asfiksia .......................................................................................... 9 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Asuhan Keperawatan Bayi BBLR ....................................................... 10 BAB IV PENUTUP A. Simpulan .............................................................................................. 40 B. Saran ..................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kondisi ketika berat badan bayi yang baru lahir berada di bawah kisaran normalnya. Sesaat setelah dilahirkan, panjang atau tinggi serta berat badan bayi akan diukur dan ditimbang. Sesaat setelah dilahirkan, panjang atau tinggi serta berat badan bayi akan diukur dan ditimbang. Berat badan bayi dikatakan normal jika berada di kisaran 2,500 gram (gr) atau 2,5 kilogram (kg) hingga 3.500 gr atau 3,5 kg. Bila berat badan bayi yang baru lahir lebih dari 4.000 gr atau 4 kg, tandanya bayi tergolong besar. Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah, misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun ikterus neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang berlebih, gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.



Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan mengancam nyawa penderitanya. Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai hal dan umumnya bersifat darurat sehingga penanganan perlu segera dilakukan. Saat menarik napas, oksigen dari udara akan masuk ke paru-paru melalui hidung dan mulut. Selanjutnya, oksigen masuk ke dalam pembuluh darah kecil atau kapiler dan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud bayi resiko tinggi? 2. Bagaimana klasifikasi bayi resiko tinggi? 3. Apa yang dimaksud BBLR? 4. Apa aja ciri dan gejala BBLR?



1



5. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi BBLR? 6. Apa yang dimaksud Hiperbilirubinemia? 7. Apa saja tanda dan gejala Hiperbilirubinemia? 8. Apa saja faktor dan cara pengobatan Hiperbilirubinemia? 9. Apa yang di maksud Asfiksia? 10. Apa saja tanda dan gejala Asfiksia? 11. Bagaimana cara penanganan Asfiksia? C. Tujuan 1. Agar mengetahui bayi resiko tinggi 2. Agar mengetahui bagaimana klasifikasi bayi resiko tinggi 3. Agar mengetahui penyakit BBLR 4. Agar mengetahui ciri dan gelaja BBLR 5. Agar mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi BBLR 6. Agar mengetahui penyakit Hiperbilirubinemia 7. Agar mengetahui apa saja Tanda Gejala Penyakit Hiperbilirubinemia 8. Agar mengetahui apa saja cara pengobatan Hiperbilirubinemia 9. Agar mengetahui penyakit Asfiksia 10. Agar mengetahui apa saja tanda gejala penyakit Asfiksia 11. Agar memahami bagaimana cara menangani Asfiksia



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan ketat oleh dokter dan perawat yang telah berpengalaman. Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari tetapi dapat berkisar dari beberapa minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari (neonatus) 2. Klasifikasi bayi resiko tinggi Klasifikasi bayi resiko tinggi dibedakan berdasarkan 4 macam yaitu : 1. Klasifikasi berdasarkan berat badan Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR). 2. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu. b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu. c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan > 37 minggu. 3. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan berat badan terletak dibawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra uterine. b. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan dengan berat badan sesuai dengan berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine. c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dg berat badan yang diatas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine. (Grafik terlampir) 4. Klasifikasi berdasarkan masalah patofisologis Pada klasifikasi ini yaitu semua neonatus yang lahir disertai masalah patofisiologis atau mengalami gangguan fisiologis. a. Hiperbilirubinemia 3



b. Asfiksia Neonaturum c. Tetanus neonaturum d. Respiratory Distress Sindrom



3. Resiko Tinggi pada Neonatus A. BBLR 1. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah. BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah. WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000-1499 gram), BBLER (< 1000 gram). 2. Ciri dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah 1) Lebih kurus. 2) Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit. 3) Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya. Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti ini adalah: 1) 2) 3) 4)



Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia). Memiliki masalah dalam menyusu. Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan. Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur yang normal. 5) Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental (polisitemia). 3. Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi BBLR



4



1) Ibu Hamil dengan Anemia Menurut Artana (2002) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh kadar haemoglobin yang rendah jika terjadi pada ibu hamil akan mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Oksigen di butuhkan untuk menghasilkan energi dan nutrisi di butuhkan untuk mencukupi asupan gizi yang di perlukan ibu dan janin. Gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat sehingga beresiko melahirkan BBLR. 2) Ibu dengan Hipertensi Menurut Abdoe J di Gambia tahun 2008 bahwa ibu yang mengalami hipertensi pada saat hamil berisiko lebih besar melahirkan bayi berat lahir rendah karena terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh ibu sehingga menganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin melalui plasenta sebagai perantara, hal ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada janin yang berakibat gangguan pada kehamilan yaitu bayi lahir premature, BBLR bahkan kematian janin. Hipertensi berpengaruh terhadap kejadian BBLR karena pada hipertensi terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh melalui plasenta sehingga akan menmpengaruhi distribusi oksigen dan nutrisi untuk janin hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin salah satunya yaitu ibu dengan hipertensi beresiko melahirkan BBLR. 3) Usia ibu Kehamilan di bawah umur 20 tahun atau umur lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan pada usia muda umur < 20 tahun membutuhkan asupan makanan lebih banyak karena ibu dalam masa pertumbuhan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada ibu. Sedangkan kehamilan pada umur > 35 tahun mengalami fungsi penurunan organ-organ biologis dan organ pencernaan yang akan mempengaruhi asupan nutrisi yang di butuhkan antara ibu dan janin, hal ini mengakibatkan ibu melahirkan BBLR karena terjadi persaingan nutrisi antara ibu dan janin.



5



Menurut Hurlock B.E. (2002) dalam Hidajati (2012) semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang. Ibu yang melahirkan di usia muda kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum matang dan belum berfungsi secara optimal untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan janin karena adanya kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan, serta adanya perubahan hormonal selama kehamilan sehingga wanita tersebut mempunyai kebutuhan terhadap zat gizi yang lebih besar dari pada wanita lainnya. Tambahan kebutuhan zat gizi yang besar disebabkan oleh kehamilan yang di alaminya, hal ini akan meningkatkan resiko bagi kehamilannya yaitu melahirkan BBLR. 4) Ibu dengan Asma Bronkial Menurut Afdal (2009) menyatakan bahwa asma bronkial memiliki pengaruh terhadap kejadian BBLR, hal ini dihubungkan dengan fungsi pernafasan yang lebih buruk, karena ibu yang hamil kekurangan oksigen menyebabkan terjadinya sesak napas sehingga ibu hamil membutuhkan banyak suplai oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh padahal janin yang di kandungan juga memerlukan oksigen yang cukup untuk proses pertumbuhan dan perkembangan di sinilah terjadi persaingan oksigen antara ibu dan janin, hal ini menyebabkan resiko ibu melahirkan bayi premature, keguguran, BBLR bahkan kematian janin. 5) Ibu dengan Paritas Menurut Endriana (2012) dimana paritas berhubungan dengan BBLR hal ini di sebabkan kebanyakan pasangan suami istri tidak mau melakukan program KB (keluarga berencana) mereka beranggapan bahwa anak adalah rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga banyak ibu yang melahirkan sampai 4 kali di usia yang tidak muda, hal ini sangat beresiko dan menyebabkan bayi lahir premature, BBLR, bahkan kematian janin karena kurangnya pengetahuan atau edukasi pada masing masing keluarga tersebut hal ini di buktikan dalam wawancara dengan ibu hamil kebanyakan mereka jarang melakukan kontrol atau kunjungan kehamilan ke tenaga kesehatan karena letak pusat kesehatan yang jauh dan tidak ada yang



6



mengantar. B. Hiperbilirubinemia 1. Pengertian Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus.Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. 2. Tanda dan Gejala 1) Kulit dan bagian putih mata bayi (sklera) berubah menjadi kuning. Warna pigmen kuning ini biasanya terjadi pada area wajah terlebih dahulu kemudian turun ke badan dan seluruh tubuh bayi 2) Menolak menyusu 3) Lemas. 3. Faktor Resiko 1) Asi yang kurang Bayi yang tidak dapat asi cukup saat menyusui dapat bermasalah karena tidak cukupnya asupan ASI yang masuk ke usus untuk memroses pembuangan bilirubin dari dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada bayi prematur yang ibunya tidak memroduksi cukup ASI. 2) Peningkatan jumlah sel darah merah Peningkatan jumlah sel darah merah dengan penyebab apapun berisiko untukterjadinya hiperbilirubinemia. Sebagai contoh, bayi yang memiliki jenis golongan darah yang berbeda dengan ibunya, lahir dengan anemia akibat abnormalitas eritrosit (antara lain eliptositosis), atau mendapattransfusi darah; kesemuanya berisiko tinggi akan mengalami hiperbilirubinemia. 3) Infeksi/ inkompabilitas ABO-Rh



7



4. 1)



2)



3)



4)



5)



Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu ke janindi dalam rahim dapat meningkatkan risiko hiperbilirubinemia. Kondisi ini dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis kongenital, rubela, dan sepsis. Gejala klinis pada hiperbillirubinemiaSebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang-kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (Kernicterus). Pengobatan Fototerapi Fototerapi dapat digunakan tunggalatau dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya berintensitas tinggi, tindakan ini dapatmenurunkan bilirubin dalam kulit. Secara umum, fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi bila konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakarmengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko tinggi dan berat badan lahirrendah. Intravena immunoglobulin (IVIG) Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan faktor imunologik. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat menurunkan kemungkinan dilakukannya transfusi tukar. Transfusi pengganti Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit yang rentan terhadap antibodi erirtosit maternal menghilangkan eritrosit yang tersensitisasimengeluarkan bilirubin serum serta meningkatkan albumin yang masih bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatannya dangan bilirubin. Penghentian ASI Pada hiperbilirubinemia akibat pemberian ASI, penghentian ASI selama 24-48 jam akan menurunkan bilirubin serum. Mengenai pengentian pemberian ASI (walaupun hanya sementara) masih terdapat perbedaan pendapat. Terapi medikamentosa



8



Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif diberikan pada ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan C. Asfiksia 1. Pengertian Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan menurut Mochtar (2011). 2. Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia 1) Faktor ibu diantaranya : a) Anemia pada saat hamil b) Partus lama c) Umur ibu d) Hipertensi pada saat hamil. 2) Faktor Bayi diantaranya : a) Adanya lilitan tali pusat b) BBLR 3. Tanda dan Gejala a) Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan b) Bibir kebiruan c) Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan d) Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat e) Bayi tampak lunglai f) Bayi terdengar merintih 4. Penanganan a. Penggunaan alat bantu pernapasan untuk mengalirkan udara ke paru-paru bayi. b. Sebagian bayi mungkin akan membutuhkan tambahan gas nitric oxide melalui tabung pernapasan. c. Pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan meredakan kejang apabila terjadi.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 9



Asuhan Keperawatan Bayi BBLR. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny.V a) Pengkajian Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2018 Metode : Wawancara, observasi, Pemeriksaan Fisik, perawat, dokter dan Studi Dokumen Sumber Informasi : Klien, keluarga klien, rekam medis klien Dilakukan oleh : Lusi Astriana Dewi 1) Identitas Nama



: By. Ny. V



TTL



: Sleman,9 Mei 2018



Jenis kelamin



: laki-laki



Nama ayah



: Tn. A



Umur



: 19 th



Nama ibu



: Ny. V



Umur



: 16 th



Agama



: Islam



Pendidikan ayah



: SMA



Pendidikan ibu



: SMP



Pekerjaan ayah



: Karyawan swasta



Pekerjaan ibu



: Ibu Rumah Tangga



Suku kebangsaan



: Jawa, Indonesia



Alamat



: Perum Pesona Alam Argomulyo, sedayu Bantul



Diagnose medis



: BBLR, KB, SMK SPt



No RM



: 34-64-89



2) Keluhan utama Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 2310 gram. 3) Riwayat Kesehatan Sekarang



10



Klien dirawat di ruang perinatologi, tangisan kuat, gerak kurang aktif, bibir kering, tidak ada kejang. 4) Riwayat kelahiran dan persalinan



a) Antenatal Ny. V menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 16 tahun, klien tidak pernaah periksa ANC karena kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Klien mengatakan selama hamil mengkonsumsi minuman beralkohol dan makan brem. Klien mengatakan makan teratur dan tidak mempunyai riwayat penyakit kehamilan. b) Intranatal Ny. V menyatakan, dibawa ke puskesmas karena merasa sakit perut, kemudian dirujuk ke RSUD Sleman pada tanggal 9 Mei 2018 pukul 10.00 WIB kemudian di RSUD Sleman melahirkan secara spontan pada pukul 23.00 WIB dengan Usia kehamilan 32 Minggu. Lama persalinan kala I 11 jam, Kala II 10 menit, Kala III 5 menit dan Kala IV 2 jam.



Keadaan bayi baru lahir BB/ PB Lahir : 2310 gr / 46 cm Nilai APGAR : 1menit/ 5menit: 7/9 Daftar tabel 1. Hasil penilaian APGAR Score Bayi Ny.V No.



Kriteria



1 menit



5 menit



1.



Denyut Jantung



2



2



2.



Usaha Nafas



2



2



3.



Tonus Otot



1



2



4.



Reflek



1



2



5.



Warna Kulit



1



1



Total



7



9



11



c) Postnatal Bayi lahir dengan usaha nafas spontan. Air ketuban habis. APGAR score7/9. Tidak ada trauma saat lahir. Klien mendapat Vit K dan imunisasi HB 0



5) Riwayat Keluarga a) Genogram



b) Riwayat kesehatan keluarga Ny.V mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada riwayat hipertensi, diabetes, ginjal, jantung. Klien 5 hari Ayah Klien 19 th Ibu Klien 16 th Keterangan : : laki – laki : perempuan : bayi Ny.V : tinggal serumah. 6) Keadaan kesehatan saat ini



12



a) Status Nutrisi dan cairan Bayi mendapat intake oral ASI 1-2cc setiap 2 jam melalui OGT dan spuit . Residu 0,5-2 cc awal kelahiran berupa lendir, hari selanjutnya berupa ASI. Klien terpasang cairan infus KAEN IB 15,4 cc/jam . b) Aktivitas istirahat Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras. c) Perawatan kebersihan diri Bayi mandi secara sponge bath setiap pagi hari dan perawatan tali pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta sudah b.a.k terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi. d) Eliminasi Bayi dapat B.A.B dan B.A.K e) Keadaan psikologis orang tua Ny. S menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan anaknya cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk taat instrusi dokter dan perawat, agar anaknya cepat pulang. Ibu bayi tampak lelah dan ASI keluar sedikit. 7) Pemeriksaan fisik a) Keadaan Umum : Gerak kurang aktif, menangis kuat, banyak tidur Tanda vital : N : 138x/menit RR :46x/menit S :36,5oC b) Antropometri BB sekarang : 2240 gr LD : 28 cm PB : 46 cm LP : 27 cm LK : 30 cm LILA (kiri) : 9 cm b) Reflek Primitif Bayi memiliki reflek moro yang baik, memiliki reflek palmar, memiliki reflek plantar, reflek tonik neck, memiliki reflek Babinski, memiliki reflek roating dan reflek sucking yang lemah. 13



c) Kepala / Leher Ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah simetris. d) Mata sklera tidak ikterik, konjungtiva merah muda e) Mulut Mulut terlihat kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi untuk mengetahui residu ASI dan memberikan ASI f) THT Telinga :Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak ada cairan abnormal Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung. g) Respirasi Bentuk toraks simetris. Tidak terdapat penggunaan otototot pernapasan tambahan. Tidak terdapat retraksi dada.Respirasi 46 kali permenit teratur. Tangisan keras. h) Kardiovaskuler HR 138x/menit, kuat, teratur, posisi kiri atas, tidak sianosis. i) Gastrointestinal Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+), residu berupa lendir dan ASI 0,5-2 cc. j) Ekstremitas Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat k) Integumen Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit 8) Terapi a) ASI eksklusif melaui OGT b) KAEN IB 15,4 cc/jam 14



c) Ampicillin 2x 115 mg d) Gentamicin 1 x 11 mg e) Metronidazole 1 x 17 mg 9) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan darah rutin tanggal 10 Mei 2018



Daftar tabel 2. Hasil pemeriksaan darah rutin Bayi Ny.V Parameter



Nilai



Nilai Normal



Satuan



Hemoglobin



17,5



14,9-23,7



g/dl



Hematocrit



49



47-75



%



Leukosit



12,1



10-26



10*3/ uL



Eritrosit



4,09



3,7-6,5



10*6/ uL



Trombosit



159



150-440



10*3/ uL



MPV



11,1



7,2-11,1



fL



PDW



14,1



9-13



fL



RDW-CV



16,8



11,5-14,5



%



MCV



105,1



85-123



fL



MCH



37,3



28-40



Pg



MCHC



35,3



29-37



%



Basofil



0,3



0-1



%



Monosit



11,4



4-8



%



Eosinofil



1,9



1-6



%



Limfosit



35



22-40



%



Neutrofil



51,4



53-26



%



Ratio



0,059



15



Pemeriksaan Tanggal 15 Mei 2018 Kimia Klinik Fungsi Hati Bilirubin Total



4,3



Mg%



Bilirubin Direk



0,7



Mg%



Fungsi Jantung CRP



10 mg % b. Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi c. Screnning enzim G6PD (glucose 6 phosphate dheydrogenase) menunjukkan adanya penurunan d. Screnning Ikterus melalui metode Kramer e. Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2 mg/dl f. Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-10,50 mg/dl g. Pemeriksaan Bilirubin Total >12 mg/dl (Suriadi, 2001) b. Diagnosa Keperawatan. 1. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi. 2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi. 3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.



25



4. Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya pengalaman orang tua. 5. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi bilirubin (Cecily, 2009) c. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan (Cecily, 2009) 1. Diagnosa 1 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (Insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi. Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/ atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan Karakteristik : 1. Turgor kulit kembali normal 2. Elastisitas kulit baik. 3. Membrane mukosa tidak kering. NOC : Hidrasi Kriteria Hasil : 1. Turgor kulit kembali normal 2. Elastisitas kulit baik. 3. Membrane mukosa tidak kering. NIC : Monitor Cairan Intervensi : 2. Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan kedua



26



tangan dan lepaskan (dimana kulit akan turun kembali dengan cepat jika pasien terhidrasi dengan baik). 3. Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus. 4. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urine. 5. Monitor asupan dan pengeluaran. 6. Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan cairan (misalnya, kehilangan albumin, luka bakar, malnutrisi, sepsis, disfungsi hati, paparan panas, infeksi, paska operasi, muntah, dan diare). 7. Tentukan jumlah dan jenis intake/ asupan cairan serta kebiasaan eliminasi. 2. Diagnosa 2 : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi. Definisi : Rentan mengalami kerusakan epidermis dan/ atau dermis, yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan Karakteristik : 1. Suhu kulit 2. Hidrasi 3. Integritas kulit NOC : Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa Kriteria Hasil : 1. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal. 2. Bebas dari cedera kulit atau jaringan. 3. Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum. NIC : Pengecekan kulit Intervensi : 1. Inspeksi warna, suhu, hidrasi, pertumbuhan rambut, tekstur, pecahpecah atau luka pada kulit. 2. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet. 3. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan.



27



4. Monitor kulit dan selaput lender terhadap area perubahan warna, memar, dan pecah. 5. Merubah posisi bayi dengan sering 6. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (misalnya melapisi kasur, menjadwalkan reposisi. 3. Diagnosa 3 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding. Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan Karakteristik : 1. Cemas 2. Tampak waspada 3. Sangat khawatir NOC : Kontrol kecemasan diri Kriteria Hasil : 1. Orang tua tidak tampak cemas. 2. Orang tua mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi. 3. Orang tua aktif dalam partisipasi perawatan bayi. NIC : Pengurangan Kecemasan Intervensi : 1. Kenalkan pasien pada orang (atau kelompok) yang telah berhasil melewati pengalaman yang sama. 2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis. 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat. 28



4. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan. 5. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut maupun cemas. 6. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien. 7. Instruksikan klien untuk menggunakan metode mengurangi kecemasan (misalnya, teknik bernafas dalam, distraksi, visualisasi, meditasi, relaksasi otot progresif, mendengar music music lembut), jika diperlukan. 4. Diagnosa 4 : Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua. Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu. Batasan karakteristik : 1. Orang tua tidak memahami kondisi bayi 2. Orang tua tidak memahami alasan pengobatan 3. Orang tua tidak berpartisipasi dalam merawat bayi NOC : Pengetahuan : perawatan bayi Kriteria hasil : 1. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan 2. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan bayi NIC : Pendidikan orangtua : Bayi Intervensi : 1. Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir. 2. Edukasi keluarga mengenai prosedur dan perawatan fototerapi. 3. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi sinar 7. Diagnosa 5



29



Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi bilirubin. Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan Karakteristik : 1.Adanya jaundice 2.Kadar serum bilirubin tinggi 3.Refleks hisap dan menelan kurang NOC : Respon imun hipersensitif Kriteria hasil : 1. Serum bilirubin menurun 2. Tidak ada jaundice 3. Refleks hisap dan menelan baik NIC : Fototerapi : Neonatus Intervensi : 1. Observasi tanda-tanda (warna) kuning 2. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai protocol atau permintaan dokter. 3. Tutupi kedua mata bayi, hindari penekanan yang berlebihan 4. Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi dengan tinggi yang sesuai. 5. Cek intensitas lampu setiap hari. 6. Monitor tanda vital per protocol atau sesuai kebutuhan. 7. Ubah posisi bayi setiap 4 jam per protocol. 8. Monitor kadar serum bilirubin per protocol atau sesuai dengan permintaan dokter. d. Implementasi Keperawatan 30



Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat. e. Evaluasi Keperawatan . Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan partisipasi terhadap rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang tua (Surasmi, 2013) Asuhan Keperawatan Bayi Asfiksia Pengkajian Pengkajian pada bayi Ny. E.N dengan diagnosa medis : asfiksia sedang, di Ruangan NICU RSUD. Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang dilakukan pada tanggal 9 Juli 2018, jam 09.00 WITA. Hasil pengkajian yang didapatkan adalah : Identitas, Bayi Ny. E.N , jenis kelamin laki-laki, tanggal lahir 4 Juli 2018 jam 07:30 WITA (umur 6 hari), lahir dengan persalinan SC indikasi letak sungsang, agama Protestan, alamat Labat Kupang Keluhan utama :bayi tidak bernapas spontan saat lahir, APGAR score 5/7, usia gestasi 33 minggu, BB lahir 2200 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 28 cm, dan lingkar perut 26 cm. Tandatanda vital: heart rate : 130 kali per menit, suhu 36,5°c, pernapasan 60 kali per menit. Riwayat ibu : umur 37 tahun, gravida kedua, partus kedua, abortus tidak pernah, tidak ada komplikasi. Keadaan umum bayi saat pengkajian : bayi tampak sakit sedang, menangis kuat, tidak sesak napas, respirasi 60x/menit, tidak ada napas cuping hidung dan retraksi dinding dada. Terpasang OGT (oro grastric tube) dan infus dextrose 10%. Minum ASI 8x20cc/24 jam, ada mual dan muntah setiap kali diberi minum. Refleks mengisap dan menelan kuat. Pemeriksaan penunjang tanggal 10 Juli 2018 didapatkan : , RDW-SD 63,4 H mg/dl , RDW-CV 16,3 H mg/dl, dan Eosinofil 3,5 L mg/dl, dan neutrofil 47,8 H mg/dl.



31



Terapi : kebutuhan cairan infus glukosa 10% 330 cc/24 jam (14 tetes/menit), injeksi Ampicilin 2 x 110 mg ( IV), dan Gentamicin 1 x 11 mg (IV). omeprazole 1 x 1 g/oral, ASI 8x20cc/24 jam. Analisa data Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan fisik maka dapat dilakukan analisa data sebagai berikut: Data subjektif : -, Data objektif : Bayi tampak mual muntah saat minum ASI per oral, terpasang OGT, minum ASI 8x20cc/24 jam. Masalah : Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Penyebab : imaturitas sistim pencernaan Data subjektif : -, Data objektif : Pasien terpasang OGT, dan terpasang infus. Tampak bekas tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan bengkak), suhu 36,5°C. Masalah : risiko tinggi infeksi. Penyebab : prosedur invasif dan sistim imunitas belum berkembang optimal. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang ditegakan pada bayi Ny.E.N sebagai berikut : 1. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas sistim pencernaan 2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan sistim imunitas belum berkembang optimal. Perencanaan Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul pada bayi Ny. E.N sebagai berikut : Diagnosa



Kriteria hasil



Diagnosa pertama :



Bayi dapat minum ASI



Risiko tinggi nutrisi



per oral sesuai



kurang dari kebutuhan



kebutuhan, bayi tidak



tubuh berhubungan



muntah.



Intervensi 1. Kaji status nutrisi bayi. 2. Pantau cairan infus yang terpasang.



dengan imaturitas sistim pencernaan



32



Goal :Bayi akan



3. Beri minum ASI



mempertahankan



per oral sedikit-



kebutuhan nutrisi



sedikit.



selama dalam



4. Kolaborasi



perawatan Objektif :



pemberian



Dalam jangka waktu 1 x



omeprazol 1 x 11 g



24 jam kebutuhan nutrisi akan terpenuhi. Diagnosa kedua :



Suhu tubuh dalam batas



1. Monitor tanda dan



Risiko tinggi infeksi



normal (36,5°c – 37 °c),



gejala infeksi,



berhubungan dengan



tidak ada tanda-tanda



prosedur invasif dan



infeksi pada bekas



sebelum digunakan



sistim imunitas belum



tusukan (tidak merah,



pada pasien,



berkembang optimal,



bengkak, tidak



3. Monitor TTV



Goal : Bayi tidak



nyeri,tidak ada pus dan



4. Lakukan prosedur



menunjukkan tanda-



tidak terjadi gangguan



keperawatan



tanda infeksi selama



pada fungsi pergerakan).



dengan teknik



dalam perawatan



2. Bersihkan alat-alat



septik dan aseptik.



Objektif : dalam jangka



5. Pertahankan



waktu 3 x 24 jam bayi



lingkungan yang



diharapkan terhindar



bersih selama



dari tanda dan gejala



melakukan



infeksi



pemeriksaan, 6. Kolaborasi pemberian antibiotik.



33



Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada bayi Ny.E.N dilakukan selama 4 hari yaitu dari tanggal 09 Juli sampai 12 Juli 2018. Diagnosa



Implementasi •



Implementasi hari



Diagnosa 1:



pertama 09 Juli



risiko tinggi nutrisi



2018



kurang dari



Memberikan ASI 20cc per oral, •



kebutuhan tubuh berhubungan dengan



Jam 09.00:



Jam 12.00: Memberikan ASI 20cc per oral,







Jam 14.00:



imaturitas sistim



Memberikan ASI 20cc per oral.



pencernaan



Mengobservasi mual dan muntah selama memberi minum dan memberi minum obat Omeprazol 1 gr per oral. •



Diagnosa 2 :



Jam 09.30 :



Risiko tinggi infeksi



Mengobservasi tanda dan gejala



berhubungan dengan



infeksi : tidak ditemukan tanda-tanda



prosedur invasif dan



infeksi, membersihkan termometer



sistim imunitas belum



dan stetoskop dengan alkohol sebelum



berkembang optimal.



melakukan pemeriksaan, melihat tanda-tanda infeksi pada tempat pengambilan darah : tidak ada tandatanda infeksi,mengukur suhu tubuh : 36,5°C. •



Jam 12.25: Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mempertahankan lingkungan yang bersih selama melakukan tindakan keperawatan



34







Jam 15.00: Menyuntik antibiotik gentamicin 11 mg (IV), dan ampicilin 110 mg (IV)







Implementasi hari



Diagnosa 1:



kedua 10 Juli 2018



Risiko tinggi nutrisi



Memberikan ASI 25cc per oral •



kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan



Jam 09.00:



Jam 12.00: Memberikan ASI 25cc per oral







Jam 14.00:



imaturitas sistim



Memberikan ASI 25cc per oral dan



pencernaan.



mengobservasi, mual muntah serta cairan infus. •



Diagnosa 2 :



Jam 09.30 :



Risiko infeksi



Melihat tanda dan gejala infeksi :



berhubungan dengan



tidak ditemukan tanda-tanda infeksi,



prosedur invasif dan



membersihkan termometer dan



sistim imunitas belum



stetoskop dengan alkohol sebelum



berkembang optimal.



melakukan pemeriksaan, melihat tanda-tanda infeksi pada tempat pengambilan darah : tidak ada tandatanda infeksi, mengukur suhu tubuh : 36,5°C. •



Jam 11.00 : Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, 15.00 menyuntik antibiotik : Gentamicin 11 mg (IV), dan Ampicilin 110 mg (IV).



Implementasi hari



Diagnosa 1 : Risiko



ketiga 11 Juli 2018



tinggi nutrisi kurang



35







Jam 09.00: Memberikan ASI 60cc per oral.



dari kebutuhan tubuh







berhubungan dengan imaturitas sistim



Jam 12.00: Memberikan ASI 60cc per oral.







pencernaan



Jam 15:00: Memberikan ASI 60cc per oral, mengobservasi mual muntah, 15:30 merawat cairan infus.







Diagnosa 2 :



Jam 08.00 :



Risiko tinggi infeksi



Mengobservasi tanda dan gejala



berhubungan dengan



infeksi : tidak ditemukan tanda-tanda



prosedur invasif



infeksi, membersihkan termometer



sistim imunitas belum



dan stetoskop dengan alkohol sebelum



berkembang optimal.



melakukan pemeriksaan, melihat tanda-tanda infeksi pada tempat pengambilan darah : tidak ada tandatanda infeksi, mengukur suhu tubuh : 36,6°C. •



Jam 09.25: Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,







Jam 15.00 Menyuntik antibiotik : Gentamicin 11 mg (IV), dan Ampicilin 110 mg (IV).







Implementasi hari



Diagnosa 1 :



keempat 12 Juli



Risiko tinggi nutrisi



2018



kurang dari



Merawat infus •



kebutuhan tubuh berhubungan dengan



Jam 08.30 :



Jam 09:00: Memberikan ASI 60cc/oral







Jam 10:00: Obsevasi mual muntah,



36



imaturitas sistim







pencernaan.



Jam 12:00: Memberikan ASI 60cc/oral,







Jam 15:00: Memberikan ASI 60cc/oral.







Diagnosa 2 :



Jam 08.00:



Risiko tinggi infeksi



Mengobservasi tanda dan gejala



berhubungan dengan



infeksi: tidak ditemukan tanda-tanda



prosedur invasif



infeksi, membersihkan termometer



sistim imunitas belum



dan stetoskop dengan alkohol sebelum



berkembang optimal.



melakukan pemeriksaan, melihat tanda-tanda infeksi pada tempat pengambilan darah : tidak ada tandatanda infeksi, mengukur suhu tubuh : 36,5°C. •



Jam 09.25 : Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mempertahankan lingkungan yang bersih selama melakukan tindakan keperawatan.







Jam 15.00 : Menyuntik antibiotik gentamicin 11 mg (IV), dan ampicilin 110mg (IV)



Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan pada bayi Ny.E.N selama 4 hari yaitu mulai tanggal 09 Juli sampai 12 Juli 2018 Evaluasi



37



Evaluasi tanggal 09 Juli



Diagnosa pertama :



2018



S:-, O :bayi mual muntah, terpasang cairan dextrose 10% A : masalah belum teratasi P: intervensi 1, 2, 3, dan 4 Diagnosa Kedua : S:O : pasien terpasang OGT, terpasang infus . tampak bekas tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan bengkak). A : masalah resiko infeksi belum teratasi P : intervens 1, 2, 3, 4, 5, dan 6



Evaluasi tanggal 10 Juli



Diagnosa pertama :



2018 Catatan



S:-



perkembangan (SOAPIE)



O : Keadaan bayi tampak baik,mual muntah, pernapasan 60 x/mnt, suhu 36,5’C A : masalah belum Teratasi. P: Pertahankan intervensi. I lakukan tindakan sesuai dengan intervensi . E : Mual dan muntah Diagnosa kedua : S:O: Pasien terpasang infus, OGT, bekas tusukan sudah tidak berwarna kebiruan dan bengkak, S : 36,5°C. A : masalah teratasi. P : pertahankan intervensi



Evaluasi tanggal 11 Juli



Diagnosa pertama :



2018



S:-



38



O : Keadaan bayi tampak baik, mual muntah, pernapasan 60 x/mnt, suhu 36,5’C, A : masalah belum Teratasi. P : Pertahankan intervensi. I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi. E : Bayi dapat minum ASI dengan baik. Diagnosa kedua : S:O: Pasien terpasang infus, OGT dan O₂ nasal kanul sudah dilepas, bekas tusukan sudah tidak berwarna kebiruan dan bengkak, S : 36,6°C. A : masalah teratasi. P : pertahankan intervensi. I : melakukakan tindakan sesuai dengan intervensi . E : tidak ada tanda-tanda infeksi. Evaluasi tanggal 12 Juli



Diagnosa pertama :



2018



S:O Keadaan bayi tampak baik, mual(-) muntah (-), pernapasan 50 x/mnt, suhu 36,5’C A : masalah belum Teratasi. P :Pertahankan intervensi I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi E : bayi dapat minum ASI dengan baik. Diagnosa kedua : S:O: Pasien terpasang infus, OGT dan bekas tusukan sudah tidak berwarna kebiruan dan bengkak, S : 36,5°C. A : masalah belum teratasi.



39



P : pertahankan intervensi . I : melakukan tindakan sesuai dengan intervensi . E : tidak ada tanda-tanda infeksi.



BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah. Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus.Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Asfiksia adalah kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran dan bahkan mengancam nyawa penderitanya. Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai hal dan umumnya bersifat darurat sehingga penanganan perlu segera dilakukan.



B. Saran



40



Diharapkan dapat memahami dan mengetahui mengenai penyakit BBLR, Hiperbilirubin, dan Asfiksia pada anak lebih luas agar dapat mengetahui cara mencegah dan dapat menangani kasus diatas dengan baik dan benar.



41



DAFTAR PUSTAKA Widiani,Ayuk,N.N,DKK. 2016.Faktor Resiko Ibu dan Bayi Terhadap Kejadian Asfiksia Neonaratum di Bali : Penelitian Case Control. https://media.neliti.com/media/publications/164613-ID-none.pdf. Diakses pada 29 Maret 2021 Mathindas,Stevry,DKK. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/2599/214 2. Diakses pada 29 Maret 2021 Hartiningrum, Indri, DKK. 2018. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016. https://ejournal.unair.ac.id/JBK/article/download/7869/pdf. Diakses pada 29 Maret 2021 Rahayu,Sunarsih,DKK. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Ruang Perawatan Intensif Neonatus RSUD DR Moewardi Di Surakarta. https://jurnalkeperawatanglobal.com/index.php/jkg/article/download/27/23 /.Diakses pada 29 Maret 2021 https://www.alodokter.com/berat-badan-lahir-rendah. Diakses pada 29 Maret 2021 http://ejournal.akperkbn.ac.id/index.php/jkkb/article/download/63/82. Diakses pada 29 Maret 2021 https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/beratbadan-lahir-rendah-bayi/ https://www.alomedika.com/penyakit/gastroenterohepatologi/hiperbilirubinemia https://www.alodokter.com/asfiksia-dapat-berakibat-fatal-waspadaipenyebabnya#:~:text=Asfiksia%20adalah%20kondisi%20ketika%20kadar, sehingga%20penanganan%20perlu%20segera%20dilakukan http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2083/1/gabungan%20otw%20cd.pdf http://repository.poltekeskupang.ac.id/324/1/KTI.pdf http://repository.poltekeskupang.ac.id/105/1/MATERNUS%20NULE.pdf