9 0 363 KB
MAKALAH GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ”INFEKSI ATRESIA ANI ”
Dosen Pembimbing: Ns, Mila Triani Sari, Skep, M.kep Disusun Oleh : Kelompok A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0
Agung arie pradana Hergani Fitri suryani Indok assek Winda oktalina Nur andayani Rona karwasi Raudatul husna Rahmat hidayat Eti rohani
2008 21 126 2008 21 122 2008 21 138 2008 21 136 2008 21 078 2008 21 074 2008 21 142 2008 21 134 2008 21 084 2008 21 146
Robi firta wijaya
2008 21 150
Benny
2008 21 046
Andi sofyan
2008 21 020
Eko prasetia
2008 21 058
Anugrah putra
2008 21 144
Ade kurniawan
2008 21 108
Umar ismail
2008 21 034
Ari faldo
2008 21 062
Surya wira buana
2008 21 152
Iqbal nurussalam
2008 21 004
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI STIKBA PRODI S1 KEPERAWATAN 2009-2010
2
LAMPIRAN Daftar Nama Kelompok A Beserta Tugasnya NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA Agung arie pradana Hergani Andi sopyan Indok assek Winda oktalina Nur andayani Rona karwasi Raudatul husna Rahmat hidayat Eti rohani Robby firta wijaya Benny Fitri suryani Eko prasetia Anugrah putra Ade kurniawan Umar ismail Ari faldo Surya wira buana Iqbal nurussalam
TUGAS Koordinator+mengetik Wakil+mengetik Cari Bahan Mencatat Mengetik Meringkas Cari Bahan Meringkas Meringkas Cari Bahan Cari Bahan Mencatat Cari Bahan Meringkas Meringkas Mengetik Mencatat Bendahara Cari Bahan Cari bahan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem pencernaan yang berjudul ” Infeksi Atresia Ani ” tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengrjaan makalah ini. Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jambi, 05 April 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... LAMPIRAN .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3
Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Atresia Ani ..................................................................
3
2.2
Etiologi dari Atresia Ani................................................................
3
2.3
Patofisiologi penyakit Atresia Ani.................................................
4
2.4
Woc dari Atresia Ani.....................................................................
5
2.5
Manisfestasi dari penyakit Atresia Ani .........................................
6
2.6
komplikasi dari penyakit Atresia Ani............................................
8
2.7
klasifikasi dari penyakit Atresia Ani.............................................
9
2.8
Pemeriksaan diagnostik pada penyakit Atresia Ani......................
10
2.9
Penatalaksanaan pada penyakit Atresia Ani.................................
11
BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1
Asuhan Keperawatan pada pasien Atresia Ani............................... 15
3.2
Data- data yang terkait pada kasus.................................................
16
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan .................................................................................... 21
4.2
Saran .............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya. Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002) Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa itu Atresia Ani ? 2. Bagaimana penyebab dari Atresia Ani ? 3. Bagaimana dengan patofisiologi penyakit Atresia Ani ? 4. Bagaimanakah perjalanan penyakit dari Atresia Ani ? 5. Bagaimana manisfestasi dari penyakit Atresia Ani ? 1
6. Bagaimana dengan komplikasi dari penyakit Atresia Ani ? 7. Pemeriksaan apa saja yang terkait dengan Atresia Ani ? 8. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan infeksi Atresia Ani? 1.3
Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Pencernaan yang berjudul ” Infeksi Atresia Ani ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep Apendiksitis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002). Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu: 1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus. 2. Membran anus yang menetap. 3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum. 4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung.
2.2
Etiologi Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. 2.3
Patofisiologi 1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik 2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan 4) Berkaitan dengan sindrom down 5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan Terdapat tiga macam letak Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genitalIntermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm. •
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum.
•
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius.
4
2.3
Wef Of Causion
Faktor terputusnya saluran pencernaaan dari atas dengan daerah dubur.
Faktor kegagalan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu / 3 bulan
Factor adanya gangguan atau berhentinya pembentukan embriologi didaerah usus
ATRESIA ANI Terdapat pada bagian distal serta rectum uregentalis
Terjadinya factor kegagalan pembentukan septum urorektal secara Fusi atau terbentukanya anus dari benjolan embrionik Terputusnya saluran pencernaan dari atas dengan Gangguan organgenesis dalam kandungan Karena kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan
MK : Kerusakan integritas kulit
Muntah -munta h
Anoreksi a Intake nutisi in adekuat
MK : Konstipasi
MK : Resiko tinggi infeksi
5
MK : Devisit volume cairan
MK : Nutrisi < dari kebutuhan tubuh
2.5
Manifestasi Klinis 1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. 2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. 3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya. 4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula). 5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. 6) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal. 7) Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)
2.6 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain : •
Asidosis hiperkioremia.
•
Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
•
Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
•
Komplikasi jangka panjang. - Eversi mukosa anal - Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
•
Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
•
Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
•
Prolaps mukosa anorektal.
6
•
Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi) (Ngustiyah, 1997 : 248)
2.7
Klasifikasi Klasifikasi atresia ani : 1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar. 2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus. 3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus. 4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985).
2.8
Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini. b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium. c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal. d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong. e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
7
f) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan •
Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
•
Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
•
Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radioopak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
2.9 Penatalaksanaan Medis a. Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otototot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel b. Pengobatan 1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
8
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205).
9
BAB 111 PEMBAHASAN KASUS 3.1
Pembahasan Kasus Bayi Ny Y ( 6 hari ) msuk RS RM jambi dengan keluhan sejak lahir tidak BAB. Ibu Y mengatakan anaknya rewel, perut tampak membesar dan padat. Ny Y mengatakan setiap menyusu dimuntahkan. Anak tidak mau menyusu. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik : anus tidak ada. N : 150 x/i, RR : 55 x/i, S : 38 ºC. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi Atresia Ani.
1. Pengkajian A. Anamnesa 1. Nama
: Bayi Nn Y
2. Riwayat Kesehatan Sekarang Bayi Ny Y ( 6 hari ) msuk RS RM jambi dengan keluhan sejak lahir tidak BAB. Ibu Y mengatakan anaknya rewel, perut tampak membesar dan padat. mengatakan setiap menyusu dimuntahkan. Anak tidak mau menyusu. 3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah Bayi Nn Y pernah menderita penyakit yang sama. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah dalam keluarga bayi Nn Y ada yang menderita penyakit seperti bayi Nn Y. DS : - Bayi Nn Y mengeluh dengan sejak lahir tidak BAB. - Bayi Nn Y mengeluh dengan perut tampak membesar dan padat. - Bayi Nn Y mengatakan setiap menyusu di muntahkan, anak tidak mau menyusu. DO : - Perut tampak membesar. - N : 150 x/i. - RR : 55 x/i. - S : 38 ºC.
10
B. Analisa Data No 1.
S ( Sign & Symtomp ) DS : - Bayi Nn Y
E ( Etiologi ) Gangglion
P ( Problem ) Konstipasi
mengeluh dengan sejak lahir tidak BAB. - Bayi Nn Y mengeluh dengan perut tampak membesar dan padat. DO : - Perut tampak membesar. 2.
DS : - Bayi Nn Y mengatakan setiap
Menurunya
inteke, Resiko
tinggi
devisit
muntah
volume cairan
Anoreksia
Gangguan nutrisi kurang
menyusu di muntahkan, anak tidak mau menyusu. DO : - N : 150 x/i. - RR : 55 x/i. - S : 38 ºC.
3.
DS : - Bayi Nn Y mengatakan setiap
dari kebutuhan tubuh.
menyusu di muntahkan, anak tidak mau menyusu. DO : -
C.
Diagnosa keperawatan 11
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien infeksi Atresia Ani baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut : Dx : Pre Operasi 1.
Konstipasi
berhubungan
dengan gangglion. 2. Resiko tinggi devisit volume cairan berhubungan dengan menurunya intake, muntah. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia. Dx : Past Operasi 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapatnya stoma sekunder dari kolostomi. 2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungab dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder. D. NCP
No 1.
Diagnosa Keperawatan Konstipasi b.d gangglion
Tujuan Klien
Intervensi
mampu -
DS : - Bayi Nn Y mengeluh mempertahankan
-
membantu
feses, konsistensi,
mengidentifikasi
frekuwensi dan
penyebab / faktor
jumlah.
pemberat dan
dengan sejak lahir
pola
tidak BAB.
BAB
- Bayi Nn Y mengeluh
teratur.
intervensi yang
dengan perut tampak
Kh :
tepat.
membesar dan padat.
BAB
DO : - Perut tampak membesar.
eliminasi
Observasi warna
Rasional
dengan
klien -
normal Perut
tidak
lakukan enema
-
atau irigasi rectal
meningkatkan
sesuai order.
kenyamanan pada anak.
membesar. -
\auskultasi bunyi usus dan abdomen
12
evaluasi bower
-
bunyi usus secara umum
setiap 4 jam.
meningkatkan pada diare dan menurunkan pada konstipasi.
-
ukur lingkar
-
abdomen.
pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi.
-
hindari makanan
menurunkan distensi abdomen.
yang menghasilkan bila konstipasi terjadi.gas. Kolaborasi -
-
mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
berikan pelempek feses, stimulant ringan, laksatif sesuai
2.
Resiko volume
tinggi
devisit Klien
cairan
indikasi. dapat - awasi masukan dan - untuk mengatsi
b.d mempertahankan
keluaran, karakter
antara masukan dan
menurunya intake, muntah.
keseimbangan
dan jumlah feses.
pengeluaran.
DS : - Bayi Nn Y
cairan.
- kaji TTV ( TD,
- kehilangan cairan
Kh :
suhu, nadi dan
dapat mempengaruhi
pernapasan.
TTV.
mengatakan setiap menyusu di
N : 125 x/i
muntahkan, anak
RR : 40 x/i
tidak mau menyusu. DO : - N : 150 x/i. - RR : 55 x/i.
- menunjukkan - observasi kulit
kehilangan cairan
kering.
yang berlebihan. - memberiakan
13
- S : 38 ºC.
- ukur berat badan
informasi tentang
perhari.
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus. - kadar protombin
- observasi tanda
menurun dan waktu
pendarahan.
koagulasi memanjang bila observasi vit K tergantung pada straktus GI dan sistensis protombin menurun karena
3.
Gangguan
nutrisi
kurang Kebutuhan nutrisi - kaji kemampuan
mempengaruhi hati. - untuk mengetahui
dari kebutuhan tubuh b.d terpenuhi selama klien untuk menelan.
sejauh mana
Anoreksia.
perawatan.
kemampuan klien
DS : - Bayi Nn Y
KH :
dalam menelan
Menunjukkan
makanan, serta untuk
mengatakan setiap menyusu di
peningkatan
memberikan
muntahkan, anak
atau
intervensi yang tepat.
tidak mau menyusu.
mempertahank
- untuk memenuhi
an berat badan - berikan dan pantau
asupan cairan dan
DO : -
dengan
nilai cairan IV.
memenuhi kebutuhan
laboratorium
nutrisi.
normal.
- nutrisi yang adekuat Tidak - jelaskan pada
penting untuk
terdapatnya
keluarga pentingnya
penyembuhan luka
muntah lagi.
nutrisi bagi
guna mencegah
kesembuhan klien.
infeksi, melindungi
14
fungsi imun. - menilai terjadinya dehidrasi. - monitor balace
- kekurangan cairan
cairan
dapat menyebabkan
- kaji adanya tanda-
dehidrasi.
tanda dehidrasi dan 4.
gangguan elektrolit. Kaji tingkat
Kerusakan integritas kulit Kerusakan b.d
terdapatnya
stoma integritas
kulit
-
lesi
Memberikan informasi serta
sekunder dari kolostomi.
menunjukan
untuk menentukan
DS : -
perbaikan dalam
intervensi yang
DO :-
waktu 7-10 hari
tepat -
KH : -
menghindari Tidak ada
kerusakan -
lesi baru -
mengalami
integritas kulit
dan tekanan\
lebih parah -
-
involusi
-
Untuk memenuhi
Berikan diet
kebutuhan nutrisi
TKTP
Tidak ada lesi
Hindarkan lesi dari manipulasi
Lesi lama
-
Untuk
dan gizi untuk pertumbuhan
yang
jaringan kulit
infekted -
Untuk mencegah
-
Jaga linen
terjadinya infeksi
dan pakaian tetap kering dan bersih -
Berikan terapi topical sesuai dengan program
15
-
Untuk mencegah terjadinya infeksi
5.
Resiko
tinggi
terjadinya Setelah dilakukan - ukur TTV setiap 8 - demam
infeksi b.d penurunan daya tindakan
jam.
mengidentifikasikan
tahan tubuh sekunder.
keperawatan 3 x
DS : -
24
DO : -
tidak terjadi.
diruang isolasi bila
penularan
Kh :
memungkinkan
mikroorganisme
dan beri tau
kepada anak.
jam
TTV
terjadinya infeksi.
infeksi -
dalam
tempatkan anak
mengurngi resiko
keluarga supaya
batas normal.
mengunakan
Keluarga menunjukkan
masker saat
perilaku
berkunjung.
pencegahan
-
- pertahankan teknik
-
mencegah
infeksi pada
aseptik pada setiap
infeksi
anak.
prosedur
nosokomial.
perawatan. Kolaborasi -
observasi hasil pemeriksaan
- leukositosis
leukosit.
mengindentifikasikan terjadinya infeksi dan leusitopenia mengindentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadinya infeksi.
16
BAB III PENUTUP 4.1
Kesimpulan Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya. Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002) Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
4.2
Saran Dalam penulisan makalah yang berjudul ”Sistem pencernaan infeksi Atresia Ani ”nantinya makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih bnyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran yng bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
18