Makalah Askep Bumil HIV [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Intan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas Dosen Pengampu Erwin Kurniasih, M.Kep



Disusun Oleh : Kelompok 5 Tingkat 2A Intan Gandhini



015.20.18.475



Kapang Yoga Perdamaian



015.20.18.482



Seftina Lidya Maharani



015.20.18.511



Yulia Tantri



015.20.18.530



PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI 2019/2020



KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan lancar. Tugas makalah yang kami buat berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV ”. Terwujudnya tugas makalah ini merupakan tujuan kami untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan wawasan. Tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan ketulusan hati, kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Ibu Erwin Kurniasih, M.Kep selaku dosen mata kuliah Maternitas yang telah memberi tugas ini. Serta teman-teman yang mengikuti mata kuliah Maternitas. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas makalah ini. Oleh karena itu kami ingin pembaca untuk memberikan kritik dan saran pada tugas makalah ini agar nantinya bisa menjadi tugas yang baik dan bermanfaat bagi para pembaca.



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR......................................................................................



ii



DAFTAR ISI.................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................



1



1.1 Latar Belakang..................................................................................



1



1.2 Tujuan...............................................................................................



2



1.3 Manfaat..............................................................................................



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................



3



2.1 Pengertian..........................................................................................



3



2.2 Manisfestasi Klinis............................................................................



3



2.3 Komplikasi........................................................................................



4



2.4 Patofisiologi......................................................................................



4



2.5 Penularan HIV dari Ibu ke anak……………………………………



5



2.6 Pemeriksaan Fisik.............................................................................



7



2.7 Penatalaksanaan Medis.....................................................................



7



2.8 Pathway............................................................................................. 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................... 11 3.1 Pengkajian......................................................................................... 11 3.2 Pemeriksaan Fisik............................................................................. 12 3.3 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................... 14 3.4 Diagnosa Keperawatan...................................................................... 14 3.5 Intervensi Keperawatan..................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleksdalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit dan kematian yang terkemuka di kalangan perempuan dan anakanak di negara-negara dengan tingkat infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang tinggi. Transmisi HIV dari ibu ke anak (Mother To Child Transmission – MCTC) adalah rute infeksi HIV pada anak yang paling signifikan. Beberapa intervensi telah terbukti efektif dalam mengurangi MTCT termasuk pilihan persalinan secara caeseran, substitusi menyusui dan terapi antiretroviral selama kehamilan, persalinan, dan pasca melahirkan. Jika intervensi ini diterapkan dengan benar maka dapat mengurangi MTCT sebesar 2% . Karena banyaknya kasus HIV/Aids pada ibu hamil,maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai HIV/Aids pada ibu hamil,sehingga dapat mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatan bagi ibu hamil dengan HIV/Aids.



1



1.2 Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Untuk memahami tentang penyakit HIV/AIDS Untuk mengetahui tanda dan gejala HIV/ AIDS Untuk mengetahui komplikasi pada ibu hamil dengan HIV/ AIDS Untuk mengetahui Patofisiologi HIV/ AIDS pada ibu hamil Untuk mengetahui pemeriksaan pada ibu hamil dengan HIV/ AIDS Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/ AIDS



1.3 Manfaat Memberi pengetahuan mengenai materi kuliah maternitas HIV pada ibu hamil, dan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah maternitas bagi mahasiswa.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan. Immune : Sistem kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan. Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare). AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002) AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention). 2.2 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Manifestasi Klinis Mayor a) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan b) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus. c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan 2. Manifestasi Klinis Minor a) Batuk kronis b) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans c) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh d) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh 2.3 Komplikasi



3



Pada klien mempunyai penyakit HIV / AIDS mempunyai komplikasi sebagai berikut 1. Tuberkulosis (TBC) 2. Salmonellosis (infeksi penyakit yang berasal dari makanan)Penderita mendapati



infeksi



bakteri



ini



dari



makanan



atau



air



yang



terkontaminasi. Tanda dan gejala termasuk diare berat, demam, mengigil, sakit perut, dan kadang-kadang muntah. Meskipun setiap orang terkena bakteri salmonella dapat menjadi sakit, tetapi salmonellosis jauh lebih banyak di derita oleh orang pengidap HIV positif 3. Cytomegalovirus (infeksi virus yang menyerang sel imun tubuh) Umumnya virus herves ini di tularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urine, air mani, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang memang dapat menonaktifkan virus, namun virus tetap aktif di dalam tubuh penderita. Jika sistem kekebalan tubuh melemah, maka virus muncul kembali dan akan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru atau organ lain penderita. 4. Herpes encephalitis (infeksi yang menyerang syaraf otak) Herpes simpleks ensefalitis (HSE) adalah penyakit akut atau sub akut, tanda-tanda yang menyebabkan disfungsi syaraf otak. Ditandai adanya gejala demam, sakit kepala, perubahan perilaku, kebingungan. 2.4 Patofisiologi HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI. Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus– virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak 4



bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang. Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik. Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika system kekebalan tubuh tertekan. Pada seseorang dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV hal tersebut dapat teradi fatal 2.5 Penularan HIV dari Ibu ke Anak Faktor Resiko 1. 2. 3. 4. 5. 6.



:



Seks Bebas Berganti-ganti pasangan Pengguna Narkoba suntik Penerima transfusi darah Tenaga medis Ibu hamil-bayi



Penularan melalui : 1. Antepartum / in utero Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu: a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan. 5



b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu. c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun. d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak. 2. Inpartum Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran. a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya). b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomy. c. Anak pertama dalam kelahiran kembar. 3. Postpartum / melalui ASI Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 1015% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari: a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran. b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya. c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi. d. Status gizi ibu yang buruk 2.6 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada wanita yang terdiagnosa HIV meliputi ; 6



1. Pengambilan riwayat ginekologis lengkap, termasuk riwayat menstruasi, obstetric , konsepsi, dan aktivitas seksual. 2. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan payudara dan pelvis 3. Pemeriksaan laboratorium: Pap Smear, kultur serviks untuk mencari adanya klamedia dan gonore. VDRI, dan tes kehamilan jika ada indikasi, 4. Mammogram untuk wanita berusia 35-39 tahun, dua tahun sekali sampai berusia 49 tahun dan kemudian setiap tahun untuk wanita yang berusia 50 tahun lebih, 5. Kolposkopi. (Richard et al. , 1997.) Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV diperiksa diagnostic fisik seperti yang dilakukan secara umum pada bayi yang baru lahir. Kelainan-kelainan yang perlu dipantau pada bayi lahir yang terinfeksi HIV antara lain gagal tumbuh (failure to thrive),tidak nafsu makan, panas yang berkepanjangan, pembesaran kelenjar, pembesaran hepar, pembesaran limpa, perkembangan yang terlambat karena menderita enselofati progresif. Juga dapat diperiksa adanya antibody HIV maupun darah tepi. Semua bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan menunjukkan antibody HIV imunoglobulli dalam darahnya, sehingga reaksi Elisa dan Western Blot akan menunjukkan hasil yang positif. Adanya antibody ini pada bayi baru lahir belum tentu menandakan bahwa bayi sudah terinfeksi HIV. Antibodi HIV ini perlu dimonitor setiap 3 bulan sampai bayi berumur 15 bulan. Bila antibody ini tetap ada pada umur >15 bulan,menandakan bahwa bayi terinfeksi HIV. Jika status HIV mau diketahui sebelumnya dengan pasti,perlu diperiksa antigen HIV. Tetapi tes ini sangat mahal 2.7 Penatalaksanaan Medis Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu : 1. Pengendalian infeksi oportunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis. 2. Terapi AZT (Azidotimidin)



7



Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase. 3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya.Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut. 4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV. 5. Rehabilitasi Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat. 6. Pendidikan Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.



8



2.8 Pathway



9



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Identitas pasien Nama, Umur, No. reg, Agama, Pendidikan terakhir, Tanggal



MRS,



Tanggal Pengkajian 2. Keluhan Klien Utama, Saat MRS, dan Saat Pengkajian 3. Riwayat Penyakit Pada ibu dengan HIV biasanya penyakit yang diderita beragam, antara lain : demam, faringitis, limfadenopati, letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa dan ulkus makokutan 4. Riwayat Kesehatan Keluarga HIV biasanya diturunkan dari orang tua maupun ditularkan dari suami penderita. 5. Riwayat Psikososial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS. Tanda : Perubahan interaksi. 6. Riwayat Perkawinan Perkawinan ibu dengan HIV seringkali ditemui dengan ibu atau suami menikah lebih dari sekali. Perencanaan kehamilan akan berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini dan bayinya nantinya, ibu merasa gelisah dn gemas apabila keluhan yang dirasakan oleh ibu akan mengganggu kehamilannya. 7. Pola Kesehatan Sehari-hari a. Nutrisi Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema b. Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi



10



Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine. c. Personal Hygine Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. d. Aktifitas dan Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). e. Aktifitas Seksual Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami sebelum dan selama kehamilan. 3.2 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Tekanan Darah : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan tekanan darah dengan ibu hamil normal Respiratory Rate : pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan jumlah pernapasan. Nadi : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nadi dengan ibu hamil normal. Suhu : suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan fase laten akan mengalami demam . 2. Pemeriksaan Mulut Mukosa bibir kering, caries gigi. Pada pasien HIV stadium klinis 2 terjadi ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat kandidiasis oris (pada rongga mulut terdapat pseudomembran yang berwarna putih krem sampai keabu-abuan. Periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar rongga mulut) (Nasronudin, 2007). 3. Pemeriksaan Dada Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi kelainan organ pernafasan ( apabila sudah terjadi TB pulmonar dan PCP (Pneumocystis



Carinii



Pneumonia)



manifestasi



dari



HIV/AIDS.



Pada pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati (pembengkakan kelenjar limfe) (Nasronudin, 2007) 4. Pemeriksaan Abdomen Ada luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV mencegah penularan ibu ke bayi. Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai 11



dengan umur kehamilan. Hal tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin. 5. Pemeriksaan Integumen Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan kelainan kulit lainnya akibat infeksi jamur. 6. Pemeriksaan Ekstremitas Pada stadium II terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku. 7. Pemeriksaan Genetalia Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervagina lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan adanya infeksi candida yang menyebabkan flour albus (Nasronudin, 2007). 8. Pemeriksaan Neurologis Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.



3.3 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu: 1. Pemeriksaan Laboratorium 2. Tes Antibody 3. Pelacakan H yang terdiri dari: a. Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4 Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi dan Tes PHS b. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium, Biopsi 3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi 2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme 3. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih 4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi 5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan (penularan cairan dari ibu ke anak) 3.5 Intervensi Keperawatan 12



Diagnosa



Intervensi Keperawatan



Keperawatan Hipertermia



1. Monitor Suhu tubuh klien Rasional : Menentukan tindakan selanjutnya dan



berhubungan dengan



proses



infeksi



Defisit



aksila. Rasional



Nutrisi



berhubungan dengan peningkatan kebutuhan



:



Kompres



dingin



membantu



untuk



menurunkan suhu tubuh 3. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Rasional : Mencegah dehidrasi akibat hipertermi 1. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien 2. Identifikasi makanan yang disukai Rasional : Makanan yang disukai klien untuk Memperbaiki nafsu makan klien. 3. Berikan makanan tinggi serat Rasional : Untuk mencegah konstipasi. 4. Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : Ahli gizi berperan penting untuk perbaikan



metabolisme



nutrisi klien 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia Rasional : Menentukan tindakan selanjutnya 2. Monitor intake dan output cairan Rasional : Sebagai informasi status keseimbangan



Resiko Hipovolemia berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih



Defisit pengetahuan berhubungan dengan



mengontrol penyebaran infeksi 2. Berikan kompres dingin pada dahi, leher, dada, dan



cairan



untuk



menetapkan



kebutuhan



pengganti. 3. Hitung kebutuhan cairan Rasional : Menetapkan kebutuhan cairan pengganti 4. Berikan asupan cairan oral Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yg keluar. 5. Kolaborasi pemberian IV isotonis (NaCl, RL) Rasional : Membantu mengganti cairan yang keluar. 4. Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan



kurang



terpapar informasi



cairan



baik



Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi 5. Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan Rasional : Mengontrol pengobatan 6. Libatkan keluarga untuk dukungan



program 13



pengobatan yang dijalani Rasional : Keluarga sebagai pendukung pasien untuk lekas pulih 7. Informasikan program pengobatan yang harus dijalani Rasional : Menambah pengetahuan klien tentang pengobatan yang dijalani



Resiko



infeksi



berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan (penularan



cairan



dari ibu ke anak)



1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Rasional : Mencegah Infeksi secara dini 2. Anjurkan keluarga pasien untuk Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien Rasional : Meminimalisir transmisi bakteri 3. Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi Rasional : Menghindari infeksi nosocomial. 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada pasien dan keluarganya Rasional : Memungkinkan perawat dan keluarga mengetahui infeksi segera.



14



DAFTAR PUSTAKA



Nursalam dan Ninuk Dian Kurniawati. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika Departemen



Kesehatan



Republik



Indonesia.



1997.



AIDS



dan



Penanggulangannya. Jakarta : The Ford Foundation dan Studio Driya Medika PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI http://perawatbaru.blogspot.com/2017/04/asuhan-keperawatan-ibu-hamildengan.html. Diakses pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 22.34. https://id.scribd.com/doc/310439392/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-HamilDengan-Gangguan-Hiv. Diakses pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 07.21.



15