Askep Hiv [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP HIV/AIDS DENGAN PENYLAHGUNAAN NAPZA DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 ANGGOTA: SITI BULAN TARINA NURUL IZZAH



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat hidayah dan rahmat-nya sehingga penyusun dapat Meyelesaikan makalah yang berjudul “Askep HIV/AIDS dalam Penggunaan Napza”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan HIV/AIDS. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan memberikan manfaat pada pembaca sekalian. Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam pengetahuan mengenai dengan “Askep HIV/AIDS dalam Penggunaan Napza”. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun bahasanya, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.



Lhokseumawe, 01 Juni 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI



Kata Pengantar ..................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................... ii



BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2



BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 2.1 Pengertian ........................................................................................................ 3 2.2 Jenis-Jenis Narkotika ...................................................................................... 3 2.3 Penyalahgunaan Narkotika.............................................................................. 4 2.4 Faktor penyebab penyalahgunaan Narkoba .................................................... 4 2.5 Proses Penyebaran HIV Dengan Penyalahgunaan NAPZA............................ 7 2.6 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan ....................................................... 8 2.7 Asuhan Keperawatan ...................................................................................... 9



BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14 3.2 Saran ................................................................................................................ 14



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak Koran dan majalha serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun) seperti menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (Depkes,2001). Penyebab banyaknya pemakaian zata tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadang kala disebabkan karena faktor individu, factor keluarga dan factor lingkungan. Factor individu yang tampak lebih pada kepribadaan individu tersebut; factor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; factor lingkungan lebih pada kurang positif sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpeduliaan masyarakat tentang NAPZA (Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari factor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksitasi zat dan withdrawal. Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit



khususnya upaya terapi dan rehabilitasi



sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (Depkes,2001). Berdasarkan pemasalahan yang terjadi diatas, maka perluhnya peran serta tenaga kesehatan khiususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawata meningkatkan kemampuan merawat 1



klien dengan menggunakan pendekatan prosese keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.



1.2 Tujuan 1. Untuk memahami Pengertian NAPZA 2. Untuk memahami Jenis-Jenis Narkotika 3. Untuk memahami Penyalahgunaan Narkotika 4. Untuk memahami Faktor penyebab penyalahgunaan Narkoba 5. Untuk memahami Proses Penyebaran HIV Dengan Penyalahgunaan NAPZA 6. Untuk memahami Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan 7. Untuk memahami Asuhan Keperawatan



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika) Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah terjadinya masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (stuart dan sundeen, 1995). 2.2 Jenis-Jenis Narkotika 1.Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw, kokain, ganja. 2.Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.



3



3.Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein. 2.3 Penyalahgunaan Narkotika 



Golongan Narkotika







OPIOID (OPIAD) Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver



somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid). Efek samping yang ditimbulkan Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis. 2.4 Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain: 1. Ingin terlihat gaya Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.



4



2. Solidaritas Kelompok Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan. 3. Menghilangkan rasa sakit Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat terlarang. 4. Coba-coba / penasaran Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti. 5. Menyelesaikan Masalah Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak. 6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.



5



Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.diantaranya : 1. Dampak Fisik: Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi 



Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,



gangguan peredaran darah







Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim







Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru







Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur







Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual







Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)







Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya







Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian



6



2. Dampak Psikologi: 



Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah







Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga







Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal







Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan







Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri







Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan







Merepotkan dan menjadi beban keluarga







Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan



mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll. 2.5 Proses Penyebaran HIV Dengan Penyalahgunaan NAPZA Perilaku penyalahgunaan NAPZA terhadap penyebaran virus HIV/AIDS adalah sebagai berikut: 1. Penyebaran melalui jarum suntik Penggunaan narkoba yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui jarum suntik, terutama dengan menggunakan jarum suntik bersamaan dapat menimbulkan penularan penyakit HIV. Karena jika menggunakan jarum suntik, jarum itu belum tentu steril dari virus-virus berbahaya contohnya HIV. 2. Penyebaran melalui alcohol dan obat narkotika 7



Kecanduan pada minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang dapat mempengaruhi akal atau fungsi kognitif seseorang. Seseorang yang mabuk (sakaw) sulit berfikir jernih dan mengambil keputusan yang tidak tepat. selain itu mereka juga mengalami peningkatan hasrat seksual dan mereka susah untuk mengontrolnya karena ketidaksadaran diri rendah, sex bebas inilah yang dapat menimbulkan penyebaran HIV/AIDS. 3. Efek biologis dari obat-obatan Penyelahgunaan NAPZA dan kecanduan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang secara keseluruhan membuat tubuh lebih rentan pada HIV atau orang yang terkena HIV dapat memperburuk kondisinya. Penelitian telah membuktikan bahwa kerusakan sel-sel saraf di otak lebih besar pada ODHA yang mengkonsumsi narkoba dibanding yang tidak. 2.6 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini : a.



Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakantindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.



b.



Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui



8



harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri. c.



Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll.



d.



Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.



2.7 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut: 



Kaji situasi kondisi penggunaan zat:



-



Kapan zat digunakan.



-



Kapan zat menjadi lebih sering digunkan / mulai menjadi masalah.



-



Kapan zat dikurangi / dihentikan, sekalipun hanya sementara.







Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat.



-



Berbagi peralatan suntik.



-



Perilaku seks yang tidak nyaman.



-



Menyetir sambil mabuk.



-



Riwayat over dosis.



9



-



Riwayat serangan (kejang) selama putus zat.







Kaji pola penggunaan.



-



Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam).



-



Penggunaan selama seminggu.



-



Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV).



-



Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan melalui rumah Bandar).



-



Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai).



-



Adanya pikiran pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakalan ngerusak” atau “Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”).



-



Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan).



-



Adanya factor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau stress yang berkepanjangan).







Kaji hal baik / buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak menggunakan.



2. Diagnosa Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul: 1) Harga diri rendah. 2) Koping mal adaptif. 3) Resiko mencederai diri.



10



3. Intervensi Diagnosa NANDA



NOC



NIC



Harga diri rendah



Tujuan: Body image, disiturbed Personal identity, disturbed Kriteria Hasil: Adaptasi terhadap ketunadayaan fisik: respon adaptif klien terhdap tantangan fungsional penting akibat ketunadayaan fisik.



Self Esteem Enhancement Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya.



Menunjukkan penilaian pribadi tentang harga diri.



Ketidakefektifan koping



Mengungkapkan penerimaan diri. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, klien dapat menyelesaikan masalah Kriteria Hasil: Mengidentifikasi pola koping yang efektif.



Ajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusi. Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negative. Counseling Gunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien. Konseling Jelaskan tentang tujuan dari konseling.



Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi. Berikan pujian untuk keterampilan yang baru. Peningkatan Koping Menggunakan strategi Kenali dampak situasi koping yang efektif. kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan. Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri. Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan.



11



Resiko diri



mencederai Tujuan: Impulse control diri Abuse recorvery Kriteria Hasil: Mengidentifikasi perilaku impulsive berbahaya.



Aktif Mendengarkan Dorong ekspresi perasaan. Tampilkan kesadaran dan sensitifitas terhadap emosi.



Tentukan makna pesan dengan merenungkan sikap, Mengidentifikasi pengalaman masa lalu dan perasaan yang mengarah situasi saat ini. ke tindakan impulsive. Perjelas pesan melalui Menggunakan dukungan penggunaan pertanyaan dan social yang tersedia. umpan balik



4. Implementasi



1) Harga Diri Rendah Self Esteem Enhancement 



Mendorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya.







Mengajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusi.







Memonitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negative.



Counseling 



Menggunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien.



2) Ketidakefektifan Koping. Konseling 



Menjelaskan tentang tujuan dari konseling.







Menggunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi.



12







Memberikan pujian untuk keterampilan yang baru.



Peningkatan Koping 



Mengenali dampak situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan.







Menentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri.







Mengevaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan.



3) Resiko Mencederai Diri Aktif Mendengarkan 



Mendorong ekspresi perasaan.







Menampilkan kesadaran dan sensitifitas terhadap emosi.







Menentukan makna pesan dengan merenungkan sikap, pengalaman masa lalu dan situasi saat ini.







Memperjelas pesan melalui penggunaan pertanyaan dan umpan balik



5. Evaluasi 1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien. a) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. b) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian. c) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. 2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga. a) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas. b) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan aktivitas.



13



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya. Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. 3.2 Saran -



Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya bahaya narkoba di lingkungan sekitar kita.



-



Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang bahaya narkoba.



-



Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai bahaya narkoba dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas, agar upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilaksanakan dalam tugas bersama.



-



Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.



-



Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAKPADA NARKOBA”.



14



DAFTAR PUSTAKA Hidayat, dkk . 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba.



Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta. Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: DepartemenKesehatanRI.



Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat.



15