Askep Komunitas HIV [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN HIV DAN AIDS



DI SUSUN OLEH :



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Makalah “Asuhan Keperawatan HIV” merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia. Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.



(Penulis)



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL



....................................................................................



i



KATA PENGANTAR



.................................................................................



ii



.................................................................................................



iii



DAFTAR ISI BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang .......................................................................... B. Rumusan Masalah ..................................................................... C. Tujuan ....................................................................................... BAB II



TINJAUAN TEORITIS



Konsep Dasar Medis ................................................................... Definisi ................................................................................. Etiologi .............................................................................. Klasifikasi ............................................................................ Patofsiologi ........................................................................ WOC ................................................................................. Manisfetasi klinis .............................................................. Pemeriksaan penunjang ...................................................... Penatalaksanaan .................................................................. Komplikasi ......................................................................... A. Asuhan Keperawatan ................................................................. Pengkajian ........................................................................... Diagnosa keperawatan .......................................................... Intervensi ................................................................................. BAB III A. B. C. D. E. F.



1 2 2



4 4 4 5 6 8 9 11 11 13 14 14 18 19



TINJAUAN KASUS Pengkajian ........................................................................... Analisa data .............................................................................. Diagnosa keperawatan ........................................................... Intervensi .............................................................................. Implementasi .......................................................................... Evaluasi ....................................................................................



24 27 29 30 34 34



BAB IV PEMBAHASAN A. B. C. D.



Pengkajian ........................................................................... Diagnosa keperawatan .................................................................. Intervensi ................................................................................. Implementasi ..........................................................................



iii



39 39 39 39



E. Evaluasi



..................................................................................



39



A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ..............................................................................................



40 40



BAB V



PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA



..............................................................................



iv



41



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah



terkena



tumor.



Meskipun penanganan



yang telah



ada



dapat



memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981. Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal



9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan HIV ? 2. Apa saja etiologi dari HIV ? 3. Bagaimana klasifikasi HIV ? 4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ? 5. Bagaimana WOC HIV ? 6. Apa saja manifestasi klinis HIV ? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ? 8. Apa saja penatalaksanaan HIV ? 9. Apa saja komplikasi HIV ? 10. Apa saja asuhan keperawatan HIV



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS



A.Konep Dasar Medis 1. Definisi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain: a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999). b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005) HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi. 2. Etiologi AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain



penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek. Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut : a. Hubungan seksual, dengan risiko



penularan 0,1-1% tiap hubungan



seksual b. Melalui darah, yaitu: 1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 902) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 4) Transmisi dari ibu ke anak : a) Selama kehamilan b) Saat persalinan, risiko penularan 50% c) Melalui air susu ibu(ASI)14%



3. Klasifikasi Pada



tahun



1990,



World



Health



Organization



(WHO)



mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat. a.



Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS



b.



Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang



c.



Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.



5



d.



Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.



Sistem



tahapan



infeksi



HIV



AIDS



menurut



WHO



4. Patofsiologi Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan



6



menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif. Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.



Seseorang yang terinfeksi Human



Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS



7



5. WOC Virus HIV



Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B



Merusak seluler



Immunocompromise



HIV- positif ? Invasi kuman patogen



Flora normal patogen Organ target



Infek si



Gatal, sepsis, nyeri



Sensori



Gangguan penglihatan dan pendengaran



Gangguan sensori



Penyakit anorektal



Tidak efektif pol napas



Disfungsi biliari



Dermatologi



Gangguan body imageapas



8



Respiratori



Gangguan pola BAB



Hepatitis



Nutrisi inadekuat



Diare



Cairan berkurang



Ensepalopati akut



hipertermi



Aktivitas intolerans



Kompleks demensia



Gangguan mobilisasi



Cairan berkurang



Nutrisi inadekuat



Lesi mulut



Gastrointestinal



Gangguan rasa nyaman : nyeri



Manifestasi saraf



Gangguan rasa nyaman : nyeri



Manifestasi oral



Tidak efekti bersihan jalan napas



Reaksi psikologis



6. Manisfetasi Klinis Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO Stadium Gambaran Klinis I 1. Asimptomatik



Skala Aktivitas Asimptomatik , aktifitas normal



II



2. Limfadenopati generalisata 1. 1. Berat badan menurun < 10 %



Simptomatik , aktifitas



2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan



normal



seperti , dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis



,ulkus



oral



yang



rekuren ,kheilitis angularis 3. Herpes zoster dalam 5 tahun 4. terakhir 5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti III



,sinusitis bakterialis 1. Berat badan menurun < 10% 2. Diare kronis yang berlangsung



Pada umumnya lemah , aktivitas ditempat tidur kurang dari 50%



3. lebih dari 1 bulan 4. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 3. Kandidiasis orofaringeal 4. Oral hairy leukoplakia 5. TB paru dalam tahun terakhir 6. Infeksi bacterial yang berat seperti IV



pneumonia, piomiositis 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat didefinisikan oleh CDC



9



lemah , aktivitas



2. Pnemonia Pneumocystis carinii



ditempat tidur lebih dari 5



3. Toksoplasmosis otak 4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan 5. Kriptokokosis ekstrapulmonal 6. Retinitis virus situmegalo 7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan 8. Leukoensefalopati multifocal progresif 9. Mikosis



diseminata



seperti



histoplasmosis 10. Kandidiasis di esophagus ,trakea , bronkus , dan paru 11. Mikobakterisosis atipikal diseminata 12. Septisemia salmonelosis non tifoid 13. Tuberkulosis diluar paru 14. Limfoma 15. Sarkoma Kaposi 16. Ensefalopati HIV



7. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita : 1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV : 10



a) ELISA b) Western blot c) P24 antigen test d) Kultur HIV 2) Tes untuk deteksi gangguan system imun. a) Hematokrit. b) LED c) CD4 limfosit d) Rasio CD4/CD limfosit e) Serum mikroglobulin B2 f) Hemoglobulin b. Diagnostik Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah : 1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS. 2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan. 3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi. 4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen. 8. Penatalaksanaan a. Medis Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) : 1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi



11



penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. 2) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan



Human



Immunodeficiency



Virus



(HIV)



positif



asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 3) Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : a) Didanosine b) Ribavirin c) Diedoxycytidine d) Recombinant CD 4 dapat larut 4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan



keahlian



dibidang



proses



keperawatan



dan



penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. b. Non Medis Melakukan konseling yang bertujuan untuk : 1) Memberikan dukungan mental-psikologis 2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko. 3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh yang baik. 4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan



dengan



penyakitnya, 12



antara



lain



bagaimana



mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.



9. Komplikasi a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,



peridonitis



Human



Immunodeficiency



Virus



(HIV),



leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat b. Neurologik 1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social 2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial 3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. 4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) c. Gastrointestinal 1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. 3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan d.



sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. Respirasi



13



Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas. e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis. f. Sensorik 1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan 2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri. B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Demografi Nama klien Umur Diagnosa Medik Tanggal Masuk Alamat Suku Agama Pekerjaan Status perkawinan Status pendidikan



: : : : : : : : : :



b. Riwayat Penyakit 1) Keluhan Utama Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare 2) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare 3) Riwayat Penyakit Terdahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien. 5) Keluhan waktu di data Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada leher. c. Pemeriksaan fisik



14



1) Aktivitas/istirahat a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur. b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan. 2) Sirkulasi a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera. b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler. 3) Integritas ego a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi. b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang. 4) Eliminasi a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine. 5) Makanan/cairan a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif. b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema. 6) Hygiene a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. 7) Neurosensori



15



a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal). b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat. 8) Nyeri/kenyamanan a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis. b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.



9) Pernapasan a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada. b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning 10) Keamanan a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam. b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan



16



sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodulnodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak,



paha).menurunnya



kekebalan



imim,



tekanan



otot,



perubahan pada gaya berjalan. 11) Seksualitas a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan. b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes) 12) Interaksi social a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya



pada



orang



lain,



takut



akan



penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi. 13) Penyuluhan/pembelajaran a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol. b) Pertinbangan rencana keuangan,



pemulangan:



obat-obatan/tindakan,



memerlukan perawatan



bantuan kulit/luka,



peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.



2. Dianosa Keperawatan a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.



17



b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake



yang



kurang,



meningkatnya



kebutuhan



metabolic,



dan



menurunnya absorbsi zat gizi. e. Diare berhubungan dengan infeksi GI f.



Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.



18



3. Intervensi dan Rasional



No 1



Diagnosa Keperawatan Resiko



Perencanaan Keperawatan Tujuan dan criteria hasil



tinggi Pasien akan bebas infeksi



infeksi



oportunistik



berhubungan



komplikasinya



dengan



kriteria tak ada tanda-tanda



imunosupresi,



infeksi baru, lab tidak ada



malnutrisi dan pola infeksi hidup beresiko.



Intervensi 1.



dan 2. dengan



oportunis,



Monitor tanda-tanda infeksi baru. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum



1. Untuk pengobatan dini 2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit. 3. Mencegah bertambahnya infeksi



meberikan tindakan. 3.



Anjurkan pasien metoda mencegah



tanda



terpapar



yang vital dalam batas normal,



patogen.



tidak ada luka atau eksudat.



Rasional



4.



terhadap



lingkungan yang



4. Meyakinkan



diagnosis



akurat



dan



pengobatan 5. Mempertahankan kadar darah yang terapeutik



Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.



5.



Atur pemberian antiinfeksi sesuai order



2



Resiko infeksi



tinggi Infeksi



HIV



(kontak ditransmisikan,



tidak 1. tim



pasien)



kesehatan



memperhatikan



berhubungan



universal



precautions



Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.



19



1. Pasien



dan



keluarga



mau



dan



memerlukan informasikan ini 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke



dengan infeksi HIV, dengan adanya



patogen



1.



kegiatan, dengan kriteria dyspnea



berhubungan



3.



meningkatkan kebutuhan metabolik



Jadwalkan



perawatan



pasien



sehingga tidak mengganggu isitirahat.



nutrisi Pasien mempunyai intake 1. dari kalori dan protein yang



Monitor kemampuan mengunyah 1. Intake menurun dihubungkan dengan dan menelan.



tubuh adekuat untuk memenuhi kebutuhan



metaboliknya 2.



dengan intake yang dengan kriteria mual dan kurang,



Berikan bantuan perawatan yang



1. Respon bervariasi dari hari ke hari 2. Mengurangi kebutuhan energy 3. Ekstra istirahat perlu jika karena



pasien sendiri tidak mampu



kelelahan.



kebutuhan



Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas



dan 2.



malnutrisi,



kurang



pasien.



Gunakan masker bila perlu.



pertukaran oksigen, takikardi selama aktivitas.



Perubahan



merawat



seperti TBC.



dengan kelemahan, bebas



4



bial



orang lain



lain



Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam berhubungan



Gunakan darah dan cairan tubuh precaution



tidak terpapar HIV, tidak



dapat terinfeksi



ditransmisikan.



3



kontak 2.



infeksi pasien dan tim kesehatan



nonopportunisitik yang



kriteriaa



3.



muntah dikontrol, pasien 4.



Monitor BB, intake dan ouput Atur antiemetik sesuai order Rencanakan diet dengan pasien dan



20



nyeri tenggorokan dan mulut 2. Menentukan data dasar 3. Mengurangi muntah 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien



meningkatnya



makan



kebutuhan



albumin dan protein dalam



metabolic,



5



dan batas



TKTP, n



serum



ormal,



BB



menurunnya



mendekati seperti sebelum



absorbsi zat gizi.



sakit.



Diare berhubungan Pasien merasa nyaman dan dengan infeksi GI



mengnontrol



orang penting lainnya.



1.



diare,



kriteria perut lunak, tidak



Atur agen antimotilitas dan psilium



efektif Keluarga



3.



(Metamucil) sesuai order 4.



dengan tentang



atau



orang 1. lain



mempertahankan cemas sistem



2. Hipermotiliti mumnya dengan diare 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal 4. Untuk menghilangkan distensi



Berikan ointment A dan D, vaselin



dan



kebutuhannya



Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya



suport adaptasi



2.



keadaan terhadap perubahan akan



yang orang dicintai.



1. Mendeteksi adanya darah dalam feses



atau zinc oside



keluarga penting



berhubungan



frekuensi



Auskultasi bunyi usus



hilang,



koping



dan



komplikasi minimal dengan 2.



warna normal, kram perut



Tidak



konsistensi



feses dan adanya darah.



tegang, feses lunak dan



6



Kaji



dengan 3.



kriteria pasien dan keluarga



Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.



21



1. Memulai



suatu



hubungan



dalam



bekerja secara konstruktif dengan keluarga. 2. Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas 3. Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.



berinteraksi dengan cara yang konstruktif



22



BAB. III TINJAUAN KASUS



Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn Y mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di diagnosa mengidap penyakit HIV. A. Pengkajian 1. Data Demografi Nama klien Umur Diagnosa Medik Tanggal Masuk Alamat Suku Agama Pekerjaan Status perkawinan Status pendidikan



: Tn Y : 38 th : HIV - AIDS : 7 November 2014 : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru : Batak : Islam : Guru : Duda : Sarjana Pendidikan



2. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg b. Riwayat Penyakit Terdahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien. d. Keluhan waktu di data



Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014 ditemukan benjolan pada leher. 3. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas/istirahat 1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur. 2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan. b. Integritas ego 1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi. 2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang. c. Eliminasi 1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. 2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine. d. Makanan/cairan 1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif. 2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema. e. Hygiene 1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. f. Neurosensori 1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,



24



tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal). 2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat. g. Nyeri/kenyamanan 1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis. 2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.



h. Pernapasan 1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada. 2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning i. Interaksi social 1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang



terdekat,



mengungkapkannya



teman,



pada



pendukung.rasa orang



lain,



takut takut



untuk akan



penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. 2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi. 4. Hasil Lab a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600. b. LISA ( +) c. Western Blot (+)



25



B. Analisa data No 1



Sumber Data



Etiologi



Objektif :  Pasien mengatakan diare  Pasien mengatakan demam  Pasien mengatakan capek  Pasien mengatakan mudah



Virus HIV



lelah  Pasien mengatakan letih  Pasien mengatakan lesu  pasien mengatakan berkeringat malam hari Subjektif :  TTV : TD : 130/80 N : 80x/menit S : 39 C RR : 26x/menit  Pasien tampak lesu  Pasien tampak tidak segar  Pasien mengalami berat badan



Merusak seluler Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B Immunocompromise Invasi kuman pathogen Organ target Gastrointestinal



menjadi 54 kg  Pasien tampak sering BAB /



   



Diare terlihat



Keperawatan Resiko tinggi terhadap kekurangan



menurun derastis dari 60 kg



diare  Pasien



Masalah



perubahan Cairan berkurang



pada tekanan darah pasien terlihat pucat pasien terlihat sianosis n pasien mengalami diare pasien mengalami perubahan



jumlah dan warna urin  pasien anoreksia  turgor kulit pasien terlihat 26



cairan



volume



buruk



2



Subjektif : :



Virus HIV



 Pasien mengatakan capek  Pasien mengatakan mudah lelah  Pasien mengatakan letih  Pasien mengatakan lesu  Pasien tidak nafsu makan



Perubahan



kurang dari kebutuhan Merusak seluler



tubuh



Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,



Objektif



limfosit B



 Pasien tampak lesu  Pasien tampak tidak segar  Pasien mengalami berat badan



Immunocompromise



menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg  Porsi makan klien tidak habis  Pasien mengalami kelemahan



Invasi kuman pathogen Organ target



otot  Pasien terlihat pucat  Pasien terlihat sianosis  Pasien anoreksia



Gastrointestinal anoreksia



3



Subjektif :  Pasien mengatakan



Virus HIV mudah



sakit-sakitan  Pasien mengatakan demam  Pasien mengatakan gampang terserang flu  Pasien mengatakan pusing  Pasien mengatakan pusing, sakit kepala  Pasien mengatakan



Merusak seluler Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B



rasa Immunocompromise



terbakar pada kaki  Pasien mengatakan nyeri dada pleuritis  Pasien



mengatakan



nutrisi



Invasi kuman pathogen



berkeringat malam hari Objektif :  TTV : TD: 130/80 N: 80x/menit S: 39 C



Organ target



Infeksi



27



Infeksi



RR : 26x/menit  Pasien teraba benjolan di daerah leher  Hasil pemeriksaan



fisik



didapatkan sel-T CD4+ = 100 sel/ mm3  Pasien mengalami Takikardia  Pasien mengalami nyeri panggul  Pasien mengalami



nyeri



abdomen



C. Diagnosa 1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat 3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS



28



D. Intervensi Dan Evaluasi No 1



Diagnosa Keperawatan Resiko



Tujuan



tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan



terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan :



Intervensi Mandiri : 1. Pantau



volume cairan b.d   output yang  berlebihan 



Diare (-) Demam (-) Pasien tidak mudah lelah TTV : TD: 120/80 N: 80x/menit S: 37 C RR : 20x/menit  berat badan pasien naik dari 54 kg       



menjadi 54+ kg BAB / diare (-) pasien tidak terlihat pucat sianosis (-) pasien tidak pingsan umlah dan warna urin normal anoreksia (-) Turgor kulit baik / lembab



Rasional



TTV,



termasuk



CVP



bila



1. Indicator dari volume cairan sirkulasi



terpasang. Catat hipertensi, termasuk perubahan postural.



2. Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan yang



2. Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai



dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan cairan tak kasat mata



indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan. 3.



Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.



3. Indicator tidak langsung dari status cairan. 4. Mempertahankan



keseimbangan



cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membrane mukosa.



4. Pantau pemasukan oral dan memasukka cairan sedikitnya 2500 ml/hari.



1. Mungkin diperlukan untuk mendukung /



memperbesar



volume



sirkulasi,



terutama jika pemasukan oral tak



29



Kolaborasi : 1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang pemberi makanan / IV



adekuat, mual/muntah terus menerus. 2. Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan 3. Membantu mengurangi demam dan respons



hiper



metabolism,



menurunkan kehilangan cairan tak 2.



Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,



kasat mata.



mis.. : HB/HT 3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen



2



Perubahan kurang



nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan dari selama 3 x 24 jam, diharpkan :



kebutuhan tubuh b.d   intake yang tidak  adekuat 



Pasien tidak mudah lelah Pasien tidak letih Pasien tidak lesu Nafsu makan bertambah, porsi



makan habis  Pasien dapat menverna makanan dengan baik  Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54+ kg  pasien tidak terlihat pucat  pasien tidak sianosis  pasien tidak anoreksia



Mandiri : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.



1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus dapat



menyebabkan



disfagia,



penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi



2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometrik. 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin 4. Catat pemasukan kalori



30



keinginan untuk makan. 2. Indicator kebutuhan



nutrisi



/



pemasukan yang adekuat. Catatan : karena adanya penekanan system imun, maka beberapa tes darah yang umumnya digunakan untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna. 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan perasaan sehat



4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap Kolaborasi :



suplemen atau alternative metode pemberian makanan 1. Mungkin



1. Pertahankan



status



puasa



jika



di



indikasikan



untuk



menurunkan muntah 2. Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan



2. Suplemen vitamin.



diperlukan



pemasukan



makanan



dan/atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam system gi



3



Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan



Mandiri :



virus HIV-AIDS



1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.



selama 3 x 24 jam, diharapkan :     



Demam (-) Pusing (-) rasa terbakar pada kaki hilang nyeri dada pleuritis (-) TTV



TD: 120/80



1. Untuk pengobatan dini mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen



2. Gunakan teknik aseptik pada setiap



yang diperoleh di rumah sakit. 2. Mencegah bertambahnya infeksi



tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. 2. Berikan lingkungan yang bersih dan



N: 80x/menit



berventilasi baik. Periksa pengunjung /



S: 37 C



staf



RR : 20x/menit



pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi



terhadap



 benjolan di daerah leher (-)



31



tanda



infeksi



dan



3. Mencegah bertambahnya infeksi



     



Lesi (-) Kejang (-) Dipsnea (-) nyeri panggul (-) nyeri abdomen (-) tremor (-)



Kolaborasi :



1. Dilakukan



1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum



untuk



mengidentifikasi



penyebab demam, diagnose infeksi organism, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai 2. Menghambat proses infeksi. Obat-



2. Berikan antibiotic antijamur / agen antimikroba,



missal



:



trimetroprim



(bactrim, septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, AZT/retrovir



pentamidin



atau



obatan



lainnya



meningkatkan



ditargetkan fungsi



untuk imun.



Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk menghalangi memungkinkan



enzim virus



yang memasuki



material genetis sel T4 sehingga dapat memperlambat



perkembangan



penyakit



E. Implementasi Dan Evaluasi No 1



Tanggal 7 November 2014



No Dx 1



Implementasi



Evaluasi (SOAP)



1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. mencatat



hipertensi,



termasuk



perubahan



postural.



32



S:  Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.  Pasien mengatakan sudah tidak demam



Tanda Tangan



 Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah



Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi normal



lelah O:



2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam. memberikan kompres hangat sesuai indikasi. mempertahankan



pakaian



tetap



kering.



mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme



   



Diare (-) Demam (-) Pasien tidak mudah lelah Pasien tidak berkeringat malam hari



TTV : TD : 120/80 N : 80x/menit



3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus. Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /



RR : 20x/menit  berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5



lembab



3. Memantau pemasukan oral dan memasukka cairan sedikitnya 2500 ml/hari. Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi



S : 37 C



rasa



haus,



dan



melembabkan



membrane mukosa.



      



kg BAB /diare (-) pasien tidak terlihat pucat sianosis (-) pasien tidak pingsan umlah dan warna urin normal anoreksia (-) Turgor kulit baik / lembab



A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah



4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang pemberi makanan / IV 33



teratasi P : intervensi dihentikan



hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien tidak anoreksia



5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi, mis.. : HB/HT hasil : kebutuhan cairan adekuat



6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen hasil : membantu mengurangi demam dan respons



hiper



metabolism,



menurunkan



kehilangan cairan tak kasat mata



2



8 November 2014



2



1. Mengkaji



kemampuan



untuk



mengunyah,



merasakan, dan menelan. Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna makanan dengan baik, dan dapat menelan 2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometrik.



34



S:  Pasien tidak mengeluh lemah lagi O:        



Pasien tidak mudah lelah Pasien tidak letih Pasien tidak lesu Nafsu makan bertambah, porsi makan habis Pasien dapat menverna makanan dengan baik Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg pasien tidak terlihat pucat pasien tidak sianosis



Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg



 pasien tidak anoreksia A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi sebagian.



3. Mendorong



aktivitas



fisik



sebanyak



fisik



mungkin Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien



P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2 kolaborasi



menjadi lebih sehat 4. Mencatat pemasukan kalori Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi 5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan Hasil : muntah berkurang 6. Memberikan suplemen vitamin. Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi



3



9 November 2014



3



S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.



1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman pathogen di RS 2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. Hasil : tidak terjadi infeksi



35



O:     



Demam (-) Pusing (-) Rasa terbakar pada kaki hilang Nyeri dada pleuritis (-) Pasien sudah tidak berkeringat malam hari



3. Memberikan



lingkungan



yang



bersih



dan



berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf



TTV :



terhadap



TD: 120/80



tanda



infeksi



dan



pertahankan



kewaspadaan sesuai indikasi Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih parah 4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi



5. Memberikan



antibiotic



antijamur



/



agen



N: 80x/menit S: 370 C RR : 20x/menit       



benjolan di daerah leher (-) Lesi (-) Kejang (-) Dipsnea (-) nyeri panggul (-) nyeri abdomen (-) tremor (-)



antimikroba, missal : trimetroprim (actrim,



A : masalah infeksi sudah teratasi



septra),



P : intervensi dihentikan



nistatin



(mycostatin),



ketokonazol,



pentamidin atau AZT/retrovir Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak terjadi infeksi



36



BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus berdasarkan terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat kesenjangannya sangat baik. B. Diagnosa keperawatan Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori yang ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik. C. Intervensi Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III. Tingkat kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi kelompok menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus. D. Implementasi Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang direncanakan. Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab di evaluasi. E. Evaluasi Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat melakukan intervensi.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan



Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut. 2. Bagi Intitusi Pendidikan Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan pemecahan kasus.



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG. Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius 38



Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG



39