7 0 258 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TBC PARU DAN HIV/AIDS
OLEH
KELOMPOK 10 NAMA KELOMPOK: 1. ERNI F. DJAMI 2. FRENGKI DETAN 3. ARNOL PAUT
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MARANATHA KUPANG 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,berkat rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan komunitas ini yang berjudul ‘‘Manajemen Kasus Kegawatdaruratan Sistem Muskuluskeletal,Sistem Persyara,Dan Sistem Pernapasan ” dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menyusun makalah ini.Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan
makalah
ini
Kupang.11 Mei 2020
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................ B. Tujuan...................................................................................................................... BAB II TINJAUAN TEORI A. Devinisi .................................................................................................................. B. Etiologi .................................................................................................................. C. Klasifikasi .............................................................................................................. D. Patofisiologi ........................................................................................................... E. Tanda dan Gejala .................................................................................................. F. Cara Penularan ....................................................................................................... G. Penegakan Diagnostik............................................................................................ H. Pengobatan ............................................................................................................ I. Komplikasi ............................................................................................................. J. Pencegahan ............................................................................................................ K. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................ BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU dan HIV/AIDS BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................................. B. Saran ....................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif. Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan
mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan. Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki kesamaan.
Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat
kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat. Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul. Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat. Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat. Penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri salah satunya yaitu Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya. TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Sedangkan pada virus salah satunya yaitu Human Immunadeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunadeficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan masalah kesehatan global baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Penderita HIV/AIDS lebih dari 45 juta orang dengan korban meninggal dunia lebih dari 25 juta jiwa sejak penyakit ini dilaporkan pertama kali pada tahun 1981. Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi virus HIV. Di Indonesia sampai maret 2008 terdapat 6130 penderita infeksi HIV dan 11868 penderita AIDS, dengan korban meninggal sebanyak 2486 orang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia. Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru dan juga HIV/AIDS, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru dan HIV/AIDS. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan masalah TB Paru dan HIV/AIDS 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui definisi TB paru dan HIV/AIDS 2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru dan HIV/AIDS 3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru 4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru dan HIV/AIDS 5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru dan HIV/AIDS 6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru dan HIV/AIDS 7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik 8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru dan HIV/AIDS 9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru dan HIV/AIDS 10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru dan HIV/AIDS 11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB II TINJAUAN TEORI 1. TB PARU A. Definisi Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002). Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru. B. Etiologi 1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882). 2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung. 3.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.
C. Klasifikasi Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000). D. Patofisiologi Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di
jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000). Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
E. Tanda Dan Gejala Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut : 1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai 40-410 C. 2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus. 3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000). F. Cara Penularan 1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. 2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah. G. Penegakan Diagnostic TB Paru Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah pemeriksaa n mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan pengobatan. H. Pengobatan 1. Penatalaksanaan Medis Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan : a. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin; b. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat c. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait d. Mencegah kambuhnya penyakit e. Mencegah kuman TBC menjadi resisten f. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller, 2002). Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 1997). Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam satu kemasan (WHO, 2002)
Kategor
Tahap
i
Paduan Obat Tahap
Untuk Klien TUberculosis
lanjutan 4H3R3
TBC Paru baru BTA (+)
Intensif 2HRZE
I
TBC Paru BTA (-) Ro (+) dengan kerusakan jaringan paru yang luas TBC ekstra paru sakit II
2HRZES
5H3R3E3
berat
atau
TBC
1HRZ
paru
BTA
(+),
kambuh
E
TBC paru BTA (+), gagal TBC paru BTA (+),
III
4H3R3
pengobatan
ulang
karena lalai berobat 2HRZ
TBC paru BTA (-) Ro (+) TBC ekstra paru
Keterangan : H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI, 2002) Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH, Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2002). Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat mengakibatkan
nefrotoksik,
gangguan
nervus
VIII
cranial.
Pirazinamid
dapat
mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata
kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap obat. Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat. Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu: Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu: a. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia. b. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif. c. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya d. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan. e. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. 2. Penatalaksaan Keperawatan Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari. Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
3. Penatalaksanaan Diet Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal. Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah: a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan normal b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram) c. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total f. Macam diet untuk penyakit TBC: 1) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I) 2) Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB) 3) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) 4) Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB) I. Komplikasi Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) : 1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. 4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya. 6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency) J. Pencegahan 1. Vaksinasi BCG Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi. 3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB 4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi. 5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG. K. Pemeriksaan Diagnostik 1. Diagnosis TB paru a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi - sewaktu (SPS). b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru. 2. Diagnosis TB ekstra paru a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya. b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah Bilalang 2 kelurahan bilalang, Kecamatan kotamobagu utara menggunakan pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatakan kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut. A. PENGKAJIAN Data inti komunitas meliputi : 1. Data Geografi a. Lokasi Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu Kecamatan : Kotamobagu Utara Kelurahan : Bilalang II b. Luas Wilayah : ±3000m2 c. Batas daerah/wilayah Utara : Pontodon Selatan : Bilalang 4 Barat : Bilalang 3 Timur : Pontodon d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya Semua tanah digunakan untuk pemukiman 2. Data Demografi Jumlah Penduduk : 529 jiwa a. Berdasarkan jenis kelamin N
Jenis Kelamin
O 1 LaLaki-laki 2 PePerempuan 3 ToTotal
Bilalang 2
%
258 271 529
49 51 100
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%), dan laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.
b. Berdasarkan kelompok usia No 1 2 3 4 5 6
Umur/ tahun Bilalang 2 % Bayi / balita (0-5) 19 4 Anak – anak 60 11 Remaja 69 13 Dewasa 343 65 Lansia 38 7 Total 529 100 Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur
tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%). 3. Ethnicity Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku N o 1 2 3
Suku
Bilalang 2
%
Mongondow 450 85 Jawa 50 9 Bugis 29 6 Total 529 100 Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa suku
mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%) 4. Berdasarkan agama Distribusi penduduk berdasarkan agama No 1 2 3 4 5
Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Total
Bilalang 2 456 35 29 0 0 529
% 88 7 5 0 0 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%) , hindu, budha tidak ada. 5. Pendidikan No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA Tidak tamat D1,D2,D3
Frekuensi
Persen
80 180 100 115 10
% 15 34 19 22 1,8
6 7 8
Tamat S1 >SI Belum sekolah Total
24 1 19 529
4,5 0,1 3,5 100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%), sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%). Data Subjektif dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru. 6. Data status kesehatan 1. Kesehatan ibu dan anak Jumlah ibu hamil
: 3 orang
a) Pemeriksaan kehamilan Teratur :3 orang (100%) Tidak teratur : - orang (0%) b) Kelengkapan imunisasi TT Lengkap : 18 orang ( 94,74%) Belum lengkap : 1 orang (5,26 %) Jumlah balita : 19 orang c) Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas Teratur :16 orang (84,2 %) Tidak teratur : 3 orang (15,8 %) d) Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita Lengkap : 16 orang (84,2%) Belum lengkap : 3 orang (15,8 %) Data Subjektif Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi anaknya belum lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur karena takut dengan efek imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk mengurus semuanya e) Status gizi balita berdasar KMS Garis hijau : 10orang (52,6 %) Garis kuning : 9 orang (47,3 %) Garis merah : - orang (0%) Data Subjektif Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada balita yang pernah berada di garis merah pada status gizinya
2. Keluarga berencana a. Jumlah PUS : 69 orang b. Keikutsertaan PUS pada program KB Ikut program KB : 48 orang (69,5%) Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%) c. Jenis kontrasepsi yang diikuti IUD : 1 orang (1,4%) PIL : 7 orang (10,1%) Kondom : 6 orang (8,7%) Suntik : 34 orang (49,3%) Tdak KB : 21 orang (30,4%) Data Subjektif dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa rumit Data Objektif dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan 33 % cukup mengerti tentang KB 3. Kesehatan remaja a.
Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
b. Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %) Kursus : 2 orang ( 2,9 %) Olahraga : 15 orang ( 21,7%) Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %) Lain-lain { di rumah } : 10 orang ( 14,5 %) 4. Kesehatan lansia a. Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %) b. Keadaan kesehatan lansia Ada masalah : 17orang (44,7%) HT,Gout Atritis,Jantung, RPD : Strok,Paru-Paru Tidak ada masalah :21orang (55,26%) 5. Distribusi penyakit di masyarakat a. TB Paru
: 23 orang (43,5%)
b. ISPA
: 5 orang (11,3%)
c.
Hipertensi
: 21 orang (47,7%)
d.
DM
: 8 orang (18,18%)
e. Asma
: 2 orang (4,5%)
f. Vertigo
: 1 orang (2,27%)
g.
: 2 orang (4,5%)
Gastritis
h. Otot Dan Tulang : 11 orang (25%) i. Hipotensi
: 1 Orang (2,27%)
j.
: 1 Orang (2,27%)
Faringitis
k. Batu Ginjal
: 2 orang (4,5%)
Data Subjektif Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat. Data Objektif warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%. Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
7. Data Subsystem meliputi a.
Lingkungan Fisik
1) Sumber air dan air minum 1. Penyediaan air bersih 1. PAM : 136 KK(99,3%) 2. Sumur : 1 KK(0,7%) 2. Penyediaan air minum 1. PAM
: 75 KK(54,7%)
2. Aqua
: 62 KK(45,3%)
3. Pemanfaatan air minum 1. PAM
:75KK (54,7%)
2. Air minum steril :62 KK (45,3%) 4. Pengelolaan air minum 1. Selalu dimasak : 118 KK (86,1%) 2. Kadang dimasak dimasak :14 KK (10,2%) 3. Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%) 2) Saluran pembuangan air/ sampah a) Kebiasaan membuang sampah Diangkut petugas : 137 KK (100%) b) Pembuangan air limbah
Got :137 KK (100%) c) Keadaan pembuangan air limbah 1. Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%) 2. Lancar : 136 KK (99,27%) 3) Kandang ternak a) Kepemilikan kandang ternak 1. Ya : 7 KK (5,1%) 2. Tidak : 130 KK (94,9%) b) Letak kandang ternak Diluar rumah : 7 KK (100%) 4) Jamban a) Kepemilikan jamban Memiliki jamban : 137 KK (100%) b) Macam jamban yang dimiliki 1. Septi tank :129 KK (94,2%) 2. Sumur cemplung :8 KK(5,9%) c) Keadaan jamban 1. Bersih
: 132 KK (96,4%)
2. Kotor
: 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali d) Bila tidak mempunyai jamban berak di 1. WC umum
: -KK (%)
2. Jamban tetangga
: -KK (%)
3. Sungai
: -KK (%)
4. Sawah
: -KK (%)
5) Keadaan rumah a) Type rumah 1. Type A (tembok) : 134 KK (97,8%) 2. Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%) b) Status rumah 1.
MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
2. Kontrak : 2 KK (1,5%) c) Lantai Rumah Tegel / semen : 137 KK (100%) d) Ventilasi 1. Ada : 90 KK (65,69%) 2. Tidak ada : 47 KK (34,31%)
Data subjektif hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya e) Luas kamar tidur 1. Memenuhi syarat :115 KK (83,9%) 2. Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%) f) Penerangan rumah oleh matahari 1.
Baik : 70 KK (51,1%)
2. Cukup : 23 KK (16,79%) 3. Kurang : 44 KK (32,10%) Data objektif hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap g) Halaman rumah 1. Kepemilikan pekarangan a. Memiliki
: 18 KK(13,1%)
b. Tidak memiliki : 119 KK(86,9%) 2. Pemanfaatan pekarangan Ya : 18 KK(100%) 3. Jenis pemanfaatan pekarangan rumah Tanaman : 18 KK(100%) 4. Keadaan pekarangan Bersih
:18 KK (100%)
b. Fasilitas Umum Dan Kesehatan 1. Fasilitas umum a) Sarana Pendidikan Formal 1. jumlah TK
: 1 Buah
2. Jumlah SD/sederajat
: 1 Buah
3. Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah 4. Jumlah SMU/sederajat
: - Buah
5. Jumlah PT/sederajat
:- Buah
2. Fasilitas kegiatan kelompok a) Karang taruna
: 1 Kelompok
b) Pengajian
: 1 Kelompok
c) Ceramah Agama
: 2 X/Bulan
d) PKK
: 2 X / Bulan
3. Sarana ibadah a) Jumlah masjid
:2 Buah
b) Mushola
:1 Buah
c) Gereja
: 1 Buah
d) Pura/vihara
: - Buah
4. Sarana olahraga a) Lapangan sepak bola
: 1 Buah
b) Lapangan bola voli
: - Buah
c) Lapangan bulu tangkis
: - Buah
d) Lain-lain
: - Buah
5. Fasilitas kesehatan Jenis fasilitas kesehatan a) Puskesmas pembantu
:1 buah
Jarak dari desa
: 1 Km
Puskesmas
: - Buah
Jarak dari desa
: - Km
Rumah sakit
: - buah
Jarak dari desa
: - Km
Praktek Dokter Swasta
: - Buah
Praktek Bidan
: 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain
: - Buah
Tukang gigi
: - Buah
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu
:1 Buah
Puskesmas
:Buah
Rumah Sakit
:Buah
Praktek Dokterwasta
:Buah
Praktek Bidan
:Buah
Praktek Kesehtan Lain
:Buah
Tukang Gigi
:Buah
c. Sosial ekonomi 1) Karakteristik pekerjaan a) Jenis pekerjaan 1. PNS / ABRI
: 9 jiwa (4,1%)
2. Pegawai swasta
: 28 jiwa (12,8%)
3.
: 17 jiwa (7,8%)
Wiraswasta
4. Buruh tani/ pabrik
: 162 jiwa (74,3%)
5. Pensiun
: 2 jiwa (0,9%)
b) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
1. Penduduk bekerja
: 218 jiwa (52,9%)
2. Penduduk tidak bekerja
: 194 jiwa (47,08%)
c) Pusat kegiatan ekonomi 1. pasar tradisional
: -buah
2. Pasar swalayan
: - buah
3. Pasar kelontong
: - buah
d) Penghasilan rata – rata perbulan 1. < dari 450.000/bulan
:7 KK(4,8%)
2. Rp450.000-Rp 600.000
:28 KK(19,0%)
3. Rp 600.000-Rp 800.000
:60 KK(40,8%)
4. >Rp 800.000/bulan
:52 KK(35,4%)
e) Pengeluaran rata – rata perbulan 1. Rp150.000-Rp 300.000
:6 KK(4,5%)
2. 300.000-500.000
:23 KK(17,3%)
3. >Rp 500.000/bulan
:104 KK(78,2%)
2) Kepemilikian industry Ada 3) Jenis industri kecil Makanan d. Keamanan dan transportrasi 1) Keamanan a) Sarana keamanan 1. Poskamling
: 1 Buah
2. Pemadam Kebakaran : Buah 3. Instansi Polisi
: Buah
2) Transportasi 1) Fasilitas Tranportasi a) Jalan raya
:500 m
b) Jalan tol
:-m
c) Jalan setapak
: 300 m
2) Alat transportasi yang dimiliki a) Tidak Punya : 13jiwa (9%) b) Sepeda Pancal : 31 Jiwa (21,7%) c) Mobil : 10 Jiwa (6,9%) d) Sepeda Motor : 85 Jiwa (59,4 % ) e) Becak : 4 Jiwa (2,8%) 3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan / kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%) b) Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%) e. Politik dan Pemerintahan 1) Stuktur organisasi pemerintahan Ada 2) Kelompok pelayanan kepada masyarakat ( PKK, karang taruna, panti, LKMD, posyandu) Ada 3) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan Ada 4) Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan Tidak ada f. Komunikasi 1) Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat a) Radio
: 54 jiwa (39,4%)
b) TV
: 129 jiwa (94,2%)
c) Telepon
:137 jiwa (100%)
d) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%) 2) Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat Papan pengumuman (100%) g. Rekreasi 1. Tempat Wisata Alam
:- Buah
2. Kolam Renang
:- Buah
3. Taman Kota
:- Buah
4. Bioskop
:- Buah
B. ANALISA DATA No 1
Data
Etiologi Kurang pengetahuan
DS -
Dari hasil wawancara dengan tentang warga
bahwa
perawatan
Mayoritas penyakit TB paru
Problem Resiko penularan penyakit TB
masyarakat tidak tahu tentang
paru
di
perawatan TB Paru sehingga
Bilalang
2
mereka kadang-kadang
Kelurahan
meludah/berdahak di sembara
Bilalang
ng
kecamatan
tempat (kadang di
got, di jalan umum)
kota
-
Tidak ada pengkhususan alat
mobagu
tenun dan alat makan antara
utara
penderita dengan orang yang sehat. DO: 1. Warga
yang
memilki
pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23% 2. Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57% 3. Penerangan matahari
rumah yang
oleh kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %) Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap 2.
DS:
Kurang
1. Dari hasil wawancara
tentang penyakit TB paru
dengan
warga
bahwa
pengetahuan
Resiko terjadi peningkatan
masyarakat yang menderita
prevalensi
TB Paru tidak memeriksakan
penyakit TB
/mengontrol kesehatannya ke
Paru
di
puskesmas
Bilalang
2
2. Dari
hasil
dengan
warga
wawancara bahwa
Kelurahan bilalang
mayoritas masyarakat tidak
kecamatan
rutin mengambil obat TB ke
Kotamobag
Puskesmas
u utara
3. Dari dengan
hasil warga
wawancara bahwa
sebagian masyarakat banyak yang mengalami putus obat dan
kambuh
akibat
pengobatan yang tidak tuntas
atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja. 4. Hasil
wawancara
menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang memiliki
ventilasi,
tidak
pernah membuka jendela nya DO; 1. Jumlah penderita TB Paru TB Paru sebanyak 23 orang (43,5%) 2. Warga yang belum memiliki ventilasi sebanyak 47 KK (34,31 %) 3. Penerangan matahari
rumah yang
oleh kurang
sebanyak 44 KK (23,10 %) Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dan ruangan di 3.
dalam rumah tampak gelap DS:
Kurangnya
1. Dari hasil wawancara ternyata fasilitas warga pernah
masyarakat
belum kesehatan
mendapatkan
peranan pelayanan
Kurang pengetahuan tentang perawatan
informasi tentang penyakit
TB paru di
TB paru baik dari tenaga
Bilalang
kesehatan maupun melalui
Kelurahan
leaflet.
Bilalang
2. Dari hasil wawancara ternyata
2
kecamatan
Pada daerah tersebut belum
kotamobagu
pernah diadakan penyuluhan
utara
kesehatan tentang penyakit TB Paru. DO: 1. fasilitas pelayanan kesehatan
di
daerah
tersebut
hanya
terdapat 1 buah puskesmas pembantu 2. Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 180 KK (47,2 %) 3. Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 101 KK (26,5 %) 4. Warga yang tidak bersekolah sebanyak 24 KK (6,3%) 5. Warga
yang
memilki
pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23% 6. Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57% C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan
kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru 2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru 3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan D. Penapisan Masalah Kemungkina Masalah kesehatan
Perhatian
Poin
Tingkat
masyarakat
prevalensi bahaya
n
Skor
Untuk dikelola
Resiko
penularan
4
3
4
3
14
4
4
3
15
penyakit TB paru Bilalang
2
Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara Resiko terjadi
4
peningkatan prevalensi penyakit TB
Paru
di
Bilalang
2
Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara Kurang
1
3
3
3
10
pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2
Kelurahan
Bilalang kecamatan kotamobagu utara
DIAGNOSA NO
KEPERAWATAN
KRITERIA dengan
peran
1
2
3
5
5
5
1.
Sesuai
2. 3.
perawat komunitas Jumlah yang beresiko Besarnya resiko
4 5
5 5
4 4
4.
Kemungkinan
5
5
5
5.
penkes Minat masyarakat
2
4
4
6.
Kemungkinan
untuk
4
3
4
7.
diatasi Sesuai dengan
program
5
5
5
8. 9.
pemerintah Sumber daya tempat Sumber daya waktu
4 3
4 4
3 3
untuk
10.
Sumber daya dana
4
4
2
11. 12.
Sumber daya peralatan Sumber daya orang
3 2
4 3
2 2
Jumlah skor
46
49
43
Keterangan: 1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Cukup 4 : Tinggi 5: Sangat Tinggi
E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama 1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru 2. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru 3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan F. Perencanaan N
Tujuan jangka
Tujuan jangka panjang
O 1
pendek Seelah dilakukan
Setalah
Intervensi
dilakukan 1. Identifikasi
factor
tindakan
tindakan
internal dan eksternal
keperawatan
keperawatan
yang
selama 2 minggu
masyarakat dapat:
meningkatkan
diharakan
tidak 1. Semua
penduduk
terjadi
menderita
peningkatan
memeriksakan
prevalensi
kesehatannya
penyakit TB
puskesmas 2. Masyarakat
TB
dapat
yang
menurunkan
Paru
untuk
atau motivasi
memeriksakan
diri ke puskesmas ke 2. Identifikasi
penyebab
masyarakat
tidak
rutin
engambil
obat
di
mengambil obat TB di puskesmas
puskesmas 3. Identifikasi
3. Masyarakat
yang
penyebab
masyarakat putus obat
menderita TB Paru tidak 4. Beri
penyuluhan
mengalami putus obat dan
tentang
Rutin minum obat
penyakit TB Paru dan
4. Masyarakat
membuka
jendela kamarnya 5. Warga
yang
belum
memiliki ventilasi dapat
akibat
tentang bila
tidak
mengkonsumsi
obat
dengan
serta
benar
penyebab putus obat
membuat ventilasi 2
6. Pencahayaan yang cukup Seelah dilakukan Setalah dilakukan 1. Berikan tindakan
tindakan
keperawatan
keperawatan
masyarakat dapat:
penyuluhan
tentang
perawatan
penyakit TB pru
selama 2 minggu 1. Masyarakat tahu tentang 2. Jelaskan diharakan terjadi
tidak
perawatan TB Paru
penyakit 2. Masyarakat
TB paru
masyarakat dapat
alat
dan alat makan antara
penderita TB dan orang
penderita dengan orang
sehat 3. Jelaskan
yang
kepada
memilki
masyarakat pentingnya
pengetahuan tentang TB
penerangan rumah oleh
paru
matahari
5. Warga
memilki
cukup 4. Anjurkan
pengetahuan TB paru matahari cukup 7. Pencahayaan
masyarakat
untuk
6. Penerangan rumah oleh
meiliki
pencahayaan
dalam
rumah yang terang dalam
rumah tampak terang Setalah dilakukan 1. Identifikasi
tindakan
tindakan
keperawatan
masyarakat dapat:
selama 2 minggu 1. Pengetahuan
keperawatan
tentang
pengetahuan
meningkat (80%) 2. Masyarakat
TB
pengetahuan masyarakat tentang TB
masyarakat
diharapkan masyarkat
mengkususkan
tenun dan makan antara
4. Warga
Selah dilakukan
untuk
mengkhususan alat tenun
yang sehat.
3
kepada
Paru
Paru 2. Lakukan
mengetahui
penyuluhan
kesehatan tentang TB paru(pengertian,
meningkat
tentang
tentang TB Paru
penyebab,
serta
pencegahan dan penularan
peranan
fasilitas
TB
paru, cara
penyebab,
cara
pencegahan
dan
penularan)
3. Adanya penyuluhan dari 3. Anjurkan
untuk
pelayanan
tenaga kesehatan tentang
meningkatkan fasilitas
kesehatan
TB Paru
pelayanan kesehatan
meningkat
4. Fasilitas kesehatan
pelayanan di
daerah
tersebut meningkat
2. HIV/AIDS A. Definisi HIV/AIDS Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”. B. Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. C. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu : Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan. Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
D. Manifestasi Klinis Menurut WHO: 1. Gejala mayor a) Penurunan BB ≥ 10%
b) Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan c) Diare kronis d) Tuberkulosis 2. Gejala minor a) Koordinasi orofaringeal b) Batuk menetap lebih dari 1 bulan c) Kelemahan tubuh d) Berkeringat malam e) Hilang nafsu makan f) Infeksi kulit generalisata g) Limfodenopati h) Herpes zoster i) Infeksi herpes simplek kronis j) Pneumonia k) Sarkoma kaposi
E. Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,
penurunan
berat badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologik Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. a) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. b) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. c) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) 3. Gastrointestinal
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabso rbsi, dan dehidrasi b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obatillegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasiperianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare. 4. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis. 6. Sensorik a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan b) Pendengaran : otitis eksternal akut F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV : a) ELISA b) Western blot c) P24 antigen test d) Kultur HIV 2. Tes untuk deteksi gangguan system imun. a)
Hematokrit.
b)
LED
c)
CD4 limfosit
d)
Rasio CD4/CD limfosit
e)
Serum mikroglobulin B2
f)
Hemoglobulin
G. Penatalaksanaan 1. Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution 1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh 2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien 4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai 5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan 6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman b. Peran perawat dalam pemberian ARV Tujuan terapi ARV: 1) Menghentikan replikasi HIV 2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik 3) Memperbaiki kualitas hidup 4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV c. Pemberian nutrisi Pasien dengan HIV–AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral d. Aktivitas dan istirahat 1) Respon adaptif psikologis a) Pikiran positif tentang dirinya b) Mengontrol diri sendiri c) Rasionalisasi d) Teknik perilaku 2) Respon social a) Dukungan emosional b) Dukungan penghargaan c) Dukungan instrumental d) Dukungan informative 3) Respon spiritual a) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuh-an b) Padai mengambil hikmah c) Kestabilan hati 4) Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik a) Perilaku beresiko epidemiologis
b) Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa mengguna- kan kondom c) Pecandu narkotik suntikan d) Hubungan seksual yang tidak aman 1. Memiliki banyak mitra seksual 2. Mitra seksual yang diketahui pasienHIV / AIDS 3. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi 4. Homoseksual 5) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung 6) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS) 7) Riwayat menerima transfusi darah berulang 8) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril.
BAB II DATA FOKUS PENGKAJIAN A. Pengkajian 1. Aktivitas / istirahat Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan 2. Sirkulasi Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler 3. Integritas ego Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain. Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB. Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah. Kehilangan kontrol diri dan depresi. Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri. Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama 4. Eliminasi Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin 5. Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah. Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna. Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal. Edema (umum, dependen) 6. Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri 7. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran. Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia. Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik. Vocalis: hemi paresis; kejang, Hemoragi retina dan eksudat 8. Nyeri / kenyamanan Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki, Sakit kepala (keterlibatan ssp). Nyeri dada pleuritis Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang. Gerak otot melindungi bagian yang sakit 9. Pernapasan Gejala: Isksering, menetap, Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam), Bendungan atau sesak dada Tanda: Takipnea, distres pernapasan, Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius, Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum) 10. Keamanan Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis), Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut, Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, Rektum, luka-luka perianal atau abses, Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha), menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan 11. Seksualitas Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal, menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks, penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil] 12. Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas 13. Interaksi sosial Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan 14. Penyuluhan / pembelajaran Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV), Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol 15. Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.
B. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV/AIDS adalah: 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat 3. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular 4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K 5. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan 6. Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri 7. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit 8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis 9. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi 10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian 11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan 12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak 13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan 14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS 1. Pengkajian A. Identitas pasien. 1) Nama
:Tn. ABC
2) Umur
: 37 Tahun
3) Jenis kelamin
: Laki-laki
4) Suku/bangsa
: Banten/Indonesia.
5) Agama
: Kristen Katholik
6) Status perkawinan
: Belum kawin
7) Pendidikan/pekerjaan
: SMA Makasar
8) Bahasa yang digunakan
: Indonesia
9) Alamat
: Jl. Garuda
B. Alasan masuk rumah sakit 1) Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah. 2) Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. C. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek. 2) Riwayat kesehatan sekarang : sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire. D. Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.
2. Pengkajian Kasus Kelolaan A. Aktivitas hidup sehari – hari Aktivitas
Pre-masuk
sehari-hari
rumah sakit
A. Makan
Di rumah sakit
dan
minum 1. Nutrisi
Pola makan tidak teratur, Pola tetapi napsu
tidak
ada
makan,
makan
3kali/hari
bubur, namun tidak ada
napsu
makan,
terutama jika sudah
nyeri saat menelan,
memakai obat.
makan porsi.
hanya
1/2
2. Minum
Minum air putih dengan Minum air putih 2-3 jumlah tidak tentu
gelas dan teh hangat
kadang
2-3 gelas.
minuman
keras. B. Eliminasi
Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan seperti lendir, tidak frekuensi 5-7 X/hari, bercampur darah dan encer, tidak ada isi berbau. BAK 2 X tanpa diikuti sakit hari dan tidak ada perut dan BAK 2 kelainan. X/hari serta tidak ada kelainan.
C. Istirahat dan Pasien tidak bisa Pasien istirahat di tempat tidur istirahat dan tidur tidur saja. Pasien karena terus keluar tidak bisa istirahat memcret serta dan tidur karena terus perasaan tidak keluar mencret serta menentu akibat tidak perasaan tidak dapat putaw sejak 20 menentu akibat tidak hari. dapat putaw sejak 20 hari. D. Aktivitas
E.
Kebersihan diri
F. Rekreasi
Pasien sebagai freelance sebulan bekerja.
guide Pasien mengatakan tidak sejak bisa melakukan tidak aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care.
Jarang dilakukan.
Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri adalah lemah .
Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita memakai putaw. dengan petugas.
B. Psikososial. 1. Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002
bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi. 2. Sosial : sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana. 3. Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya. 3. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-Tanda Vital Keadaan umum Kesadaran
: Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
: Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC BB : 40 kg b. Head to toe : 1) Kepala: Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal, nampak kurang bersih. 2) Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata. 3) Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal. 4) Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal. 5) Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
6) Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk. 7) Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur. 8) Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. 9) Repoduksi Penis normal, lesi tidak ada. 10) Ekstremitas Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan. 11) Integumen. Kulit keriput, pucat, akral hangat. 4. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : Tanggal 10-1 2016 Hb
: 8,7
Leukosit
: 8,8
Trombosit
: 208
PCV
: 0,25
b. Terapi : tanggal 14-1-2016 1) Diet TKTP 2) RL 14 X/mnt 3) Cotimoxazol
: 2 X II tab
4) Corosorb
: 3 X 1 tab
5) Valium
: 3 X 1 tab
5. Klasifikasi Data Data Subyektif Data Obyektif Pasien mengatakan lemah, cepat Keadaan umum :
Pasien
lelah, bila melaukan aktivitas,
tampak lemah, kurus, dan
terbatas.
pucat
Pasien
mengatakan
kadang
Kesadaran : Compos Mentis
demam.
TD : 110/70 mmHg
Pasien mengatakan tidak ada
N : 120 x/ mnt
nafsu makan, saat menelan sakit,
R : 22 x/ mnt
mengatakan
SB : 37,8oC
tidak
menghabiskan
bisa
porsi
yang
BB
: 40 kg Turgor
disiapkan Pasien mengatakan diare sejak 1
masih
inkontinensia
baik,
alvi,
BAB
bulan yang lalu, mengatakan
encer,
membran
mukosa
menceret 5-7 kali/hari, kadang
kering,
bising
usus
demam dan keringat pada malam
meningkat 20 X/menit Lemah, 4 hari tidak makan,
hari, minum 2-3 gelas/hari Klien merasa diasingkan oleh
mulut
kotor,
lemah,
keluarga dan teman-temannya,
holitosis, lidah ada bercak-
klien tidak punya uang lagi, klien
bercak
merasa frustasi karena
8,7g/dl, pucat, konjungtiva
punya
teman
terisolasi. Pastur
Minta
Jelantik
dan
tidak merasa
keputihan,
anemis
dipanggilkan dari
Gereja
Katedral. 6. Analisa Data Data Ds ;
Penyebab
Masalah
Imunocompromised
Resiko Infeksi
Pasien mengatakan kadang demam Do: Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 38,oC Ds ;
Diare intake cairan Pasien
mengatakan
diare sejak 1 bulan yang
Resik tinggi terhadap kekurangan
Hb
lalu,
mengatakan
menceret 5-7 kali/hari, kadang
demam
dan
keringat pada malam hari,
minum
2-3
gelas/hari. Do ;
volume cairan
Turgor
masih
baik,
inkontinensia alvi, BAB encer,
membran
mukosa kering, bising usus
meningkat
20
X/menit Ds; Pasien
mengatakan
tidak ada nafsu makan, saat
menelan
sakit,
mengatakan tidak bisa menghabiskan
porsi
yang disiapkan.
Intake yang tidak
Do ;
adekuat
Lemah, 4 hari tidak makan,
mulut
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kotor,
lemah, holitosis, lidah ada
bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva
anemis Ds :
Harga diri rendah Pasien
merasa
diasingkan keluarga
oleh dan
teman-
temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur
Resiko bunuh diri
Do : Mencoba
melakukan
percobaan bunuh diri tanggal
14-1-2016,
dengan
berusaha
menceburkan diri dari lantai II. 7. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat c. Resiko infeksi b/d immunocompromised d. Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
8. DIAGNOSA, INTERVENSI No 1
Diagnosa
Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Keperawatan Resiko tinggi Keseimban Monitor tanda- Volume terhadap
gan cairan
kekurangan
dan
merupakan
elektrolit
komplikasi
volume b/d
cairan
kehilangan
dipertahan
yang berlebihan,
kan dengan
diare
kriteria
berat,
ditandai dengan : Ds :
intake seimbang
Pasien
output,
mengatakan diare
turgor
sejak
normal,
1
yang
bulan lalu,
mengatakan menceret
5-7
Monitor intake
deplesi
dan ouput Melihat Anjurkan untuk minum peroral
kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
Atur pemberian Sebagai infus
mukosa
eletrolit : RL
akibat
lembab,
20 tetes/menit.
peningkatan
kadar urine
demam
normal,
dan
dapat dikoreksi.
membran
kali/hari, kadang dan
tanda dehidrasi.
cairan
dan
kompensasi
output. Kolaborasi
Memenuhi
keringat
pada
tidak diare
pemberian
malam
hari,
setelh
antidiare
kebutuhan intake
minum
2-3
antimikroba
yang
peroral
yang
tidak
gelas/hari.
3
hari perawatan.
Do :
terpenuhi.
Turgor
masih Mencegah
baik, inkontinensia
kehilangan cairan
alvi, BAB encer,
tubuh lewat diare
membran mukosa
(BAB).
kering, usus
bising meningkat
20 X/menit 2
Monitor
Mengetahui jenis
Perubahan nutrisi
Setelah
kurang
satu 4 hari
kemampuan
makanan
kebutuhan tubuh
perawatan
mengunyah dan
lebih cocok
b/d intake yang
pasien
menelan.
tidak
mempunyi
dari
adekuat
ditandai dengan : Ds :
intake kalori dan
9. Pasien mengatakan tidak
ada
nafsu
makan,
saat
menelan
sakit,
Untuk Monitor intake dan ouput.
membandingkan kebutuhan
protein yang
yang
dengan Rencanakan
suplai
sehingga
adekuat
diet
untuk
pasien
dan
terjadi
mengatakan tidak
memenuhi
orang
penting
nutrisi
bisa menghabiskan
kebutuhan
lainnya.Anjurk
porsi
metabolikn
an oral hygiene Untuk
ya dengan
sebelum
mengurangi
kriteria
makan.
kotoran
yang
disiapkan. Do : Lemah,
4
hari
dengan
pasien Anjurkan untuk
makan,
mulut kotor,
serum
beri
lemah,
albumin
ringan
holitosis,
dan protein
tapi
dalam
sering.Timbang
bercak-bercak
batas
TB/BB
keputihan, Hb
normal,
ada
kurang
dalam
mulut yang dapat
tidak makan,
lidah
diharapkan tidak
makanan
menurunkan nafsu makan.
sedikit Untuk mengatasi penurunan keluhan makan
8,7g/dl,
menghabis
pucat,
kan
konjungtiva
yang
anemis
disiapkan,
porsi
tidak nyeri saat menelan, mulut 3
Resiko
infeksi
bersih. Pasien
Monitor tanda- Untuk
b/d
akan bebas
tanda
immunocomprom
infeksi
baru.
ised
oportunisti
ditandai
dengan :
komplikasi
aseptik
Passien
nya dengan
setiap tindakan
kuman
mengatakan
kriteria tak
invasif.
yang diperoleh di
kadang demam
ada tanda-
tangan sebelum
tanda
meberikan
Keadaan umum :
infeksi
tindakan.
Pasien
tampak
baru,
lab
bertambahnya
lemah, kurus, dan
tidak
ada Anjurkan
infeksi
pucat
infeksi
pasien metoda
oportunis,
mencegah
Compos Mentis
tanda vital
terpapar
kadar darah yang
TD
dalam
terhadap
terapeutik.
mmHg
batas
lingkungan
N : 120 x/ mnt
normal,
yang patogen.
R : 22 x/ mnt
tidak
ada
SB : 37,8oC
luka
atau Atur pemberian
Do :
Kesadaran :
: 110/70
eksudat. 4
pengobatan dini
dan gunakan teknik Mencegah pasien
k
Ds :
infeksi
Resiko bunuh diri
Selah
b/d
hari
harga
rendah
diri
ditandai
dengan : Ds : Klien
pada Cuci
oleh patogen
rumah sakit. Mencegah
Mempertahankan
antiinfeksi sesuai order 4 . Waspada
klien
pada
setiap
Karena tanda tersebut
tidak
ancaman bunuh
sebagai tanda
membahay
diri
permintaan
akan merasa
terpapar
dirinya
tolong Jauhkan semua
Untuk
diasingkan
oleh
sendiri
benda
keluarga
dan
secara
berbahaya dari
mencegah
fisik.
lingkungan
penggunaan
klien
benda
teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa
frustasi
karena
tidak
tersebut untuk Observasi
tindakan
secara ketat
bunuh diri
punya teman dan Untuk
merasa terisolasi. Observasi jika
Minta dipanggilkan
klien
Pastur.
obat
minum
mencegah jika ditemukan
Do :
gejala
Mencoba
perilaku
melakukan
Komunikasikan
percobaan bunuh
kepedulian
diri tanggal 14-1-
perawat kepada
2016,
klien.
dengan
dari lantai II.
Obat mengandung
berusaha menceburkan diri
bunuh diri
antidepresan Waspada
jika
dapat
tiba-tiba
mengurangi
menjadi tenang
perilaku
dan
bunuh
tampak
tentram
klien.
Dukung
Untuk
diri
perilaku positif
meningkatkan
klien.
harga
diri
klien Karena
hal
tersebut merupakan suatu
cara
mengelabui petugas. Meningkatka
n harga diri klien
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa Bilalang 2 dapat kita tarik kesimpulan bahwa Desa bilalang 2 masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak. Dan pada Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. B. Saran 1. Untuk puskesmas a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat 2. Untuk masyarakat desa Bilalang 2 a. Masyarakat desa Inobonto hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi kelangsungan masa depan putra-putri desa bilalang 2 b. Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk program yang berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan 3. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA Efendi Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta Mubarak Faisalado Candra widyanto (2014) Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis Nuha medika : Yogyakarta Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000. Kunoli J. Firdaus. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular : Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta