Makalah Askep Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEGAWATDARURATAN PERNAPASAN Dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat 2



Disusun Oleh: KELOMPOK 1 1.



Dian Lestari



2.



Elsi Audina Sari



3.



Elsa Suprianti



4.



Elvina



5.



Fauziah Hariani



6.



Fefrina Helda



7.



Felya Elsa Pratiwi Kurnia



8.



Jodi Prizaer



9.



Pipit Hutria



Dosen Pembimbing: Ns. Tiur Maida Simandalahi, M. Kep



PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG 2019/2020



1



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas keperawatan gawat darurat



tentang



“kegawatdaruratan pernapasan” dalam bentuk makalah. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Tiur Maida Simandalahi, M. Kep. selaku dosen pembimbing karena adanya tugas ini dapat menambah wawasan penulis. Dalam Penulisan makalah ini kelompok merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kelompok. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang.



Padang,



Maret 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009). Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. 3



Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002). Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien (Mancini, 2011).



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kegawatdaruratan pernapasan? 2. Bagaimana pengkajian kegawatdaruratan pernapasan? 3. Apa saja jenis kegawatdarurtan pernapasan? 4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan pernapasan? C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian kegawatdaruratan pernapasan. 2. Menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pernapasan. 3. Menjelaskan jenis kegawatdaruratan pernapasan. 4. Menjelaskan asuuhan keperawatan kegawatdaruratan pernapasan



5



BAB II TINJAUAN TEORI A. Kegawatdaruratan Pernapasan Kegawatdaruratan pernapasan, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, menjadi penyebab dari banyaknya kasus yang ada di ruang emergensi.Beberapa pasien berespons baik terhadap obat obatan dan terapi, sementara yang lainnya membutuhkan perawatan serta intervensi yang lebih lama.Sistem respirasi berfungsi untuk menjadikan oksigen bagi darah untuk dikirimkan ke seluruh tubuh. Tujuan dari pengkajian pernapasan adalah untuk menentukan kecukupan(adekuat atau tidaknya) pertukaran gas. Pengkajian yang dilakukan di ruang emergensi merupakan awal dari evaluasi yang dilakukan perawat terhadap pasien dan dapat secara cepat menentukan tingkat acuity(keparahan/tingkat akut kondisi pasien) dan penetuan triase. Pengkajian yang tepat dan adekuat pada pasien dapat mencegah terjadinya komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Sepertipada semua keadaan gawat darurat, prioritas pertama adalah untuk mengevaluasi status airway, breathing, circulaion, dan disability(ABCD) pasien. B. Pengkajian Pernapasan 1. Pengkajian fisik a. Tanda tanda vital vital termasuk level saturasi oksigen (spo2) dan suhu tubuh b. Tingkat kesadaran a) Alert b) Verbal c) Pain d) Unresponsive c. Warna kulit, kelembapan, dan suhu d. Suara napas a) Ada, tidak ada, atau mengecil b) Kesimetrisan c) Adventitions e. Pola dan laju pernapsan



a) Cepat atau lamat b) Regular atau ireguler f. Usaha bernapas a) Kualitas b) Darejat dari usaha g. Ada persed-lip breathing h. Penggunaan otot otot asesoris a) Intercostal b) Supraternal c) Supraclaavicural i. Posisi untuk kenyamanan a) Dapat pasien mentolelir posisi suspine? b) Apakah pasien mengambil posisi tripot? j. Pola bicara a) Apakah pasien mampu berbicara dalam kalimat lengkap? k. Keberadaan indikator dari masalah pernapasan kronis a) Peningkatan diameter anterior-posretior(AP) dada(barrel chest) b) Noda nikotin pada jari c) Tanki oksigen portable d) Luka torakotomi e) Kyphosis 2. Riwayat a. Tentukan onset, durasi, dan kualitas dari gejala b. Kaji riwayat kesehatan, termasuk hospitalisasi sebelumnya dan intubasi sebelumnya karena masalah pernapasan c. Dokumentasikan riwayat merokok dari pasien atau orang yang hidup bersama pasien dan berbagai risiko kerja d. Menanyakan tentang paparan penyakit menular baru baru ini e. Faktor tambahan yang dapat memengaruhi status pernapasan pasien, termasuk a) Distensi atau pembesaran abdomen 7



1) Kehamilan 2) Obesitas 3) Ascites 4) Peritoritis b) Masalah sirkulasi, terutama riwayat dari: 1) Pulmonary edema 2) Anemia 3) Thorombophlebilitis c) Pengaruh lingkungan 1) Polusi udara 2) Elergi musiman 3) Perubahan suhu d) Trauma (saat ini atau masa lalu) e) Alergi makanan atau obat 3. Prosedur diagnostic a. Pulse oximotry Pulse oximetry merupakan metode noninvansif untuk mengukur oksigenasi yang terdapat pada hemoglobin pasien. Nilai normal adalah 95% sampai 100%, nilai 85% atau kurang dapat mengidikasikan oksigenasi jaringan tidak adekuat. Pulse oximotry berguna pada beberapa situasi diantaranya : a. Pemantauan pasien selama prosedur (seperti sedasi sadar, pembedahan) b. Pemantauan terus-menerus status pernafasan pasien c. Pemantauan pasien yang berisiko desaturasi dan hipoksi d. Mengetahui respon dari intervensi (pengobatan nyari).



Pembacaan pulse oximotry mungkin tidak dapat diandalkan pada keadaan : 



Cardiopulmonary arrast







Syok







Menggunakan obat-obatan vasokonstriktif







Menggunakan pewarna intravena untuk keperluan diagnostik







Anemia







Tingkat karbon monoksida tinggi



b. Capnography Capnography, pemantauan noninvansif dari karbon dioksida yang dihembuskan (exhaled carbon dioxida/ ECO), berguna untuk mengevaluasi ventilasi. Secara tradisional digunakan untuk memverifikasi penempatan endotrakeal tube, dengan mengukur karbon dioksida yang dihembuskan pada akhir setiap nafas. Kegunaan lain dari pemantauan capnography antara lain : a. Memantau kesalahan letak dari endotrakeal tube atau adanya obstruktif pada saat memidahkan pasien b. Mengkaji kecukupan dari kompresi dada selama resusitasi kardiopumonal c. Mamantau ventilasi selama prosedur sedasi d. Mengkaji perfusi pada pasien yang terpasang yang terpasang ventilasi mekanik e. Menentukan keparahan dari eksaserbasi asma dan mengkaji efektifitas dari intervensi f. Memperifikasi penempatan yang benar dari gastrik tube c. Pengkuran peak flow Peak flow meter mengukur kecepatan ekspirasi maksimun pasien atau puncak laju aliran eksirasi (peak expiratory) flow rate/ PEFR atau PEF). PEF ini adalah pengukuran aliran darah yang melalui bronki dan menunjukkan derajat obstruksi pada saluran nafas. Pembacaan peak flow biasanya diklasifikasi kedalam tiga zona



9



pengukuran (hijau,kuning, dan merah ) dan dapat digunakan untuk mengembangkan perencanaan manajemen asma (tabel 18-1).



Tabel 18-1



MANAJEMEN



ASMA



BERDASARKAN



PEAK



EXPIRATORY FLOW



ZONA HIJAU



INTERPRESTASI DESKRIPSI 71% - 100% dari interperensi Interprestasikan peak flow biasa atau normal



hijau



pada



zona



mengdentifikasikan



bahwa asma terkontrol dengan KUNING



baik 50% - 70% dari interprestasi Mengidentifikasi



perlu



peak flow biasa atau normal



nafas



perhatian,



jalan



menyempit dan pengobatan tambahan mungkin diperlukan < 50% dari interprestasi peak Mengidentifikasi emergensi



Merah



flow biasa atau normal



medis penyempitan jlan nafas yang parah mungkin muncul dan perlu diberikan tindakan dengan segera



d. Gas darah arteri Nilai gas darah arteri atau arterial blood gas (ABG) berguna untuk mengkaji status pernafasan dan keseimbangan asam basa : ABG adalah pengukuran pertukaran gas secara sistemik, dengan membandingkan pH, PaCO, dan HCO, kemampuan



tubuh untuk mengkompensasi keseimbangan asam basa, dapat dikaji; nilai PO yang mengidentifikasi ada atau tidak adanya hipoksemia. Tabel 18-2 menunjukkan daftar nilai normal dan abnormal dari ABG. Menginterprestasikan nilai ABG melibatkan tiga langkah : a. Langkah 1 : kaji PH untuk menentukan ada asidosis atau alkalosis b. Langkah 2 : kaji PaCO2 untuk menentukan penyebab dari ketidakseimbangan asam basa apakah karena pernafasan (respiratory) atau metabolic. Jika nilai Ph dan PaCO2 bergerak ke arah berlawanan (pH meningkat dan PaCO2 meurun atau pH menurun dan PaCO2 meningkat), ketidakseimbangan terjadi secara alamiah karena pernafasan c. Langkah 3 : kaji HCO3 untuk menentukan penyebab dari ketidakseimbangan asam basa adalah metabolik. Jika pH dan HCG, berpindah kearah yang sama (pH meningkat dan HCO3 menurun), ketidakseimbangan terjadi secara alamiah karena metabolic Ketika terjadi ketdakseimbangan asam basa tubuh akan berusaha untuk mengkompensasi dan membuat pH menjadi normal. Hasil dari upaya ini bisa jadi tidak terkompensasi atau terkompensasi sebagian , terkompensasi penuh. Tabel 18-3 menjelaskan berbagai abnormalitas asam basa berdasarkan nilai ABG.



TABEL 18 – 2 NILAI NORMAL AND ABNOMAL DARI GAS DARAH ARTERI NILAI DEFINISI BATAS NORMAL NILAI ABNORMAL 11



pH



Indikasi



konsentrasi 7,35-7,45



PaCO2



ion hidrogen Parameter pernapasan 35-45